"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
Tuan Maxim yang masih berada di ruang kerja kembali teringat dengan ucapan mbok Yem, bahwa Paijo bukanlah anak kandungnya. Bahkan tuan Maxim merasa benci terhadap keluarga Sholeh yang telah membohonginya dan juga putrinya.
Tuan Maxim seketika menarik jaket yang berada di atas sofa lalu berjalan keluar dari dalam ruangan tempatnya bekerja.
Gania dari arah depan rumah yang melihat sang ayah keluar dari ruangannya dengan langkah yang begitu cepat menjadi heran.
"Mau kemana yah? kok buru-buru?." tanya Gania.
Kini tuan Maxim sudah berdiri tepat di hadapan putrinya. "Ayah ada urusan mendadak, kamu istirahat yang banyak ya di rumah biar cepat sembuh." ucap tuan Maxim sambil mengusap pundak Gania.
"Iya yah.. ya udah ayah hati-hati di jalan."
"Iya sayang.. ya udah ayah pergi dulu ya." Tuan Maxim yang sudah berpamitan kepada Gania, dan Gania hanya mengangguk pelan sambil menatap kepergian sang ayah.
Gania terus menatap ke arah ayahnya yang sudah masuk ke dalam mobil, saat melihat mobil yang di tumpangi sang ayah sudah melaju pergi, kini Gania segera berjalan untuk keluar dari dalam rumah menuju ke mobilnya. Tanpa membersihkan diri atau mengganti pakaiannya Gania memutuskan untuk mengikuti tuan Maxim yang sudah pergi lebih dulu meninggalkan halaman rumah.
Pak Joko serta Paijo yang melihat Gania masuk ke dalam mobil dengan langkah yang cepat seketika menjadi heran. Mereka berdua terus menatap ke arah mobil yang sedang di kendarai Gania. Mobil tersebut melaju cukup kencang seakan-akan sedang mengejar seseorang.
"Ada apa dengan non Gania pak?." tanya Paijo kepada pak Joko.
Pak Joko seketika menggelengkan kepalanya." Ndak ngerti. Kelihatannya sedang buru-buru." jawab pak Joko yang juga menatap ke arah mobil berwarna merah milik Gania.
"Ada apa dengan Gania? sepertinya dia ingin mengikuti tuan Maxim? tapi mau kemana tuan Maxim pagi-pagi begini?." Desta yang terus bertanya-tanya di dalam hati.
Gania terus melajukan mobil nya dengan sangat kencang. Dari jarak beberapa meter Gania terus mengikuti mobil sang ayah.
"Kenapa beberapa hari ini ayah sering keluar rumah, padahal tidak pernah ayah keluar rumah, apa lagi keluar rumah saat malam hari. Wanita mana lagi yang ayah kencani? katanya ayah tidak akan menikah lagi." Gania yang merasa ada yang berbeda dengan ayahnya. Gania merasa ada yang sedang di sembunyikan oleh tuan Maxim darinya.
Gania terus menatap ke arah mobil milik ayahnya. Tidak lama mobil mewah berwarna hitam itu pun berbelok ke arah kanan. Saat mobil berbelok ke arah kanan, Gania seketika teringat dengan jalan yang sedang ia lewati sekarang.
"Bukankah ini jalan menuju ke rumah orang tua mas Desta? hah.. apakah ayah ingin menemui orang tua mas Desta? tapi untuk apa?." Gania yang semakin bingung.
Gania terus fokus mengemudikan mobilnya melewati beberapa pepohonan dan persawahan. "Iya benar, ini kampung mas Desta." ucap Gania lagi sambil menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengamati jalanan.
Tidak lama setelah melewati sawah dan pepohonan kini Gania mulai memasuki pemukiman warga. Sudah cukup lama Gania tidak datang ke desa tersebut mungkin ada satu tahunan. Gania merasa banyak ada yang berubah di desa tersebut. Dari mulai jalanan nya serta rumah-rumah yang dulu masih jarang kini semakin banyak.
Gania seketika terhentak saat melihat mobil ayahnya sudah berhenti tepat di depan rumah mantan mertua nya yaitu pak Sholeh dan juga ibu Mira. "Mau ngapain ayah datang ke rumah orang tua mas Desta? apa ayah ada hal penting dengan pak Sholeh."
Kini Gania melihat sang ayah sudah turun dari dalam mobil. Dari kejauhan Gania bisa melihat bahwa tuan Maxim sedang membawa sebuah map berwarna coklat di tangannya.
"Aya yang ayah bawa?." Gania semakin penasaran dengan apa yang akan di lakukan ayahnya. Gania seketika memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dan mendekat ke arah rumah mantan mertuannya.
Di depan rumah pak Sholeh, tuan Maxim berkali-kali mengetok pintu secara kasar. Bahkan tuan Maxim berkali-kali menekan bel rumah, namun tidak ada jawaban dari pak Sholeh maupun ibu Mira.
"Sholeh!."
"Mira!."
Teriak tuan Maxim di depan rumah.
"Keluar kalian berdua! aku tahu kalian ada di dalam!." teriak tuan Maxim lagi.
Gania yang sedang berdiri di belakang mobil ayahnya seketika terkejut saat ayahnya berteriak-teriak di depan rumah pak Sholeh dan juga ibu Mira.
"Aku bilang buka pintunya Sholeh, jika kamu tidak membuka pintu ini, aku akan mendobraknya." ancam tuan Maxim. "Atau aku bakar rumah ini sekalian!."
Tidak lama setelah tuan Maxim mengancam mereka. Akhirnya pintu rumah pun terbuka.
"Mau apa lagi kamu kesini Max? apakah kamu belum percaya juga jika Desta adalah anak ku satu-satunya?." ucap pak Sholeh yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Sialan kamu, Sholeh!." Tuan Maxim seketika melempar map berwarna coklat ke arah pak Sholeh.
"Apa ini?." pak Sholeh seketika meraih map yang mengenai tubuhnya.
"Kebenaran atas kebohongan mu!." bentak tuan Maxim.
Pak Sholeh seketika membuka isi map berwarna coklat tersebut, lalu membaca tulisan yang tertera di kertas putih yang sedang di pegang nya.
"Ternyata kamu selama ini membohongiku? berani sekali kamu menyuruh anak-anak mu untuk menjadikan mu lebih kaya." ucap tuan Maxim dengan wajah yang sudah di sulut emosi.
Gania yang masih mengamati mereka semua seketika terkejut saat mendengar kata anak-anak mu dari mulut ayahnya. "Anak-anak mu? apa maksud ayah? bukankah pak Sholeh hanya memiliki satu anak saja yaitu mas Desta? tapi kenapa ayah menyebut anak-anak mu?."
"Ini semua hanya salah paham, Maxim." sangkal pak Sholeh.
"Salah paham apa! kamu menyuruh anak kembar kedua mu yaitu Heksa untuk menikahi putriku yaitu, Gania dengan menyamar nama Desta." teriak tuan Maxim.
"Deg."
Gania yang kembali mendengar ucapan sang ayah seketika semakin terkejut. "Apa? anak kembar kedua mu? Heksa? siapa Heksa?." Gania yang terus bertanya-tanya.
"Tidak Max. Itu tidak benar, aku bisa menjelaskan semua ini." ucap pak Sholeh.
"Kamu telah menipu ku Sholeh! kamu menukar anak mu Desta dengan Heksa. Karena kamu tidak rela jika Desta yang menikah dengan putriku, hingga kau memanfaatkan pernikahan mereka dengan mengharap anak mu Heksa mendapatkan jabatan dari perusahaan ku sebagai direktur utama." tuan Maxim semakin terlihat marah di depan pak Sholeh.
"Tenang dulu Max.. tenang.." Pak Sholeh yang mencoba menyentuh kedua pundak tuan Maxim, namun dengan cepat tuan Maxim menepisnya.
"Cuih.. lepaskan!." bentak tuan Maxim.