Terlalu sakit hati atas semua perbuatan ibu mertuaku di saat kami masih miskin.Hinaan demi hinaan aku terima setiap saat hannya karena aku tidak bisa seperti menantunya yang lain.Di bandingkan di jadikan babu bahkan anak-anakku kerap mendapat perlakuan tidak baik dari mertuaku membuat ku dendam sampai mati.
Sekarang saat aku sudah sukses dan dia sudah penyakitan dia ingin aku merawatnya layaknya seorang mertua tentu saja aku menolak dan suamiku mendukung atas sikap ku yang jahat untuk saat ini.
Ikuti kisah rumah tanggaku yang begitu banyak cobaan hingga pada akhirnya Tuhan membuka pintu rejeki kepadaku dan suamiku sembuh dari penyakit yang di deritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agustina Pandiangan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 ~ Semakin membaik ~
Wanita itu membawa Maura masuk ke dalam rumah dari ceritanya Maura menyimpulkan kalau keluarganya itu adalah keluarga terhormat dan memiliki perusahaan besar.
"Kalau siang harinya siapa yang harus saya layani di rumah ini nyonya?" Tanya Maura penasaran karena dari ceritanya mereka dari pagi sampai malam mereka ada di kantor.
" Tidak ada kamu di rumah selain melayani kami kamu juga bertugas menjaga rumah ini,walaupun ada penjaga di luar mereka tidak boleh sembarang masuk ke dalam rumah,Aku hannya punya dua anak yang satu perempuan ada di Jerman sedang kuliah dan satu laki-laki sedang kuliah dia jarang kembali ke rumah karena dia punya apartemen sendiri." Lanjut wanita itu menceritakan semua tentang rumah dan keluarganya.
"Untuk gajimu tiga bulan ke depan kamu mendapat gaji dua juta bersih,kalau kerjamu bagus di tiga bulan berikutnya gajimu saya tambah,apa kamu sanggup?"
"Sanggup nyonya saya sanggup,terima kasih nyonya sudah mempercayaiku,aku akan berusaha bekerja sebaik mungkin dan tidak mengecewakan nyonya." Jawab Maura dengan wajah girang mendengar gaji yang di berikan wanita itu.
"Oke sekarang kamu bisa pulang dan mulai besok kamu mulai bekerja." Ucap wanita itu lalu dia segera pergi menaiki lantai dua rumah itu.
Maura kembali ke rumahnya dengan penuh semangat,dia begitu bersemangat ingin pulang memberitahu kabar baik ini kepada suaminya,rasa lelahnya berjalan seharian menelusuri kota hilang seketika saat dia mendapat pekerjaan.
" Rasanya seperti mimpi,aku mendapat berbagai kemudahan setelah keluar dari rumah mertuaku,semoga saja kehidupan kami semakin membaik." Ucapnya seraya berjalan dengan buru-buru.
Maura membuka pintu kontrakannya,saat itu dia melihat suami dan anak-anaknya tertidur di atas tikar lusuh pemberian sahabatnya Yanti.Suaminya tertidur karena sudah kelelahan sejak tadi tanpa putus asa dia berlatih terus menerus.
"Kamu sudah pulang dek?" Tanya suaminya,Maura yang tadinya ingin ke dapur langsung menoleh dan tersenyum lalu duduk di depan suaminya.
"Sepertinya kamu sangat bahagia,apa kamu beruntung hari ini?"Tanya suaminya saat melihat wajah istrinya penuh kebahagian.
"Iya mas aku sangat bahagia,aku dapat pekerjaan di rumah mewah yang ada di ujung jalan besar itu,pekerjaannya tidak terlalu sulit tapi gajinya lumayan,aku di gaji dua juta setiap bulan,rasanya aku sangat bahagia." Jawab Maura dengan wajah berbunga-bunga.
"Syukurlah dek,kita harus tetap bersyukur doakan aku sembuh secepatnya agar aku bisa bekerja dan kamu di rumah saja." Jawabnya sambil tersenyum bahagia.
"Baiklah mas aku memasak dulu ya,tadi aku sudah belanja untuk makan kita karena aku masih punya sedikit uang,berharap gaji pertamaku bisa membayar hutang." jawab Maura tidak ingin lama-lama berhutang kepada Yanti yang telah membantunya tanpa pamrih.
****
Sementara itu di rumah milik Rena,anak-anaknya yang kaya serta menantu wanita karirnya,dia sedang kesal dan emosi karena pembantu yang mereka pesan dari yayasan batal datang,katanya harus menunggu satu Minggu lagi membuat hatinya sangat marah.
"Dasar orang-orang kampung bagaimana bisa mereka menundanya,rumah berantakan sekali,cucian sudah menumpuk,piring bersih juga hampir habis karena sudah menumpuk di wastafel." Sungutnya.Laura dan Siska saling menatap mereka tidak pernah sekalipun melakukan pekerjaan rumah dan sekarang Maura tidak ada mereka juga ogah melakukan pekerjaan rumah.
"Sudahlah bu untuk apa marah-marah,ibu kan seharian di rumah tanpa melakukan apa pun,lebih baik mama kerjakan itu semua,kalau untuk makan malam kita bisa order." Ucap Irwan tanpa menoleh sedikitpun kepada ibunya.
"Aku kan menjaga anak-anak kalian,mereka yang membuat rumah ini berantakan,lagian masak orang tua yang melayani kalian semua,Laura,Siska kalian pergi sana cuci dulu piring yang menumpuk di dapur." Rena tidak terima di suruh untuk mencuci semua piring yang sudah menumpuk wajahnya terlihat kesal tapi dia tidak berani melawan anak-anaknya dan juga menantunya.
"Aduh bu...Tadi siang aku perawatan kuku,coba lihat kuku aku cantik kan,tidak mungkin dong aku melakukan pekerjaan kotor itu,lebih baik ibu saja,mungkin Laura mau,aku mah tidak mau." Tolak Siska dengan tegas sambil menunjukan kuku cantiknya kepada mereka semua.
"Aku juga tidak mau,kalau kalian tidak ada yang mau jemput saja Maura untuk membersihkan semua ini." Jawab Laura lalu dia segera meninggalkan mereka semua di ruang tamu.
"Maura lagi...Maura lagi,sehebat apa sih dia makanya harus memanggilnya jangan menyebut nama wanita itu di rumah ini muak tau." Jawab Siska dengan wajah kesal.
"Udah lebih baik ibu saja,anakku biar aku yang jaga." Siska mengambil anaknya dari mertuanya lalu dia segera pergi juga ke dalam kamarnya begitu juga kedua anaknya pergi meninggalkannya dengan tega tanpa menegur istri mereka yang tidak mau bekerja dan bahkan menyuruhnya untuk melakukan semua pekerjaan rumah.
Rena menarik napas dalam-dalam,kali ini dia merasa sangat kesal kepada kedua menantunya,yang tega membiarkan dia melakukan pekerjaan rumah sementara mereka malah enak-enak di kamar.
Rena dengan malas pergi ke dapur lalu dia mulai membereskan semua tumpukan piring,sesekali dia menarik napas lalu membuangnya ke udara.
" Kejam sekali kedua menantuku,tega sekali mereka membiarkan orang tua ini untuk melakukan pekerjaan kotor ini." Sungut Rena dalam hati, dia teringat dengan Maura selama mereka tinggal di rumahnya sekalipun dia tidak pernah berani menyuruhnya atau membiarkan dia melakukan itu.
"Aahh sudahlah ngapain aku malah mengingat wanita miskin itu,dia hannya membuat masalah di rumah ini,sudah bagus dia pergi dari rumah ini." Ucapnya dalam hati berusaha menghibur hatinya yang sedang kesal.
Rena menghabiskan waktu dua jam mencuci semua piring dan membersihkan rumah yang kotor,dia duduk di sopa sambil memegangi pinggangnya yang sakit karena kelelahan melakukan pekerjaan rumah.
"Aku lapar,apa mereka sudah memesan makanan?" Tanyanya dalam hati lalu dia pergi ke kamar Laura dan mengetuk pintu kamarnya.
"Irwan,apa kamu sudah memesan makanan untuk malam ini,ibu sudah lapar sekali." Rena mengetuk pintu dengan lembut memanggil anaknya.
"Irwan....Irwan.... Kalian sedang apa,ibu sudah lapar!!" Rena mengulangi panggilannya tapi tetap saja mereka tidak membuka pintu kamar membuat Rena jengkel lalu mengetuk pintu dengan kasar.
"Irwan apa kamu mendengar ibu?" Panggilnya dengan nada tinggi,setelah itu baru pintu kamar ada yang membuka ternyata Laura,ternyata mereka semua sudah tidur dan membiarkan dirinya bekerja di dapur.
" Apaan sih bu? Kami sudah makan,ibu pesan saja sendiri tadi aku memesan hannya untuk kami saja,jadi kalau ibu lapar masak saja mie instan atau order makanan ibu punya uang kan?" Laura menutup pintu dengan kasar setelah mengucapkan kata-katanya.
🌺🌺🌺 bersambung 🌺🌺🌺
beda kisah jika sulung sakit keras ato berkelakuan khusus (autis)
bolehkh ibu tinggal dirumah kalian, nak? gitu donk... pasti gengsiknnn
puji Tuhan/Pray/
jaman sekarang jarang ada lho tinggal bersama seperti di novel ini