Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
“Putri kami membawakan barang-barang Putri yang kami temukan di kuil” kata pelayan siang itu saat Yuki berbaring di kursi goyangnya.
Yuki menoleh perlahan saat mendengar suara pelayan, tubuhnya lemah dan kepalanya terasa berat. Pusing yang mendera seakan semakin parah, ditambah dengan suhu dingin yang menusuk membuatnya sulit untuk merasa nyaman. Dia terbaring di kursi goyang, mencoba mencari kehangatan, sementara pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang Pangeran Sera yang sedang berada di perbatasan dan segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
“Barang-barangku?” tanya Yuki pelan, suaranya terdengar lelah. Dia mencoba untuk duduk lebih tegak, meski tubuhnya terasa kaku dan tak bertenaga.
Pelayan yang berdiri di depan Yuki mengangguk sopan, kemudian menyerahkan beberapa barang yang dibungkus kain halus. “Ya, Putri. Ini adalah barang-barang yang ditemukan di kuil oleh prajurit kami. Sepertinya mereka milik Putri.”
Barang barang itu disusun rapi di tiga buah kotak. Barang-barang Yuki yang berasal dari dunia lamanya.
“Letakan saja disana. Aku akan mengaturnya sendiri” kata Yuki.
Yuki menahan pusing yang semakin terasa saat ia duduk di karpet, memandangi tiga kotak yang berisi barang-barang dari dunia lamanya. Satu per satu, dia mulai membongkar isinya. Tangan-tangannya yang lemah menyentuh benda-benda yang pernah akrab dengannya, tetapi sekarang terasa seperti peninggalan dari kehidupan yang jauh.
Kotak pertama berisi beberapa pakaian dari dunianya—kain yang berbeda dari apa yang biasa dipakainya di Garduete. Di kotak kedua, ada buku-buku dan jurnal yang pernah menjadi bagian dari kesehariannya, catatan tentang masa lalunya yang sekarang terasa hampir seperti mimpi.
Kotak ketiga berisi perhiasan dan benda-benda kecil lainnya.
Yuki menempatkan fotonya di atas lemari kecil. Pangeran riana tidak akan keberatan jika Yuki menambahkan barang-barangnya di dalam kamar pangeran riana. Menyimpan kotak obat di laci.
Dia terus menyusun dan memilah sambil mengingat semua kenangan yang tertinggal dari semua barang yang dibawanya. Saat Yuki membongkar kotak lebih dalam. Yuki menemukan dua buah amplop surat yang cukup tebal. Yuki terdiam sejenak, menatap kedua amplop tebal yang ada di tangannya. Tulisan tangan itu begitu familier, membawa kembali kenangan tentang keluarganya di dunia lamanya. Ibunya, Putri Ransah, dan salah satu amplopnya ada catatan kecil dari Bibi Sheira—dua sosok yang sangat berharga baginya, yang selama ini dia rindukan dengan mendalam. Kenangan akan rumah dan cinta keluarga tiba-tiba menghantam Yuki, dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Ibumu berpesan agar memberikan surat ini ketika Kau cukup dewasa. Bacalah jika Kau sudah siap” tulis bibi Sheira di sebuah ampol yang jelas untuk Yuki.
Dengan tangan yang sedikit gemetar, Yuki membuka amplop yang dituliskan oleh Ibunya dengan pesan khusus dari Bibi Sheira. Surat ini tampaknya berbeda, lebih pribadi, dan mungkin berisi sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pesan kasih. Perlahan, Yuki mengeluarkan lipatan kertas di dalamnya, lalu mulai membacanya dengan hati-hati.
“Yuki, putriku yang tercinta,” tulis ibunya di awal surat.
“Jika kau membaca surat ini, maka kau sudah cukup dewasa untuk mengetahui kebenaran yang selama ini kami simpan. Kau selalu bertanya-tanya mengapa dunia ini terasa begitu asing bagimu, mengapa kau sering bermimpi tentang tempat-tempat dan orang-orang yang tidak pernah kau temui di sini. Dan aku tahu, pada saat kau membaca ini, sebagian dari teka-teki itu mungkin sudah mulai terungkap. Dan ketika itu terjadi. Aku sudah tidak ada bersamamu.—firasatku ini tidak mungkin salah. Ini adalah kelebihanku”
Yuki mengerutkan kening, membaca lebih jauh.
“ Kau bukanlah gadis biasa. Ada kekuatan besar yang bersemayam dalam dirimu, sesuatu yang diwariskan turun-temurun dalam garis keturunan kita. Aku tahu mungkin sulit bagimu untuk menerima semua ini, tetapi kau adalah kunci bagi masa depan yang akan datang. Takdirmu tidak berada di sini, tetapi di dunia lain, tempat yang akan memanggilmu ketika waktunya tiba. Kau akan menghadapi banyak tantangan, Yuki. Akan ada rasa sakit, pengorbanan, dan keputusan sulit yang harus kau ambil. Namun, selalu ingat bahwa aku percaya pada kekuatanmu.”
Yuki menarik napas dalam-dalam. Kata-kata ibunya terdengar seperti sebuah ramalan, seakan-akan ibunya sudah mengetahui jalan yang harus ditempuh oleh Yuki jauh sebelum Yuki sendiri sadar.
“Bibi Sheira telah bersamaku sepanjang waktu ini untuk melindungimu. Jika kau membutuhkan bimbingan, jangan ragu untuk mempercayainya. Dan jika suatu saat kau merasa terjebak atau terancam, ingatlah bahwa kekuatan dalam dirimu akan membantumu keluar dari kegelapan. Tetaplah percaya pada dirimu, pada hatimu. Karena di sanalah kebenaranmu sesungguhnya berada.”
Air mata mengalir di pipi Yuki saat ia membaca kalimat terakhir.
“Apa Kau sudah bertemu dengan Kakakmu ?. Dia lak-laki yang tampan. Anak dari Ayahmu jauh sebelumnbertemu denganku. Aku harap Kalian akan saling melindungi dan menyayangi seperti Aku menyayangi Kalian berdua.”
Yuki terdiam, tatapannya terpaku pada surat di tangannya. Ayahnya memiliki seorang putra dari hubungan sebelumnya? Kakak laki-laki yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya? Hatinya dipenuhi oleh berbagai perasaan—bingung, terkejut, dan sedikit khawatir. Mengapa ayahnya tidak pernah menyebutkan hal ini sebelumnya? Dan siapa laki-laki misterius itu?
Pikirannya langsung melayang pada sosok pria yang disebut-sebut oleh para pelayan sebagai orang yang mengendalikan bisnis keluarga setelah kematian ayahnya. Selama ini, Yuki mengira itu hanyalah seseorang yang bekerja untuk keluarganya, seorang profesional yang membantu menjalankan bisnis. Tetapi jika laki-laki itu adalah kakak laki-lakinya, mengapa dia tidak pernah muncul secara langsung atau memperkenalkan dirinya?
Yuki mencoba mengingat lebih jelas setiap percakapan yang mungkin pernah ia dengar tentang pria tersebut, tetapi semuanya terasa samar. Sosok itu tetap seperti bayangan—misterius dan tidak terjangkau. Mungkinkah kakaknya memiliki alasan tertentu untuk tetap berada di balik layar? Atau mungkin ada lebih banyak rahasia yang belum terungkap?
Yuki merasakan dadanya sesak, merasa terjebak dalam lautan informasi yang belum sepenuhnya jelas.
“Kakakmu sudah melalui banyak hal berat dalam hidupnya. Aku harap Kau bisa menjaganya dengan baik. Tunggu saja Ayahmu akan memperkenalkanmu padanya sendiri”
Yuki menatap kosong ke arah surat itu, merasa semakin terbebani oleh pertanyaan yang belum terjawab. Ibunya berharap Yuki bisa menjaga kakaknya, tapi bagaimana mungkin ia bisa melindungi seseorang yang bahkan belum pernah ia temui? Ayahnya—Perdana Menteri Olwrendho—telah meninggal sebelum sempat memperkenalkan mereka, dan kini, setelah lebih dari setahun sejak kematian ayahnya, kakak laki-lakinya tetap tak muncul.
Mengapa kakaknya tidak pernah datang? Apa yang membuatnya tetap tersembunyi dari pandangan Yuki? Rasa frustrasi mulai merayapi dirinya, memikirkan bahwa mungkin ada hal-hal yang disembunyikan darinya oleh keluarganya sendiri.
Yuki menyadari bahwa, meskipun dia sudah melewati banyak rintangan sejak kedatangannya ke dunia ini, masih ada rahasia masa lalu yang belum terungkap. Mungkinkah kakaknya memainkan peran dalam perjalanan hidupnya yang sekarang? Atau apakah dia terlibat dalam masalah keluarganya yang kini menjadi beban berat baginya?
Yuki menggenggam surat itu erat. Dia tahu satu hal: dia harus mencari jawaban. Terlepas dari semua masalah dan kesulitan yang dihadapinya dengan Pangeran Riana, dia tidak bisa membiarkan masa lalunya tetap menjadi misteri. Kakak laki-lakinya adalah bagian dari dirinya, dan dia harus menemukannya, entah bagaimana caranya.
Saat Yuki membalikan kertas. Selembar foto lama terjatuh. Ketika Yuki mengambilnya dia melihat foto ibunya tersenyum hangat pada seorang pria didekatnya. Mereka seperti seorang kekasih.
Yuki terdiam, tangannya bergetar hebat saat memandangi foto itu. Foto ibunya, Putri Ransah, tersenyum lembut pada seorang pria yang berdiri di sampingnya. Pria itu tidak mungkin salah dikenali—Raja Bardhana, ayah Pangeran Riana. Meskipun dalam foto ini terlihat lebih muda, sosoknya tetap jelas dalam ingatan Yuki. Terlihat jelas Mereka tidak tampak seperti dua orang sahabat. Raja Bardhana menatap Putri Ransah dengan sorot penuh cinta.
Seorang laki-laki yang mencintai gadisnya.
Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mungkin ibunya memiliki hubungan dengan Raja Bardhana? Pertanyaan-pertanyaan mulai membanjiri pikirannya.
Yuki jatuh terduduk di lantai, kepalanya penuh dengan spekulasi yang membuatnya pusing. Ia tahu harus ada penjelasan di balik ini semua—tetapi bagaimana caranya ia menghadapi kenyataan yang sangat mengejutkan ini? .
“Yuki aku ingin menceritakan satu hal padamu. Aku tidak ingin Kau mendengar dari orang lain. Ya Kau benar, Aku dan Raja Bardhana dulu ada sepasang kekasih. Dia yang menyelamatkanku dari kematian dan membesarkanku. Hubungan Kami berubah saat Kami dewasa. Aku tidak menganggapnya sebagai Kakakku atau pelindungku. Aku menganggapnya sebagai Pria yang kucintai dan ajaibnya Dia mencintaiku juga”
Yuki membaca setiap kata dalam surat itu dengan gemetar. Ibunya, Putri Ransah, mengakui hubungan cinta dengan Raja Bardhana, hubungan yang jauh melampaui sekadar pelindung dan yang disangka kakak. Hubungan mereka bukan hanya soal perlindungan, tetapi cinta yang dalam, cinta yang melibatkan seorang pria dan wanita dewasa, bukan sekadar hubungan keluarga.
“Aku tahu dunia tidak akan menerima cinta Kami,” tulis ibunya. “Tetapi di dalam hati Kami, cinta itu nyata.”
Yuki menutup mulutnya, berusaha menahan emosi yang meledak-ledak di dalam dirinya.