Sebuah insiden membawa Dinda Fahira Zahra dan Alvaro Davian bertemu. Insiden itu membawa Dinda yang yatim piatu dan baru wisuda itu mendapat pekerjaan di kantor Alvaro Davian.
Alvaro seorang pria dewasa tiba-tiba jatuh hati kepada Dinda. Dan Dinda yang merasa nyaman atas perhatian pria itu memilih setuju menjadi simpanannya.
Tapi bagaimana jadinya, jika ternyata Alvaro adalah Ayah dari sahabat Dinda sendiri?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada yang tak sesuai norma. 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Satu
Alvaro tersenyum dengan istri dan anaknya. Dia lalu menutup laptopnya. Dinda memilih duduk di samping kiri suaminya dan Vina samping kanan sang Daddy.
"Daddy mau pergi kerja. Kalian mau dibelikan apa nanti pulangnya?" tanya Alvaro.
"Mas, kita makan malam di luar aja, ya. Aku mau makan bertiga dengan Vina," ucap Dinda dengan manjanya.
Alvaro mengacak rambut sang istri sambil mengangguk tanda setuju. Dia lalu memeluk bahu putrinya agar makin merapat.
"Kamu mau tinggal dengan Daddy?" tanya Alvaro dengan suara pelan, takut sang putri tak setuju.
Vina tak langsung menjawab pertanyaan Daddy nya. Dia lalu memandangi Dinda dan Alvaro secara bergantian. Sebenarnya ada keinginan untuk tinggal bareng mereka. Namun, dia takut akan menggangu karena mereka pengantin baru.
"Iya, Vin. Kamu tinggal di sini aja," ucap Dinda dengan antusias.
Vina hanya tersenyum. Dia masih ragu untuk menjawab. Selain karena tak mau mengganggu dia juga malu, karena sempat mengatakan hal buruk tentang sahabat dan Daddy nya itu.
"Aku takut akan menggangu Daddy dan Dinda," ucap Vina dengan suara pelan.
Dinda tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu. Dia mengerti jika Vina pasti sungkan karena dia dan daddy nya telah menjadi suami istri.
"Sejak kapan kamu sungkan begini. Nanti sesekali kita bisa tidur bareng lagi. Biar Daddy tidur sendiri," ucap Dinda sambil tertawa.
Alvaro memandangi Dinda dengan tatapan sejuk dan tanpa di duga mengecup pipi istrinya. Dia lalu mendorong pipi suaminya agar menjauh. Wajahnya memerah menahan malu.
"Kenapa sih?" tanya Alvaro dengan wajah cemberut. Dinda lalu menunjuk Vina dengan bibirnya.
Alvaro memandang ke samping. Vina tampak membuang wajahnya. Mungkin segan.
"Kenapa dengan Vina? Dia pasti mengerti karena kamu itu sudah menjadi istriku," balas Alvaro.
"Mas tak malu. Vina aja tak mau mandang itu. Sudah jam delapan, apa Mas tak kerja?" tanya Dinda mengalihkan obrolan.
"Aku pergi. Nanti kalian berdua harus sudah siap saat Daddy jemput. Jangan dandan yang menor. Daddy tak suka mata pria memandangi istri dan putriku," ucap Alvaro.
"Alah, Mas aja saat pertama bertemu aku mandang aja terus tanpa kedip," ucap Dinda. Dia lupa ada Vina di antara mereka. Sehingga bercanda begitu.
"Tak malu kalau omongan kamu itu di dengar Vina?" tanya Alvaro. Dia sengaja untuk menggoda istrinya itu.
"Mas yang mulai," jawab Dinda dengan wajah makin memerah menahan malu.
Alvaro lalu mengecup pipi istrinya, lalu pipi sang putri. Dia pamit di antar Dinda hingga ambang pintu keluar. Vina menatap tanpa kedip sepasang suami istri yang tampak sangat berbahagia itu.
"Bagaimana mungkin aku sempat meminta mereka berpisah, padahal Daddy tampak sangat bahagia dengan Dinda. Aku tak pernah melihat senyum semringah itu sejak lima tahun belakangan ini. Maafkan aku Daddy, karena tak menyadari arti kebahagiaanmu adalah berada di samping Dinda. Semoga kalian akan bahagia selamanya," ucap Vina dalam hatinya.
**
Alvaro baru saja keluar dari kantor dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan perutnya sudah mulai keroncongan. Hari ini, dia sudah merencanakan sesuatu yang spesial untuk istrinya, Dinda, dan putrinya Vina. Dia ingin mengajak mereka makan malam di restoran favorit keluarganya. Alvaro berharap ini bisa menjadi momen yang menyenangkan dan mempererat hubungan mereka.
Sesampainya di apartemen, Alvaro langsung disambut oleh Dinda yang sedang duduk di sofa, tampak sibuk dengan ponsel di tangannya. Wajahnya yang cantik tersorot cahaya lampu lembut di ruang tamu, membuatnya semakin anggun. Vina, duduk disamping sang istri.
“Dinda, Vina, apa kalian sudah siap untuk makan malamnya?" tanya Alvaro melihat kedua wanita itu masih bersantai.
"Bukankah tadi Daddy mengatakan kalau pulang agak telat dari waktu yang di rencanakan. Jadi aku dan Dinda tak bersiap-siap takut nggak jadi," jawab Vina.
"Kalau begitu cepatlah kalian bersiap, Daddy tunggu," balas Alvaro.
Dalam waktu singkat, mereka sudah siap. Dinda mengenakan dress sederhana namun anggun dan bagitu juga dengan Vina tampak cantik dengan blouse yang penuh warna. Alvaro tetap casual dengan kemeja dan celana jeansnya, tetapi senyumnya membuat penampilannya terlihat lebih menawan.
Setelah semua siap, mereka berangkat menuju restoran, Mobil Alvaro melaju dengan santai di jalanan Jakarta yang mulai padat. Musik soft rock mengalun lembut mengisi suasana.
“Saya rasa kamu harus sering mengajak kami makan malam seperti ini, Mas,” ucap Dinda sambil memandang jendela, lalu menoleh ke arah Alvaro.
“Iya, Sayang. Aku merasa kita butuh lebih banyak waktu bersama. Apa lagi sebentar lagi anggota keluarga kita akan bertambah," jawab Alvaro.
Vina yang mendengarnya menambahkan, “Bener, Dad. Tapi, jangan lupa juga, kita harus nonton film setelah makan malam! Habis itu kan kita jadi lebih dekat!”
“Sepakat!” jawab Alvaro dengan tawa. “Film apa yang mau ditonton?”
Vina berpikir sejenak. “Film horor itu, kayaknya seru!” Dia tertawa karena tahu betapa Dinda tidak suka film horor.
“Jangan-jangan kamu mau aku teriak-teriak?” tanya Dinda dengan wajah cemberut.
“Sudah mau punya anak masih saja takut dengan hantu," ledek Vina.
Alvaro tertawa melihat putri dan istrinya begitu dekat dan akrab. Dia merasa sangat bahagia.
Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di restoran. Suasana di dalam restoran cukup ramai, tetapi terlihat hangat dan nyaman. Lampu-lampu redup menciptakan atmosfer yang romantis.
Mereka langsung menuju meja yang sudah dipesan sebelumnya oleh Alvaro. Setelah duduk, pelayan datang mengantarkan menu.
“Silakan dilihat, Pak dan Ibu,” kata pelayan sambil tersenyum. “Ada banyak pilihan lezat di sini.”
Alvaro memeriksa menu dengan teliti. “Oke, kita pesan sushi sebagai pembuka. Lalu, untuk makanan utama, aku rekomendasikan ramen dan udon. Bagaimana?” tanyanya kepada Dinda dan Vina.
“Ramen? Yesss!” seru Vina dengan semangat. “Kalau udon aku pengen campur sayuran!”
Dinda mengangguk setuju. “Aku setuju, Mas. Dan kita juga harus pesan dessert, ya. Kreasi khusus dari chef di sini itu enak banget!”
Setelah menentukan pesanan, Alvaro memberi isyarat kepada pelayan untuk mengambil pesanan mereka. Keberadaan Dinda dan putrinya di meja tersebut membuat Alvaro merasa bersyukur.
Makanan mulai datang satu per satu. Sushi yang berwarna-warni, ramen yang steaming, dan udon yang menggoda selera terlihat sangat menggugah selera. Mereka mulai menikmati hidangan dan berbincang santai tentang berbagai topik.
“Enak banget! Kenapa ya sushi di sini selalu lebih enak daripada yang di tempat lain?” tanya Alvaro sambil menikmati potongan sushi dengan wasabi.
“Itu karena mereka sudah berpengalaman, Dad. Atau mungkin karena Daddy memang sedang berbahagia.” Vina menjawab sambil sedikit menggoda.
“Betul sekali, sayang. Semoga kita bisa makan malam seperti ini lebih sering. Sekarang kita cari kesempatan setiap minggu untuk makan bareng, ya,” Alvaro merencanakan.
“Setuju!” Dinda dan Vina kompak menjawab.
Setelah selesai menikmati makan malam, mereka memutuskan untuk memesan dessert. Pelayan membawa hidangan penutup berupa es krim matcha dan cake coklat yang terlihat lezat.
“Wah, ini yang paling ditunggu!” seru Vina, matanya berbinar melihat es krim matcha.
“Silakan, ambil sebanyak yang kalian mau,” kata Alvaro, senang melihat kebahagiaan di wajah mereka.
Saat menikmati dessert, tiba-tiba Dinda menatap Alvaro dengan mata berbinar-binar. “Ayo, kita foto bersama, Mas! Ini momen yang harus diabadikan.”
“Bagus! Siapkan pose terbaik!” Vina ikut ceria, dan mereka pun berdiri di depan meja, mempersiapkan pose.
Setelah itu, mereka menghabiskan waktu berkumpul, bercanda, dan berbagi cerita lucu hingga restoran mulai sepi. Tawa dan kebahagiaan mengisi malam mereka.
Alvaro dan kedua wanita yang sangat dia cintai itu keluar dari restoran dengan langkah yang bahagia. Dia berencana akan sering mengajak mereka buat makan malam di luar agar keduanya makin akrab dan tak ada kecanggungan lagi.
Alvaro lalu memeluk istrinya dan di sampingnya ada Vina yang tampak juga sangat bahagia. Saat mereka sampai di parkiran, Vina dan Alvaro terkejut melihat seorang wanita yang juga sedang menuju ke sebuah mobil. Mereka saling bertatapan.
selesaikan dulu sama yg Ono baru pepetin yg ini
semoga samawa...
lanjut thor...