~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Kakak ga mampir dulu?" Tanya Tisya.
"Em engga deh soalnya jam 9 nanti ada meeting, salam aja buat ayah sama ibu" Jawab Dimas.
"Iya kak, aku keluar dulu ya" Ucap Tisya
Dimas menganggukkan kepalanya kemudian Tisya mencium tangan Dimas.
"Nanti jam 4 kakak jemput" Ucap Dimas.
"Iya kak" Jawab Tisya.
Tisya keluar dari mobil kemudian berhenti menunggu Dimas berangkat ke kantor.
"Assalamualaikum" Ucap Dimas
"Waalaikumsalam" Jawab Tisya.
Mobil Dimas keluar dari halaman rumah Pras.
"Loh Dimas ga mampir dulu?" Tanya Nia yang baru saja keluar.
"Assalamualaikum" Tisya mencium tangan ibunya.
"Waalaikumsalam" Jawab Nia.
"Kak Dimas buru-buru buk, jadi ga sempet mampir." Jawab Tisya.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah, Tisya langsung masuk ke kamar.
"Kamu nanti mau lama di sini?" Tanya Nia.
"Emmm sampai Kak Dimas jemput, emangnya kenapa bu?" Tanya Tisya.
"Bagus deh kalau gitu, ibu ada arisan sama ibu-ibu PKK, terus nanti jam 2 teman-teman adek kamu mau mau kesini belajar kelompok, kamu bantuin ibu bikin kue yuk" Ajak Nia.
"Yahh ibu mah, aku kan kesini mau istirahat." Ucap Tisya.
"Emangnya kamu di sana ga istirahat?" Tanya Nia dengan nada mengintimidasi.
"Ya istirahat sih, tapi beda bu" Ucap Tisya.
"Ya udah deh kalau kamu ga mau, biar ibu cari bantuan tetangga aja" Ucap Nia sambil berjalan keluar dari kamar Tisya.
"Iya iya aku bantu" Jawab Tisya dengan nada terpaksa.
Sore harinya, setelah Dimas pulang dari kantor ia mampir terlebih dahulu ke toko kue yang tak jauh dari kantornya.
"Assalamualaikum" Ucap Dimas ketika tiba di rumah Pras.
"Waalaikumsalam" Jawab Fian.
Dimas masuk ke dalam rumah dan melihat ada banyak teman Fian di sana.
"Loh lagi pada ngapain ini?" Tanya Dimas.
"Lagi ngerjain tugas kak" Jawab Fian.
"Kebetulan kakak beli kue tadi, nih kamu bagi" Ucap Dimas.
"Yah tadi Kak Tisya udah bikin kue kak, kakak bawa ke dalam aja ini masih banyak" Jawab Fian.
"Beneran?" Tanya Dimas.
"Iya kak" Jawab Fian.
Dimas kemudian masuk ke dalam dan bertemu dengan istrinya yang tengah rebahan di depan televisi.
"Assalamualaikum" Ucap Dimas.
"Waalaikumsalam" Jawab Tisya
Dimas mendekati Tisya dan Tisya langsung mencium tangan suaminya.
"Kok ga pakai jilbab sayang?" Tanya Dimas.
"Ga ada orang" Jawab Tisya.
"Tuh di luar banyak orang" Ucap Dimas.
"Ga papa cewek semua juga" Jawab Tisya.
Bian meletakkan kue yang ia beli di atas meja makan lalu Tisya mengajaknya naik ke kamar
"Ibu kemana?" Tanya Dimas.
"Ibu arisan, ayah belum pulang" Jawab Tisya.
Setibanya di kamar Tisya meminta tolong kepada suaminya untuk menurunkan kopernya yang ada di atas lemari.
Dimas terlihat kesulitan mengambil koper, Tisya berinisiatif mengambilkan bangku untuk Dimas.
"Butuh berapa kopernya?" Tanya Dimas.
"Emmm berapa ya kak?" Tisya malah nanya balik.
"Satu atau dua?" Tanya Dimas.
"Hah, emangnya muat?" Tanya Tisya.
Dimas menurunkan dua koper berukuran lumayan besar kemudian ia turun dari bangku.
"Emangnya apa saja yang mau kamu bawa?" Tanya Dimas.
"Itu" Tisya menunjuk beberapa pakaian dan barang-barangnya di atas ranjang.
"Kamu bawa semua pakaian kamu?"
Tisya menganggukkan kepalanya.
"Emmm apartemennya ga muat ya?" Tanya Tisya.
"Muat sih, tapi ga usah lah dibawa semua." Ucap Dimas.
Tisya kemudian memilih-milih bajunya kembali dibantu oleh suaminya.
"*Ternyata dia suka pakai baju terbuka" Ucap Dimas dalam ha*ti
Berkali-kali Dimas memasukkan celana pendek dan tanktop milik istrinya ke dalam koper.
Hampir satu jam mereka sibuk berkemas, hingga akhirnya selesai juga.
"Ada lagi?" Tanya Dimas
"Emmm kelihatannya udah semua" Jawab Tisya.
Dimas menutup kedua koper Tisya kemudian membawanya ke bawah.
Tisya mengembalikan pakaiannya yang tidak jadi ia bawa ke dalam lemari.
"Kita nungguin ibu dulu atau mau pulang sekarang?" Tanya Tisya.
"Nungguin dulu aja, ga enak sama ayah ibu" Jawab Dimas.
Dimas merebahkan tubuhnya di atas kasur yang sudah dibersihkan. Ia melonggarkan dasinya sambil melepas dua kancing atas kemejanya.
"Kakak sudah makan?" Tanya Tisya
Dimas menggelengkan kepalanya.
"Aku panasin dulu makanannya, kakak mau makan di sini atau di bawah?" Tanya Tisya.
"Di bawah aja nanti kakak turun" Jawab Dimas.
Tisya keluar kamar dan berjalan menuju dapur. Setibanya di dapur ia memanaskan tongseng masakan Nia tadi pagi.
Ia melihat plastik di atas meja makan lalu membukanya.
"Kakak beli kue?" Tanya Tisya.
"Iya, tapi kata Fian kamu juga bikin kue?" Tanya Dimas.
"Iya tadi ibu ngajakin bikin kue" Jawab Tisya.
"Masih?" Tanya Dimas
Tisya memotongkan kue bikinannya lalu memberikan kepada suaminya.
Dimas mencobanya dan langsung merem melek.
"Uhh enak banget" Puji Dimas.
Mendapat pujian dari suaminya membuat Tisya senang.
"Coba kamu potongin kue yang kakak beli" Perintah Dimas.
"Banyak apa sedikit?" Tanya Tisya.
"Sedikit aja"
Tisya meletakkan potongan kue itu ke piring yang ada di hadapan suaminya.
"Emmm enakan buatan kamu deh sayang" Puji Dimas lagi.
"Masa sih, perasaan biasa aja deh rasanya." Ucap Tisya.
"Beneran, bikinan kamu enak banget" Ucap Dimas.
Tisya menahan senyumannya, ia langsung pergi ke dapur dan kembali dengan membawa sepiring makanan.
"Kamu sudah makan?" Tanya Dimas.
"Udah siang tadi" Jawab Tisya.
Dimas menghabiskan makanannya dengan lahap hingga habis tak tersisa.
"Assalamualaikum" Ucap Nia.
"Waalaikumsalam" Jawab Dimas dan Tisya bersamaan.
"Udah lama Dim?" Tanya Nia sambil Dimas mencium tangan Nia.
"Belum" Jawab Dimas.
"Bohong bu, udah dari jam 4 tadi Kak Dimas pulangnya" Ucap Tisya.
"Oh iya, maaf ya tadi ibu keasikan ngobrol sama ibu-ibu, biasa kalau lama ga kumpul tuh sekali ngumpul banyak banget yang dibahas" Ucap Nia.
"Dibahas apa digosipin?" Tanya Tisya.
"Emmm, Dimas kamu udah makan?" Tanya Nia.
"Sudah bu, baru aja selesai." Jawab Dimas.
Dimas mengobrol sebentar dengan Nia, sedangkan Tisya naik ke kamar untuk mengambil tasnya.
"Tisya gimana Dim?" Tanya Nia.
"Gimana apanya bu?" Tanya Dimas.
"Dia udah bisa nerima kamu belum?" Tanya Nia.
"Semuanya butuh waktu bu, mungkin sekarang Tisya masih belum bisa melupakan Bian." Jawab Dimas.
"Kamu yang sabar ya, ibu yakin tak butuh waktu lama Tisya bisa nerima kamu kok" Ucap Nia.
"Tapi apa Tisya berbuat yang tidak wajar sama kamu?" Tanya Nia.
"Engga kok bu" Jawab Dimas.
"Baguslah kalau gitu." Ucap Dimas.
Tisya berjalan menuruni tangga sambil membawa tas selempang dan tas yang ia jinjing.
"Kak bantuin dong" Ucap Tisya.
Dimas dan Nia berjalan menghampiri Tisya.
"Kenapa ga dimasukin koper tadi?" Tanya Dimas sambil mengambil alih tas yang dijinjing Tisya.
"Lupa tadi, ternyata make up aku belum masuk" Jawab Tisya.
TBC
Jangan lupa LIKE dan VOTE ❤️ ❤️ ❤️