Hukuman utk penabrak ternyata tidak bisa menyentuhnya, dengan angkuhnya pria itu menutupi kasus tabrakan dengan sejumlah uang. Akan tetapi adik korban tidak menyetujuinya, justru memaksa penabrak menikahi anak korban, Salma. Dengan terpaksa Kavin, pria arogan menikahinya.
Rasa benci kepada si pelaku sudah tertanam di hati Salma namun sayang tidak bisa dilampiaskan. Karena Kavin sudah meninggalkan acara akad nikah, sebelum mereka berdua akan di pertemukan. Tragis nasib Salma dan Kavin yang tidak tahu jelas nama dan wajah pasangannya.
"Baguslah kalau perlu mati dijalan sekalian! Salma tidak perlu melihat pria itu!!" emosi gadis itu.
Doanya seketika terkabul, tapi apa yang mati??
Akankah nikah paksa tiga tahun lalu terkuak setelah sekian lama Salma dan Kavin tidak bertemu? Dan sekarang di pertemukan kembali sebagai Bos dan Karyawan.
Ini bukan kisah romantis, tapi kisah dua orang yang saling membenci. Apakah mereka melanjutkan rumah tangganya? atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan Paman Didit dan Kavin
“Pak Didit kenalkan ini Tuan Kavin Ardana Adiputra,” Ari memperkenalkan Didit dengan Kavin. Di antara mereka berdua tidak ada yang satu pun yang mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
Antara Kavin dan Didit sama-sama sedang saling mengamati.
Ck ... pria kampungan !! batin Kevin sombong.
Dua pria dengan kasta yang berbeda, walau sama-sama menggunakan setelan celana bahan dan kemeja, namun terlihat sekali perbedaannya. Mereka berdua bagaikan bumi dan langit.
Tatapan Paman Didit ketika melihat pria yang penuh dengan karismatik, terlihat menahan emosi, ingin rasanya salah satu tangannya melayangkan bogeman mentah ke wajah tampan tersebut.
Sedangkan pria yang ditatap, membalasnya den
gan tatapan dingin dan sedikit mencemoohkan.
“Didit.” Paman Didit akhirnya mengulurkan tangannya, untuk berjabat tangan. Namun sayangnya Kavin tidak menyambutnya.
“Silahkan duduk Pak Didit,” Ari mempersilahkan tamu Tuannya untuk duduk. Paman Didit memilih duduk berhadapan dengan Kavin.
“Jadi Anda yang telah menabrak kakak saya, sampai kehilangan nyawanya!!” tegur Paman Didit, nada agak meninggi. Paman Didit menilai jika pria yang ada di hadapannya usianya tidak jauh beda seperti dirinya, atau mungkin lebih muda dari usia Didit, jadi tidak perlu memanggilnya Bapak atau Tuan.
“Kecelakaan yang tidak di sengaja,” jawab santai Kavin, tanpa merasa bersalah.
“Saya sudah mengutus asisten untuk mengantarkan uang damai, kenapa Anda tidak menerima?” sambung Kavin, dengan memasang wajah dinginnya.
“Dengan mudahnya Anda memberikan kami uang damai, tanpa datang melihat sendiri keadaan korban, dan mengucapkan kata maaf serta belasungkawa kepada kami selaku keluarga korban yang di tinggalkan!!” balas dengan tegasnya Didit berkata.
“To the point saja berapa yang Anda minta agar urusan ini kelar! Tidak usah di perpanjang urusan kecelakaan ini?” Kavin bisa menebak jika pria kampung yang datang ini akan memeras uangnya.
Pria ini kelihatannya cukup kaya walau tidak terlihat muda lagi, saya rasa bisa meminta dia untuk menikahi Salma, batin Didit.
“Kakak saya, memiliki anak gadis yang di tinggalkan, usianya baru 18 tahun dan masih duduk di kelas 12,” ucap Didit, tanpa memutuskan tatapan matanya.
Kavin mengernyitkan dahinya, hingga kelihatan satu kerutan di dahinya.
“Lalu apa hubungannya dengan anak korban?” tanda tanya Kavin.
“Anak korban sekarang sebatang kara, sebelum meninggal Bapaknya, empat tahun yang lalu baru kehilangan ibunya. Sekarang yatim piatu,” balas Didit.
“Saya minta uang damai sebesar 300 juta, serta Anda harus bertanggung jawab dengan masa depan anak korban yaitu dengan menikahinya. Karena saya tidak sanggup menanggung beban hidup dan merawat keponakan saya,” pinta Paman Didit terkesan memaksa.
“Hahahaha ... Anda bilang saya harus menikahi anak korban ... ck, bocah ingusan baru umur 18 tahun!” Kavin tertawa terbahak-bahak.
“Ari coba dengan permintaan bapak ini, saya harus menikahi gadis kampungan yang masih bocah ingusan sebagai alasan bertanggung jawab akan masa depannya." Kavin benar-benar melanjutkan tertawanya.
Ari hanya tersenyum tipis, tidak bisa memberi tanggapan kepada tuannya.
“Jika saya tidak bisa menikahi keponakan Anda, bagaimana!” balas Kavin kembali dengan wajah seriusnya.
“Saya tidak segan untuk melapor kejadian kecelakaan kemarin pagi ke pihak berwajib!!” ancam Didit tidak main-main.
Reputasi Kavin sebagai pengusaha akan hancur jika sampai kejadian tersebut sampai terlapor ke pihak berwajib. Terpaksa pria tampan itu memutar otaknya.
“Bagaimana kalau uang damainya saya beri 500 juta, dan tanpa harus menikahi keponakan Anda?” Kavin berusaha bernegosiasi.
Paman Didit berpikir sejenak, setelah mendapat tawaran uang sebanyak 500 juta.
“Apakah Anda sudah menikah, hingga tidak bisa menikahi keponakan saya?” tebak Didit, karena melihat wajah Kavin yang tidak terlalu muda dan juga belum terlihat tua, pastinya sudah menikah dan mungkin saja sudah punya beberapa anak.
“Ya saya sudah menikah, dan tidak mungkin akan menikah dengan wanita lain. Karena saya sangat mencintai istri saya,” tukas Kavin.
“Anda tidak perlu mencintai keponakan saya, cukup nikahi keponakan saya secara siri kalau tidak bisa melegalkan pernikahannya. Setelahnya terserah Anda mau di anggap istri atau pembantu di rumah Anda,” tawar Didit, agar pria yang ada di hadapannya mau menikahi Salma.
Ari yang mendengar ucapan Didit seketika terbelalak sungguh teganya seorang paman menikahkan keponakan cantiknya hanya untuk lepas dari tanggung jawab, dan membiarkan keponakan cantiknya untuk di jadikan pembantu oleh pria yang akan menikahinya.
Kavin mencoba memahami permintaan keluarga korban, menikahi anak korban tanpa cinta, dan anggap saja sebagai pembantu. Sepertinya ide yang bagus, tapi di satu sisi dirinya seperti mengkhianati istrinya.
“Jika Anda tidak bisa, maka saya permisi. Urusan kita sampai di sini, sampai ketemu si kantor polisi,” Didit beranjak dari duduknya.
“Tunggu ...,” cegah Kavin, agar Didit kembali duduk dan tidak pergi terlebih dahulu.
“Baiklah saya menerima permintaan Anda, tapi ada syarat yang harus Anda terima!”
“Persyaratan apa?”
“Saya akan menikahi keponakan Anda secara siri, akan tetapi tetap keponakan Anda tinggal di desa, saya tidak bisa membawanya ke tempat saya karena saya sudah punya keluarga. Dan sebagai tanggung jawabnya tiap bulan saya akan memenuhi nafkah lahirnya. Jadi hanya sekedar menikahinya saja, tidak lebih dan jangan banyak menuntut. Jika Anda tidak terima persyaratannya, maka silahkan Anda laporkan saya ke pihak berwajib,” tukas Kavin, menjawab permintaan Didit.
Sepertinya persyaratannya tidak terlalu susah, nanti tinggal bicarakan dengan Salma, batin Didit.
“Baik kalau begitu saya terima, uang damai 300 juta dan Anda bersedia menikahi keponakan saya secara siri.” Paman Didit menyetujuinya.
“Jadi kapan saya harus menikahi keponakan Anda?”
“Besok siang, lebih cepat lebih baik!!” ujar Paman Didit.
“Satu lagi jangan mengundang orang banyak, dan pernikahan ini hanya ijab kabul saja, tidak ada resepsi,” kata Kavin penuh penegasan.
“Baik, akan saya menuruti permintaan Anda,” balas Paman Didit.
Kesepakatan antara pihak korban dan tersangka terjadi di siang hari ini. Ari sebagai asisten akan menyiapkan surat kesepakatan sesuai perintah Tuan Kavin, agar ke depan tidak ada tuntutan kembali.
🌻🌻
Sore hari Paman Didit sudah kembali ke rumahnya, dan kebetulan rumahnya bersebelahan dengan rumah kakaknya, bapaknya Salma.
Sesampainya di rumah, Paman Didit memberitahukan hasil pertemuannya dengan sang penabrak, dan terlihat senyum sumringah dari Bibi Tia, setelah mendengar uang sebesar tiga ratus juta. Buat wanita paruh baya itu, angka yang sungguh luar biasa banyak.
Pikiran wanita paruh baya itu mulai berkhayal akan belanja ke kota, lalu membeli gelang, kalung emas. Kemudian mengganti perabotan rumahnya, sungguh senang sekali hati Bibi Tia.
Paman Didit dan Bibi Tia mulai ke rumah Pak RT setempat untuk meminta bantuan untuk mengelar acara akad nikah Salma, dan Pak RT menyanggupinya. Kemudian Tia segera memesan beberapa makanan untuk acara besok.
Sedangkan keadaan Salma, masih tergolek lemas di kamarnya, gadis itu seperti tidak ada nyawanya. Untuk makan saja, gadis itu tidak berselera apalagi untuk melakukan kegiatan sehari harinya. Dan untungnya wali kelas di sekolahnya memberikan izin masa berkabung untuk Salma, tanpa menentukan berapa harinya, se siap Salma nya saja.
bersambung ...
Kakak Readers jangan lupa tinggalkan jejaknya ya. Terima kasih sebelumnya.
Love you sekebon 🌻🌻🌻🌻
Salma lagi sakit
Ternyata Kavin sudah punya istri