NovelToon NovelToon
Titik Koordinat Mimpi

Titik Koordinat Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Harti R3

Zefanya Alessandra merupakan salah satu mahasiswi di Kota Malang. Setiap harinya ia selalu bermimpi buruk dalam tidurnya. Menangisi seseorang yang tak pernah ia temui. Biantara Wisam dosen tampan pengganti yang berada dalam mimpinya. Mimpi mereka seperti terkoneksi satu sama lain. Keduanya memiliki mimpi yang saling berkaitan. Obat penenang adalah satu-satunya cara agar mereka mampu tidur dengan tenang. Anehnya, setiap kali mereka berinteraksi mimpi buruk itu bak hilang ditelan malam.
Hingga sampai saat masa mengabdinya usai, Bian harus kembali ke luar negeri untuk menyelesaikan studinya dan juga merintis bisnis. Saat keberangkatan, pesawat yang diduga ditumpangi Bian kecelakaan hingga menyebabkan semua awak tewas. Semenjak hari itu Zefanya selalu bergantung pada obat penenang untuk bisa hidup normal. Mimpi kecelakaan pesawat itu selalu hadir dalam tidurnya.
Akankah harapan Zefanya untuk tetap bertemu Bian akan terwujud? Ataukah semua harapannya hanya sebatas mimpi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harti R3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bucket Bunga Mawar

🎶 I wanna love you like a hurricane

🎶 I wanna love you like a mountain rain

🎶 So wild so pure

🎶 So strong and crazy for you

Sepanjang perjalanan, Zizi bernyanyi ria. Menaiki sepeda motor maticnya, memakai helm lengkap dengan jaket dan ransel dipunggung. Ia selipkan juga earphone di telinganya yang tertutup helm. Menyenangkan. Melajukan motornya di jalan yang cukup sepi. Jalan menuju pantai. Entah apa yang sedang merasukinya, dia ke pantai seorang diri. Mungkinkah ia mencari ketenangan? Tidak. Random aja.

Sementara itu, Bian sedang berjalan di tepi pantai. Menikmati udara pagi hari dan suasana yang masih sepi. Pengunjung villa biasanya akan keluar setelah matahari terbit. Tak lupa juga ia mengabadikan pemandangan dengan kamera yang dibawanya. Menyadari matahari sudah mengintip semesta malu-malu, ia bergegas kembali ke villa sebelum orang-orang sibuk menikmati liburan mereka.

Setengah jam perjalanan Zizi tempuh. Akhirnya sampai juga ia di pantai yang ditujunya. Masih segelintir orang yang beraktivitas di pagi itu. Setelah memarkirkan motor dengan benar, ia berjalan menuju pantai. Ia keluarkan kamera dan langsung melancarkan aksinya mengabadikan momen liburannya. Sesekali air laut menyapu kakinya dengan lembut. Ia rasakan ketenangan pagi itu.

Matahari semakin naik. Orang-orang pun juga mulai berdatangan. Kebanyakan dari mereka datang secara bergerombol. Menghabiskan waktu libur bersama. Sepertinya hanya dia seorang yang datang sendirian. Ia mengarahkan kamera ke arah dua orang paruh baya yang sedang duduk beralaskan pasir di tepi pantai. Romantis. Terdapat beberapa anak tas di samping mereka. Mungkin mereka sedang wisata keluarga.

“Tikarnya Pak, sayang kalau tasnya di taruh di pasir, nanti kotor.” Ucap tukang sewa tikar pada mereka. Benar saja mereka mengiyakan dan menerima rikar tersebut. Memindahkan semua bawaannya di atas tikar. Pemandangan yang sungguh tulus.

Zizi mencoba mencari spot lain untuk menikmati. Ia mencoba berjalan menaiki tempat yang agak tinggi. Di sana berjejer beberapa bangunan villa yang megah. Bernuansa putih, memperlihatkan keindahan visual semakin menarik. Sesekali ia memotret deretan villa tersebut. Sampai akhirnya ia sampai di villa paling ujung. Jaraknya pun cukup jauh, tak seperti bangunan-bangunan sebelumnya. Dari atas sana Zizi bisa menikmati hamparan laut luas yang memanjakan mata.

“Gue pikir cuma di drama ada tempat sebagus ini.”

Ia mulai mengarahkan kameranya ke spot-spot yang menurutnya menarik. Tak lupa ia juga melakukan foto selfie. Andai saja ada yang bisa memotretnya. Tak lama, ada sebuah mobil sport putih yang melintas. Mobil itu berhenti di depan villa yang dimaksud Zizi. Namun Zizi sama sekali tidak terganggu karena asyik memandang dan memotret laut dari sana. Setelah di rasa cukup, Zizi kembali ke bawah. Cacing di perutnya mulai meronta-ronta. Benar saja, ia tak memakan apapaun sebelum berangkat.

“Zizi?” Bian menghentikan aktivitasnya. Ia mendapati sesosok Zizi berjalan menuruni jalanan villa. Sendirian.

“Ngapain dia ke sini? Sendiri?” Bian mencoba menelponnya.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

“Hpnya gak aktif?”

Rasa penasaran membuat Bian mengikuti Zizi. Tentu saja dengan jarak aman biar gak ketahuan. Menuruni jalanan villa dengan hati-hati. Sampai akhirnya sampai di salah satu warung yang berada di dekat pantai. Untung saja Zizi duduk menghadap pantai, jadi dia tak ketahuan mengikutinya. Ia berhenti dan duduk di warung yang berbeda dengan Zizi.

“Eh ada nak Bian, mau pesan apa? Tumben ke sini?”

Sudah tidak heran jika Bian terkenal di sini. Villa ini milik keluarga Bian. Sesekali juga Biana ke sini untuk sekedar memantau villa, barangkali ada yang perlu dibenahi. Perutnya juga mulai protes. Ia tak jadi sarapan karena mengikuti Zizi. Akhirnya dia memesan makanan dan menyantapnya di situ. Tentu saja sambil memperhatikan Zizi.

“Buk saya pesen nasi seafoodnya satu ya. Kepiting sama kerang aja.” Kata Zizi kepada pemilik warung.

Mendadak kepalanya pening. Ia meneguk air putih yang dibelinya. Ingatannya seperti kembali ke alam mimpi. Entah kenapa mimpi itu tiba-tiba muncul. Tebing. Kau luas. Dia seorang diri. Seperti.... De javu kalau orang bilang. Ia meneguk kembali air putih di depannya. Mungkin saja aku lapar karena belum sarapan. Ia memungkas pikirannya dan membuang jauh-jauh ingatan mimpinya.

“Silakan satu nasi dan seafood kepiting kerang.”

“Makasih buk.”

Uhukk!! Tiba-tiba saja ia tersedak. “Pelan-pelan mbak.”

“Ah iya buk. Gapapa kok.”

Sebenarnya bukan benar tersedak. Namun ia kaget dan merasa aneh. Kepiting rebus. Ia menatap seekor kepiting yang tersaji di depannya. Benar saja, Ia teringat kejadian semalam saat mengobrol dengan Bian via telepon.

[Rona merah wajahmu tertinggal di layar ponsel. Gimana dong?]

“Aish!! Kenapa juga gue pesen kepiting sih?”

Ia menatap sekitar memastikan tak ada yang melihat tingkahnya. Dia mencoba mengamati kembali seekor kepiting itu. Memastikan itu bukan dirinya di layar ponsel Bian.

“Ya! Loe gue pesen buat gue makan, bukan malah ingetin gue yang engga-engga.” Ia lalu melahap kepiting itu dengan terus berpikir.

Terdengar ada pengamen pantai yang bernyanyi. Bukan di tempat Zizi, tapi di warung tempat Bian duduk. Kemudian terbesit ide saat pengamen itu selesai bernyanyi pas di depannya. Ia request lagu untuk dinyanyikan kepada Zizi. Ia juga terbesit membelikan bucket bunga mawar yang dijual di pintu masuk.

“Mas liat gadis dengan baju biru di warung sana? Saya minta nyanyiin lagu buat dia. Lagu cantik dari kahitna, tau kan? Trus kasih bucket bunga mawar ini ke dia sambil bilang. Jangan sedih. Setelah misi selesai dateng lagi ke saya ya, tapi jangan bilang itu dari saya.”

“Siap kakak.”

Pengamen itu pun melancarkan aksinya. Berjalan sambil menyanyikan lagu cantik sesuai pinta Bian. Mendatangi satu persatu pengunjung dengan kaleng khas yang mereka bawa. Mereka berjumlah empat orang. Satu penyanyi, satu gitar, satu drum khas pengamen dan satu pembawa kaleng. Zizi tampak menikmati lagunya. Tiba-tiba saja ia kaget saat pengamen itu duduk tepat di sebelahnya. Zizi mengerjapkan mata dan menoleh kebingungan. Pengamen itu bernyanyi dengan terus menggoda Zizi. Ada perasaan takut, aneh, salting dan terhibur. Mungkin begitu cara mereka menarik pengunjung. Begitu pikirnya.

🎶 Cantik, bukan kuingin mengganggumu

🎶 Tapi apa arti merindu, selalu

🎶 Ada hati yang termanis dan penuh cinta

🎶 Tentu saja kan kubalas seisi jiwa

🎶 Tiada lagi, tiada lagi yang ganggu kita

🎶 Ini kesungguhan

🎶 Sungguh aku sayang kamu

Disela-sela menikmati lagu, Zizi sontak terkejut saat pengamen itu berlutut di depannya dan memberinya sebuah bucket bunga mawar merah. Tentu saja diiringi sorak sorai seluruh pengunjung.

“Jangan sedih-sedih lagi ya cantik.” Pengamen itu mengedipkan matanya lalu pergi ke meja yang lain. Sementara Bian di belakang sana tersenyum puas misinya berhasil.

“Random banget hidup gue. Dikasih bucket mawar dari pengamen. Hahaha.” Tawanya sambil terus membolak-balik bucket mawar itu.

 

1
Rami
Karya yang luar biasa. Membacanya seakan larut dalam setiap situasi. Bahagia, sedih, lucu bisa ditemukan di karya ini. Jangan lupa membacanya 🥰
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡: Iya, semangat🙏✌
Rami: salam kenal juga kak, karyamu udah banyak semoga nular di aku yaa /Pray/
total 3 replies
Yume✨
Lanjutkan terus, aku bakal selalu mendukungmu!❤️
Rami
Sabar kakak, bentar lagi rilis. Jangan merana lagi yaa hihihi
Yusuo Yusup
Lanjutin thor, jangan biarkan kami merana menunggu~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!