NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tersurat

Cinta Yang Tersurat

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:61.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Kisah cinta dua remaja yang membawa mereka pada impian untuk sehidup sesurga.

“Lima tahun lagi aku akan datang melamarmu, tunggu aku” kalimat itu meluncur begitu lantang dari lisan seorang pemuda berseragam putih abu, di hadapannya seorang perempuan berjilbab putih yang menjulur menutupi hampir seluruh tubuhnya tengah tertunduk malu.

“Tak perlu mengikatku dengan janji. Bila aku takdirmu, kita pasti akan bertemu. Untuk sekarang, kita kerjakan bagian kita masing-masing, aku dengan hidupku, kamu dengan hidupmu. Perihal temu, datanglah bila sudah benar-benar siap. Itu juga bila belum ada yang mendahuluimu.” Helaan nafas terdengar menjadi pamungkas dari ucapan gadis itu.

Akankah kisah cinta mereka berakhir bahagia?
Atau justru hadir orang yang mendahului?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu Tak Diduga

Aku sudah mencoba untuk tidak merindukanmu, namun pada akhirnya kamu tetap bermuara di pikiranku. (Ariq)

☘️☘️☘️

Kamilia urung melanjutkan langkah, orang yang sedang ingin dia hindari nyatanya begitu akrab dengan orang yang datang bersamanya. Dia memilih kembali dan memasuki toilet khusus akhwat untuk menghindar.

Entahlah yang Kamilia lakukan saat ini benar atau salah, hanya yang pasti hatinya tidak bisa mengelak jika sampai saat ini semua hal yang berhubungan dengan Ariq masih saja membuat hatinya bergetar dan berujung salah tingkah.

"Astaghfirullah ..." gumamnya, dia mengusap dada sambil terus melafalkan kalimah istighfar, berharap apa yang tengah dirasakannya segera menguap.

"Ya Allah, ini salah, ini salah, semuanya sudah berakhir, tolong ya Allah, jangan biarkan rasa yang tidak layak ini masih bersemayam dalam hatiku" munajatnya dengan mata terpejam, dia duduk di kursi tunggu di area antara mushala dengan toilet akhwat.

Sementara di lain sisi, Cakra yang saat itu berdiri di shaf paling belakang, memilih menyandarkan tubuhnya setelah usai berzikir ba'da salat maghrib, di saat bersamaan teman-teman Kamilia yang tadi bertemu dengannya ternyata juga ada di sana.

Mereka pun kembali saling menyapa, Cakra senang bisa kembali bertemu dengan mereka hingga akhirnya mereka kembali terlibat obrolan singkat dan terjeda saat masing-masing dari temannya Kamilia itu menerima telepon di waktu yang nyaris bersamaan. Karena suasana mushala ikhwan sudah cukup sepi mereka pun memilih menerima telepon di sana.

Cakra memilih memberi kode untuk berpamitan kepada mereka, dia hendak keluar dan di saat yang sama sang imam yang juga sudah selesai dengan aktivitasnya datang menghampiri.

Keduanya sempat beradu tatap, hingga akhirnya mereka saling menunjuk, Cakra yang lebih dulu mengurai senyuman karena orang yang sedang berhadapan dengannya tidak lain adalah teman lamanya.

"Ariq!" seru Cakra,

"Assalamu'alaikum, Mas Cakra" sapa Ariq sembari mengulurkan tangan mengajak bersalaman dan tentu disambut cepat oleh Cakra yang merasa surprise dengan mantan tetangganya dulu.

"Wa'alaikumsalam, hey ...apa kabar?" balas Cakra di balik punggung Ariq saat mereka berpelukan.

"Baik Mas, Mas Cakra apa kabar? Apa kabarnya juga dengan omm dan tante?" Ariq tak kalah menunjukkan kebahagiaannya bertemu dengan Cakra.

Sejak melihat foto Cakra sedang bersama dengan teman-teman masa putih abu-abunya, Ariq langsung ingat tentang sosok laki-laki itu.

Mereka adalah tetangga, sebelum sang daddy memboyong keluarga barunya ke rumah yang baru pasca omanya meninggal dunia, mereka adalah tetangga yang akrab.

Saat itu Ariq masih duduk di bangku sekolah dasar dan Cakra sudah berseragam putih biru. Keduanya sering bertemu saat berolah raga pagi di taman komplek di hari libur. Taman yang dilengkapi dengan fasilitas olah raga itu menjadi tempat pertemuan mereka. Hobi mereka sama yaitu basket. Cakra yang sudah lebih jago dari Ariq tentu menjadi idola bagi Ariq saat itu.

Ariq jadi lebih bersemangat saat libur tiba, dia selalu duduk di barisan paling depan untuk melihat Cakra bermain basket.

Sejak saat itu mereka pun mulai akrab dan sering menghabiskan waktu libur bersama. Tidak hanya di taman saat berolah raga tapi juga di rumah. Masing-masing secara bergantian saling mengunjungi rumah, terutama Ariq yang sering di ajak ke rumah Cakra yang berjarak tiga rumah dari rumahnya waktu itu. Di sana terdapat fasilitas basket yang membuat Ariq semakin tertarik.

"Alhamdulillah mama dan papa baik, bagaimana dengan kabar tante Tiara dan Omm Arzan? Sudah lama tidak pernah bertemu, pertemuan terakhir saat omm Arzan kembali merima penghargaan sebagai pengusaha tersukses dua tahun lalu kebetulan aku datang mewakili papa" jelas Cakra dengan wajah sumringah.

Obrolan mereka pun berlanjut hingga ke luar area mushala, Cakra yang menunggu Kamilia selesai masih terus berbincang santai dengan Ariq. Topik pembicaraan mereka pun tentu seputar masa-masa kecil mereka yang akhirnya harus terpisah karena papa dan mama Cakra juga harus kembali pindah ke Yogyakarta sebagai kota kelahiran papanya Cakra.

Cakra terus melirik jam yang melingkar di tangannya, sudah hampir sepuluh menit berlalu dia berada di sana namun Kamilia tak kunjung datang.

Ting ...

Bunyi notifikasi ponsel Cakra pun menjeda obrolan keduanya, dengan semangat Cakra membuka pesan yang menampilkan nama kesayangannya setelah meminta izin kepada Ariq terlebih dahulu.

Seulas senyum terlukis menghiasi wajah tampan Cakra, dia pun segera menggerakkan jarinya untuk membalas pesan yang diterimanya.

"Riq, sorry ya Mas harus pergi duluan, next ...kita ketemuan lagi ya! Mas kangen jadi lawan main basket kamu, kayaknya sekarang makin jago. Sampaikan salam dari mas buat Omm Arzan dan Tante Tiara ya?!" Cakra memutuskan untuk pamit karena Kamilia mengiriminya pesan jika dirinya sudah menunggu di area lain.

"Oke Mas, fii amanillah, Insya Allah nanti aku sampaikan sama daddy dan mommy" jawaban Ariq lebih singkat, keduanya pun bersalaman dan kembali berpelukan sebelum berpisah.

"Oya ..." Cakra yang sudah beberapa langkah meninggalkan Ariq berhenti, dia kembali membalikan badan dan berkata setengah berteriak.

"Mas akan segera menikah, jangan lupa datang ya, nanti undangannya spesial diantarkan buat kamu" ucap Cakra dengan mata berbinar, Ariq hanya menganggukan kepalanya dengan senyum tipis.

Lambaian tangan pun menjadi pamungkas pertemuan mereka. Jika Cakra sangat antusias atas pertemuannya dengan Ariq, tapi berbeda dengan laki-laki itu. Selepas Cakra pergi wajahnya berubah sendu.

"Kali ini kita bukan akan jadi lawan main basket mas, tapi rival dalam urusan cinta. Milia, kamu benar-benar menghindariku. Aku sudah mencoba untuk tidak merindukanmu, namun pada akhirnya kamu tetap bermuara di pikiranku. batin Ariq.

Dia sengaja menahan Cakra dan mengajaknya mengobrol, berharap Kamilia datang dan mereka bertemu. Entah apa yang Ariq harapkan lagi, tapi melihat foto yang ditunjukkan Mirza membuat dia memutuskan untuk pergi ke tempat ini.

Kamilia berpikir keras bagaimana caranya keluar dari tempat itu tanpa diketahui Cakra dan Ariq, kembali ke mushala pun tidak mungkin karena di sana masih ada teman-temannya.

Saat sedang berpikir, tiba-tiba di hadapannya melintas beberapa orang akhwat yang akan keluar dari area mushala, dengan jantung yang berdegup kencang Kamilia bergabung dengan rombongan mereka dan berhasil keluar melewati Cakra dan Ariq yang sedang asik mengobrol.

☘️☘️☘️

Persiapan pernikahan sudah hampir rampung jika dipersentase sudah mencapai sembilan puluh sembilan persen. Besok adalah hari kepulangan Kamilia ke Garut, sesuai rencana dia akan pulang Jumat siang untuk mempersiapkan diri menghadapi pernikahan dadakannya yang akan digelar hari minggunya.

Sudah hampir seminggu tidak bertemu Cakra, selain karena dilarang sang calon mertua untuk Cakra menemuinya, Kamilia dan Cakra pun benar-benar sibuk merampungkan tugas karena akan ditinggalkan beberapa hari untuk merayakan pernikahan mereka.

Undangan pernikahan sudah tersebar, padahal acara resepsi akan dilaksanakan seminggu setelah pernikahan yang akan di gelar di Garut. Sekolah Kamilia pun gempar, bukan hanya para guru yang heboh karen mendapat undangan pernikahan Kamilia yang tiba-tiba tapi juga para siswa. Kamilia sampai menghindar agar tidak bertemu anak-anak didiknya karena pasti kehebohan kembali terjadi.

Di kalangan guru dan karyawan kehebohan bukan hanya tentang Kamilia yang menikah secara tiba-tiba tapi juga karena membaca nama yang tertera pada undangan sebagai calon suami Kamilia.

Kepala sekolah yang secara khusus menjadi orang pertama yang menerima undangan tentu menjadi orang yang paling tahu siapa calon suami Kamilia dan karena hal itu pula Kamilia akhirnya diizinkan untuk mengambil cuti selama tiga hari ke depan dan pulang lebih awal hari ini.

"Ciee ...calon pengantin, sudah siap-siap aja nih mau pulang" Sarah datang menghampiri Kamilia yang sedang merapikan barang-barang miliknya.

"Do'ain ya ..." balas Kamilia dengan tersenyum simpul, Sarah pun turut membantu merapikan meja Kamilia.

Tok ...tok ...tok ...

Ketukan pintu ruang guru yang kebetulan sepi karena masih jam kegiatan belajar mengajar mengalihkan fokus Kamilia dan Sarah yang berada di sana.

"Ya Pak, silakan masuk" Sarah yang merespon, laki-laki berseragam satpam pun memasuki ruang guru setelah mengucapkan salam.

"Maaf Bu Kamilia, Ibu di panggil kepala sekolah" ucap Pak Satpam menyampaikan informasi yang baru diterimanya dari kepala sekolah.

"Hah? Saya Pak?" Kamilia menunjuk dirinya, heran, karena tadi pagi mereka sudah berbicara panjang lebar mengenai pernikahan dan pengajuan cutinya. Pak satpam pun mengangguk sebagai jawaban.

Kamilia pergi menuju ruang kepala sekolah yang tidak jauh dari ruang informasi tempat Pak Satpam tadi bertugas.

"Bapak memanggil saya?" tanya Kamilia saat bertemu dengan kepala sekolahnya di depan pintu ruangannya,

"Iya Bu, di dalam ada tamu, beliau meminta izin pada saya untuk bertemu khusus dengan Ibu, silakan masuk!" Kamilia mengerutkan kening, bingung dengan kepala sekolahnya, kenapa dia justru keluar dari ruangannya saat ada tamu yang akan menemuinya.

"Siapa Pak?" takut, ada, Kamilia merasa janggal dengan sikap kepala sekolahnya.

"Masuk saja Bu, nanti juga akan tahu. Saya tinggal sebentar ya, observasi kelas dulu." tanpa menunggu jawaban meninggalkan Kamilia begitu saja.

Tok ...tok ...tok ...

"Assalamu'alaikum" Kamilia perlahan membuka pintu ruangan kepala sekolah,

"Wa'alaikumsalam, silakan masuk Milia." seseorang yang sudah menunggu Kamilia menjawab bersamaan dengan tubuh yang awalnya membelakangi pintu berbalik.

"Ariq? ..."

1
Yhanie Shalue
kamil mau lahiran,, semoga semuanya lancar dan sehat ya mil
Meli Anja
kamil mau melahirkan...semoga lancar lahirannya....lanjut kak
dyah EkaPratiwi
Ketuban pecah itu, wah otw anggota baru ini, ayo semangat sembuh cakra buat debay
Mukmini Salasiyanti
gercep dong, bang Cak......
mo melahirkan ituuuu........

Aaaaa Ariq.....
😘🥰😍
Meli Anja
kalau cakra tau ariq cinta masa lalunya kamilia ..dia tambah drop atau jadi tenang ya?secara dia bisa menitipkan kamil dan anaknya ke orang yang tepat mungkin?lanjut kak
Mukmini Salasiyanti
Speechless....
whatever...
Fighting, Cakra!!!

Baarokallohu fiiki...
Lanjut dan semangat, Author qu??
🥰😍
Chu Shoyanie
Aku fikir aman ko,Ariq tau&ngerti ,apalagi semua lulusan pesantren
Yhanie Shalue
ikut nyesek baca part ini Thor,, berharap cakra bisa sembuh tp kok kemungkinan kecil,, smg nanti cakra tahu kisah siapa kekasih kamil dulu trs cakra meminta Ariq untuk menggantikan nya seandainya cakra bener2 udah tiada😌
dyah EkaPratiwi
Huhh nggak bisa bayangin gmn perasaan cakra, semangat cakra. Semoga menemukan bahagianya. Semangat sembuh
Adiba Shakila Atmarini
lnjut up thor..
Supriatun Khoirunnisa
Luar biasa
Mukmini Salasiyanti
Semangat, Cak!
😘🥰😍
Meli Anja
lanjut kak
Lies Raylan
makasih Author, ayo terus lanjutkan dan tetap semangat.........
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah, semangat sembuh cakra buat anak istri
Lies Raylan
atau Author akan "membunuh" Cakra ?
karena, biasanya orang yang abis koma, sadar biasanya terus bobok untuk selamanya. se akan2 kesadarannya itu hanya untuk berpamitan/meninggalkan kesan yang baik.
begitukah Author ?
Lies Raylan
wow, lama amat ya........
dosa lho bikin orang penasaran
Meli Anja
lanjut kak
Mukmini Salasiyanti
maaf, thorqu..
aqu suudhzon ni ma, Author...
seperti melambat lambatkan kesembuhan Cakra....
pdhl, deg deg an jg aqu nunggu next Bab nya....
🥰😍🤣
Semangat, thorqu!!!!!
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah, ayo semangat sehat cakra buat baby dan kamilia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!