NovelToon NovelToon
Pendekar Pilih Tanding II : Ksatria Bhumi Mataram.

Pendekar Pilih Tanding II : Ksatria Bhumi Mataram.

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Ilmu Kanuragan
Popularitas:165.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: Zakaria Faizz

Ah,..rasa- rasanya diriku perlu menemukan seorang guru yg mampu untuk mengajariku mendapatkan cara memiliki tenaga dalam, berkata pemuda itu di dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#3 Terluka dalam.

" Heahh,"

Kali ini Tumenggung Singorejo lah yg berinisiatif untuk menyerang.

Dengan satu gerakan yang cukup, pembesar Mataram itu melepaskan satu serangan ke arah Wisanggra Kinangkin dengan mengayunkan pedangnya.

Terdengar kesiuran angin yang cukup keras bersamaan dengan ayunan pedang tersebut.

" Hufhh,"

" Traang,"

Wisanggra Kinangkin langsung menyambut serangan tersebut dengan menggunakan canggah nya, terjadi saling tolak menolak saat mata pedang yang di miliki oleh Tumenggung Singorejo ini masuk diantara dua buah mata canggah yg di miliki oleh murid dari Ki Ajar Smurup tersebut.

Dengan melanbari tenaga dalam nya , Tumenggung Singorejo berhasil menekan lebih dalam lagi senjata nya hingga membuat Wisanggra Kinangkin harus rela melepaskan nya.

" Hiyyah, "

Pemuda itu melompat ke belakang dan menarik serta senjatanya.

Heh, tenaga sangat kuat sekali, berkata dalam hati Wisanggra Kinangkin.

Sementara itu, Tumenggung Singorejo yg merasa di atas langsung memburu nya, bersamaan itu pula satu cahaya merah dari petir yang menyambar menjadi pertanda bahwa hujan pun turun dengan deras nya.

Namun kedua anak manusia ini terus saja mengadu nyawa nya, tidak ada yg mau mengalah.

Terlebih untuk Tumenggung Singorejo yg merasa lebih unggul sebab lawan nya yg masih muda ini tidak memiliki tenaga dalam.

Ia memperhebat serangan nya dengan terus saja mencecar tubuh Wisanggra Kinangkin dengan pedang nya.

Hingga pada suatu saat,.

" Heah,!"

" Dhiegh,!"

Sebuah cakaran tangan kirinya berhasil menyusup masuk di bawah ketiak dari pemuda yang berasal dari dusun Winanga itu.

" Aakh,!"

Terdengar keluhan tertahan yg keluar dari mulut Wisanggra Kinangkin, ia berusaha untuk menjauhi lawan nya dengan terus saja mencoba menyarangkan senjata nya di tubuh lawan.

Tetapi tampaknya Tumenggung Singorejo telah kalap, ia merasa bahwa pemuda ini telah menghina nya dengan berhasil merobek pakaian nya.

" Hiyyah,!"

" Trang,!"

" Crash,!"

" Aakh,!"

" ****** kau bocah,!"

" Dhugh,!"

Kembali Tumenggung Singorejo berkelebat cepat sambil menebaskan pedangnya, sebab ia telah melihat celah kemenangan saat tadi berhasil memasukan cakaran tangan nya yg berisi aji cakar wesi tadi, sehingga tidak melepaskan lawan nya itu.

Pedang nya memang masih terbentur dengan senjata canggah yg di miliki oleh lawan, tetapi sebuah cakaran tangan kirinya tidak mampu di bendung oleh Wisanggra Kinangkin, kuku kuku tangan yg telah di lambari aji cakar wesi itu dengan telak masuk ke arah perut pemuda ini.

Kembali Wisanggra Kinangkin mengeluh pendek akibat serangan Tumenggung Singorejo mendarat telak di perutnya.

Tubuh pemuda ini sampai terbungkuk, dan ini pun tidak di sia-siakan oleh Tumenggung Singorejo guna mengakhiri pertarungan.

Ia memberikan satu tendangan keras ke arah punggung Wisanggra Kinangkin yg sedang terbungkuk tersebut hingga membuatnya tubuhnya sempat berputar sebelum jatuh bergulingan diatas tanah.

Pakaian pemuda itu jadi kotor karena telah terkena dengan tanah yg becek.

Akan tetapi ia tidak peduli , Wisanggra Kinangkin berusaha untuk menjauhi lawan nya.

Sambil berusaha bangkit dengan bertelekan canggah nya.

Ia merasakan sakit yg teramat sangat akibat hantaman yg di terima nya dari Tumenggung Singorejo yg melambari pukulan nya itu dengan aji cakar wesi.

" Enyah lah kau bocah,!"

Tumenggung Singorejo berseru keras dalam guyuran hujan dan kilatan sambaran petir yang terus saja membadai.

Wisanggra Kinangkin yg telah mampu berdiri dengan tegak mulai mengatur jalannya pernafasan.

Dadanya memang terasa sesak sekali akibat hantaman cakar tangan Tumenggung Singorejo tadi.

Ia pun kembali bersiap, sebab memang pemuda ini tidak ingin menyerah melawan Pembesar kerajaan Mataram yg telah menghancurkan dusun nya.

He, aku akan mencoba mempergunakan jurus naga kembar, berkata dalam hati Wisanggra Kinangkin.

Sebuah ilmu pamungkas yg di berikan oleh Ki Bodho kepada nya.

Wisanggra Kinangkin telah mampu memperagakan jurus tersebut dengan baik akan tetapi satu hal dari kekurangan dari jurus tersebut adalah , jika si pemilik jurus tersebut tidak memiliki tenaga dalam yg kuat ,itu artinya jurus naga kembar ini hanya jurus kosong belaka alias hanya menjadi tata gerak dalam sebuah ilmu silat yang tidak mengandung penghancur yg hebat seperti yang di miliki oleh Tumenggung Singorejo dengan jurus cakar wesi nya.

Dan sebenarnya hal ini di ketahui oleh Wisanggra Kinangkin, untuk itulah ia turun gunung guna menemukan seorang guru yg mampu membuka urat syaraf utama yang dapat mengungkapkan tenaga dalam nya.

Tetapi kali ini ia sudah sangat terdesak oleh Tumenggung Singorejo, mau tidak mau ia pun akan mempergunakan jurus naga kembar itu.

Kedua tangan nya ia putar di depan dada nya, kaki kanannya maju ke depan di sertai tubuh nya yg agak membungkuk, tampak nya ia tengah bersiap melancarkan serangan dengan menggunakan jurus naga kembar.

" Heah,!"

Di dahului dengan sati lompatan yang tinggi, Wisanggra Kinangkin melancarkan serangan dengan kaki kanan nya kemudian di ikuti oleh kaki kirinya baru di lanjutkan dengan pukulan tangan kirinya.

"Heh,"

Tumenggung Singorejo yg melihat datang nya serangan yg cepat itu langsung saja memapasi nya dengan mengayunkan pedangnya, tetapi gerakan lawannya kali sungguh cepat, hingga,

" Dheskhh,!"

Sebuah tendangan memutar berhasil mengenai wajah Tumenggung Singorejo dan membuat nya harus terjatuh pula

" *******, kau harus mati di tangan ku,!"

Tumenggung Singorejo berteriak keras sekali, ia amat geram akibat mendapatkan hantaman telak di wajahnya hingga menjatuhkan nya diatas tanah yg berlumpur.

Sambil membanting kedua tangan nya, Tumenggung Singorejo bangkit dan kali ini ia tidak tanggung tanggung,

" Aji cakar wesi, hiyyah,!"

Tumenggung Singorejo melancarkan ajian nya yg cukup nggegrisi itu ke arah Wisanggra Kinangkin.

" Dhumbh,!"

Sebuah pukulan jarak jauh pun di lepaskan nya guna mengalahkan pemuda dari dusun Winanga tersebut.

Wisanggra Kinangkin tahu akan hal tersebut, ia melompat menghindari serangan tersebut, tetapi Tumenggung Singorejo memburu nya terus, pembesar Mataram ini tampak nya sudah sangat jenuh dengan pertarungan yang belum berakhir tersebut sehingga ia mengeluarkan ilmu pamungkas nya, aji cakar wesi.

Serangan jarak jauh yg di lancarkan oleh Tumenggung Singorejo ini menyulitkan Wisanggra Kinangkin, ia tidak dapat dengan mudah masuk mendekati lawan nya itu.

Sedangkan lawan dapat dengan mudah nya mencecar tubuh nya.

Di saat kebingungan dan kebimbangan bagaimana cara mengatasi lawan nya itu, Wisanggra Kinangkin kurang waspada dan,

" Heaah, aji cakar wesi !"

" Dhumbh,!"

" Bletaaaar,"

" Aaakh,!"

Satu serangan yg di lancarkan oleh Tumenggung Singorejo berhasil mengenai tubuh pemuda itu hingga melontarkan nya cukup jauh dari tempat nya semula berdiri.

Aji cakar wesi itu mendarat telak di dada kiri dari Wisanggra Kinangkin, pemuda itu roboh jatuh ke atas tanah dan dalam keadaan diam kaku.

Heh, baru tahu , berhadapan dengan siapa, berkata Tumenggung Singorejo dalam hati nya.

Pembesar Mataram ini pun langsung mendekati tubuh Wisanggra Kinangkin.

Ia melihat dan meraba pada beberapa bagian tubuh pemuda yang telah terdiam kaku tidak bergerak, dari bekas luka akibat hantaman aji cakar wesi ini masih mengeluarkan asap tipis.

Setelah meyakini lawan nya telah mati, Tumenggung Singorejo pun lantas meninggalkan tempat tersebut, dibawah guyuran hujan yang sangat deras ia memacu kudanya meninggalkan dusun ngundur kembali ke Mataram dan membiarkan tubuh Wisanggra Kinangkin yg masih diam terkapar di sebelah ara -ara dekat jalan utama di dusun ngundur ini.

Tumenggung Singorejo memang harus cepat tiba di Mataram sebab esok hari ia akan menjalani sidang paseban agung di istana, sehingga tidak memperdulikan lagi lawan nya itu.

1
Iskandar Muda
Lumayan
Iskandar Muda
Kecewa
Andalas 476
kurang kerjaan juga nih MC ,knp gk KEPALA atau DADA nya yg di Panah...jadi manjangin cerita aja dah..
Umar Muhdhar
2
Umar Muhdhar
1
Sarip Hidayat
waaaaaaah ripuh nie
AbhiAgam Al Kautsar
kinangkin kenapa kau tak menyamar saja.. sangat beresiki klo kau hy pake caping bambu yg lebar
Windy Veriyanti
Aji Saka hanya mengedepankan egonya, tanpa mau mawas diri.
Tentu gurunya telah mempertimbangkan siapa utusan yang pantas dan mumpuni dalam kanuragan untuk menghadiri pertemuan mewakili Padepokan Elang Canggah
Windy Veriyanti
you're next, Ki Kiwo Sentolo...akan menyusul kakak seperguruanmu 👊😈😤
AbhiAgam Al Kautsar
nice....
Ami Gumay
hebat....
Umar Muhdhar
1
Windy Veriyanti
akhirnya Bahuro menyusul adiknya...
benar kata anggota perampok, Bahuro hanya bermulut besar 😥
AbhiAgam Al Kautsar
mantap nyooo
Umar Muhdhar
1
Windy Veriyanti
sebentar lagi giliranmu, Bahuro 😤😈👊
AbhiAgam Al Kautsar
jangan kasih napas
Sarip Hidayat
maju terus jangan kasih kendor... ciblek
Umar Muhdhar
1
Windy Veriyanti
prajurit tapi juga jadi perampok 😠
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!