NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Ibu Tiri Putra CEO Lumpuh

Mendadak Jadi Ibu Tiri Putra CEO Lumpuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / CEO / Orang Disabilitas / Ibu Pengganti
Popularitas:96.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Kinara, seorang gadis berusia 24 tahun, baru saja kehilangan segalanya, rumah, keluarga, dan masa depan yang ia impikan. Diusir ibu tiri setelah ayahnya meninggal, Kinara terpaksa tinggal di panti asuhan sampai akhirnya ia harus pergi karena usia. Tanpa tempat tujuan dan tanpa keluarga, ia hanya berharap bisa menemukan kontrakan kecil untuk memulai hidup baru. Namun takdir memberinya kejutan paling tak terduga.

Di sebuah perumahan elit, Kinara tanpa sengaja menolong seorang bocah yang sedang dibully. Bocah itu menangis histeris, tiba-tiba memanggilnya “Mommy”, dan menuduhnya hendak membuangnya, hingga warga sekitar salah paham dan menekan Kinara untuk mengakui sang anak. Terpojok, Kinara terpaksa menyetujui permintaan bocah itu, Aska, putra satu-satunya dari seorang CEO muda ternama, Arman Pramudya.

Akankah, Kinara setuju dengan permainan Aksa menjadikannya ibu tiri atau Kinara akan menolak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 8

Jam belajar hampir usai ketika suasana kelas TK Bintang Ceria mendadak berubah.

Aksa duduk di bangkunya, pensil warna masih di tangannya. Gambar dinosaurus di hadapannya hampir selesai. Ia memang anak yang pintar dan seperti biasa, kepintaran itu justru membuatnya menjadi sasaran.

“Heh, Aksa,” bisik seorang anak dari bangku samping.

“Daddy kamu cacat, ya?”

Aksa berhenti mewarnai.

Anak lain ikut menyahut sambil tertawa, “Iya. Cuma bisa duduk di kursi roda.”

“Kamu juga nggak punya Mommy, kan?" tambah yang lain. “Makanya manggil perempuan asing Mommy.”

Wajah Aksa mengeras, matanya menajam dan dia tidak menangis.

“Diam,” katanya pendek.

“Kenapa? Takut?” ejek bocah itu lagi. “Daddy kamu lumpuh, ha ha ha ... lumpuh!”

Dorongan itu terjadi tiba-tiba. Aksa berdiri dan mendorong anak itu dengan kasar. Tubuh bocah itu terhuyung mundur, kakinya tersandung, lalu tanpa sengaja kepalanya membentur sudut meja. Darah langsung mengalir dari pelipisnya.

Kelas mendadak senyap lalu pecah oleh jeritan. Anak itu menangis keras, anak-anak lain berteriak panik.

Guru kelas berlari masuk.

“Ada apa ini?!”

Sebelum keadaan sempat terkendali, pintu kelas terbuka keras. Seorang wanita masuk dengan wajah merah padam, ibu dari anak yang terluka. Begitu melihat darah, suaranya meninggi.

"Anak saya kenapa?!"

Anak itu menunjuk Aksa sambil terisak. “Dia … dia yang dorong…”

Wanita itu langsung melangkah ke arah Aksa. Guru berusaha menghalangi, tapi wanita itu mendorong tangan guru dengan kasar.

“Kamu anak siapa, hah?!” bentaknya.

“Saya Aksa,” jawab bocah itu dingin.

Wanita itu tertawa mengejek. “Oh, kamu ya anaknya orang cacat itu?”

Ia menatap Aksa dari atas ke bawah.

“Pantas saja. Anak orang cacat memang bermasalah.”

Kalimat itu baru saja keluar dari mulut wanita itu dan Aksa menendang kaki wanita itu sekuat tenaga.

"Jangan menghina, Daddyku!" teriak Aksa.

Wanita itu terkejut, terhuyung ke belakang. “A-astaga!” Amarahnya langsung meledak.

"Anak sialan!" teriaknya.

"Anak kurang ajar! Berani kamu begini sama orang yang lebih dewasa?"

Guru segera berdiri di depan Aksa, tubuhnya gemetar. “Bu! Tolong ... ini anak kecil!”

Namun wanita itu sudah meraih ponselnya dengan tangan gemetar.

“Aku akan telepon suamiku sekarang! Ini sudah keterlaluan!” katanya dengan suara tinggi. “Aku tidak terima anak saya diperlakukan seperti ini oleh anak dari keluarga cacat!”

Aksa berdiri tegak di belakang guru. Tangannya mengepal. Dadanya naik turun cepat, bukan karena takut, tapi karena menahan amarah.

Beberapa menit berlalu, suami wanita itu tiba lebih dulu di sekolah.

Pria bertubuh besar dengan jas mahal masuk tanpa izin, suaranya menggema di lorong sekolah. Guru-guru panik, beberapa orang tua murid ikut berkumpul. Suasana berubah ricuh.

“Saya mau bertemu orang tua anak yang berani melukai anak saya!” bentaknya.

"Tuan, sabar ... ini masalah anak kecil. Saya sudah menghubungi keluarganya," kata guru itu berusaha menenangkan keadaan.

Di saat yang hampir bersamaan, di saat itu di kediaman Pramudya.

Di ruang kerja besar Arman Pramudya, suasana rapat daring masih berlangsung. Wajah-wajah petinggi perusahaan terpampang di layar laptop.

Rudi masuk tergesa, langkahnya terukur namun jelas membawa kabar buruk.

“Tuan,” katanya pelan, “sekolah Aksa menelepon.”

Arman tidak menoleh. “Apa lagi yang dia lakukan?”

Nada itu dingin, tidak terkejut dan seolah ia sudah menduga.

“Terjadi perkelahian. Salah satu orang tua murid … sudah datang ke sekolah. Anaknya terluka,"

Arman langsung menutup laptopnya dengan keras. Rapat daring terputus begitu saja. Wajah Arman memerah, bukan karena panik melainkan karena kesal.

“Sudah kuduga,” katanya dingin. “Dia selalu membuat masalah.”

Rudi mendekat satu langkah. “Tuan, menurut pihak sekolah, Aksa diprovokasi...”

“Alasan,” potong Arman tajam. “Sejak ibunya pergi, anak itu berubah. Nakal dan agresif. Selalu mencari keributan.”

Rudi terdiam.

“Setiap hari selalu ada saja laporan,” lanjut Arman dengan nada penuh kejengkelan. “Sekolah, pengasuh, guru. Tidak pernah ada yang berjalan normal.”

“Tuan, Tuan muda masih kecil...”

“Justru karena masih kecil, dia harus diajari batas!” Arman membentak. “Bukan dibiarkan berbuat sesuka hati!”

Tangannya mengepal di atas meja.

“Dia pikir dunia akan selalu memakluminya?” lanjut Arman dingin. “Tidak, dunia akan menghajarnya lebih keras.”

Rudi menunduk, mencoba menahan diri. “Tuan … mungkin ini karena dia merasa sendirian.”

Arman menoleh tajam. “Aku sudah memberinya segalanya.”

Nada itu penuh keyakinan uang, rumah, fasilitas dan Arman pikir selama ini itu yang Aksa inginkan darinya.

“Siapkan mobil,” perintah Arman singkat.

Rudi mengangguk. “Baik, Tuan.”

Arman menambahkan tanpa menoleh, “Dan panggil Kinara. Aku ingin dia ada di sana mengajari putranya," tanpa sadar Arman mengakui jika kini Aksa adalah putra Kinara, istri barunya itu.

Bukan karena percaya pada Kinara, tapi karena Arman yakin Aksa lebih mendengarkan wanita itu daripada dirinya.

Sementara jauh di sekolah, Aksa berdiri tegak di depan orang dewasa yang marah tidak tahu bahwa ayahnya sedang bersiap datang.

Lorong sekolah TK itu penuh orang.

Beberapa guru berdiri cemas, orang tua murid lain mengintip dari kejauhan, sementara suasana di depan ruang kepala sekolah semakin panas.

Pria itu, ayah dari anak yang terluka masih berdiri dengan wajah merah padam. Tangannya menunjuk lurus ke arah Aksa yang berdiri kecil di depan guru kelas.

“Anak ini!” bentaknya keras. “Anak ini berbahaya!”

Aksa berdiri tegak, dagunya terangkat. Matanya tajam, tidak menangis, tidak menunduk. Tapi kedua tangannya mengepal kuat menahan amarah yang jauh terlalu besar untuk tubuh sekecil itu.

“Dia menyerang anak saya!” lanjut pria itu. “Dan kurang ajar pada istri saya!”

Ibu anak itu ikut maju, wajahnya penuh amarah dan jijik.

“Sudah jelas kan?” katanya tajam. “Anak seperti ini tidak pantas ada di sekolah normal!”

Guru kelas mencoba bicara, suaranya bergetar. “Tuan, Nyonya … kami masih menyelidiki. Anak-anak tadi saling...”

“Tidak ada yang saling!” potong wanita itu keras. “Anak saya dihajar! Kepala berdarah! Dan semua itu gara-gara anak ini! Semua anak-anak di sini juga melihatnya!”

Ia menatap Aksa dengan pandangan menghina.

“Memang pantas, anak dari orang cacat pasti bermasalah.”

Beberapa guru terkejut. Kepala sekolah mengerutkan kening.

“Nyonya, mohon jaga ucapan...”

“Kenapa? Saya salah?” wanita itu tertawa sinis. “Ayahnya lumpuh, ibunya tidak ada. Anak ini tumbuh tanpa arah!”

Aksa tiba-tiba melangkah maju satu langkah.

“Jangan bicara begitu soal Daddyku,” katanya dingin. Suaranya kecil, tapi tegas. “Daddy tidak salah.”

Pria itu mendengus. “Oh, jadi kamu melawan lagi?”

Ia menoleh ke kepala sekolah.

“Saya tidak mau anak seperti ini satu sekolah dengan anak saya.”

“Apa maksud Tuan?” tanya kepala sekolah hati-hati.

“Saya minta dia dikeluarkan,” jawab pria itu tanpa ragu.

“Sekarang juga.”

Suasana langsung senyap.

“Tuan...” guru kelas hendak membela.

Namun pria itu sudah mengeluarkan ponselnya. “Atau saya laporkan sekolah ini. Media dan ke pengacara. Saya punya semuanya.”

Ibu anak itu menyilangkan tangan. “Sekolah ini harus memilih. Anak kami … atau anak cacat itu.”

Kata itu jatuh seperti tamparan.

Aksa menegang, matanya berkaca bukan karena sedih, tapi karena marah yang tertahan. Ia menoleh ke guru, lalu ke kepala sekolah.

“Kalau aku pergi,” katanya pelan, “mereka tetap jahat.”

Tidak ada yang menjawab. Kepala sekolah menarik napas berat. “Tuan … Nyonya … beri kami waktu...”

“Tidak,” potong pria itu. “Saya mau keputusan sekarang.”

Di luar ruangan, suara langkah kaki terdengar tergesa, begitu juga dengan suara roda kursi yang bergulir di atas mamer koridor TK tersebut.

"Kami mau bocah sialan itu dikeluarkan dari sekolah ini!"

"Siapa yang berani mengeluarkan anak saya dari sekolah ini?" tanya Kinara dengan tegas dan lantang, semua mata menoleh ke arahnya.

1
Kimo Miko
maaf ya amira jangan harap ada balasan secepatnya karena pak arman lagi ngadon ngempleng ngempleng gitu. gak malu tuh sudah ninggalin eee mau balik lagi dengan alasan aksa karena dirimu tahu pak arman sudah sukses. jangan jadi pelakor kinara bukan tandinganmu
Aditya hp/ bunda Lia
bagus 👍👍👍
Rita Tani
dikit banget perasaan thor🤭😄
Teh Euis Tea
cieeeee arman kinara abis buka segel🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vivinika ivanayanti
Mantaappp Armaann....😍😍😍
Al Fatih
Betul pak Arman...,, sekarang,, besok dan selamanya fokuslah sama yang d rumah....
Mineaa
good job Arman.....awas aja kalau kamu iba dan luluh dengan seribu satu alasan dari mantan mu nanti.....tak sentil ginjal mu nanti..... pokoknya jaga jarak....
jangan dekat dekat mantan itu ibarat sampah.....masa iya kamu mau tercemar dengan aroma nya yang menjijikan....
Siti Amyati
betul ,Iihat kedepan ngga usah tenggok belakang
Al Fatih
Syukurlah kalian berdua jujur dgn perasaan kalian. Karna biasanya cerita2 yg berlatar belakang pernikahan kontrak,, begitu sudah main perasaan,, biasanya d pendam,, hanya berbicara d dlm hati....,, ntar kalo terjadi apa2 baru nyesel karna ga mengungkapkan.

Kini kalian telah menjadi satu...,, satu hati,, satu rasa dan satu pemikiran. Harus saling percaya dan jujur dgn pasangan,, karna ke depannya si Mak Lampir ibu kandungnya Aksa akan merongrong ketenangan,, kedamaian dan kebahagiaan keluarga kalian.
Waspada lah ....
Al Fatih
Pengen ngerti reaksi dan responnya Amira dan rome begitu mereka tau siapa suaminya Kinara....,, waow...
Erni Zahra76
keren sekali kinara...
Lusi Hariyani
good arman pertahan kan rumah tanggamu yg skrg
mama
bagus pak Arman pilih yg drmh aj, aplagi baru aj unboxing🤣..jgn ksh celah buat org yg udh ninggalin anda pk Arman,🤣
Ariany Sudjana
bagus Arman, jangan biarkan mantan istri kamu yang matre itu menghancurkan rumah tangga kamu dan Kinara
Amel_
berarti Arman dan Kinara sdh uwik uwik yaaa , wah ternyata sdh MP sesungguhnya mereka
Dartihuti
Harus tegas Arman...yg cm ingin numpang nikmat tanpa hati hempaskan
Ariany Sudjana
semoga Arman tidak menjadi goyah karena kedatangan mantan istri, dan tetap mempertahankan Kinara sebagai istri sah dan satu-satunya ratu dalam hidup Arman
rikautami
lanjutt thorrr
Rokhyati Mamih
Ar jangan tergoda lagi sama Amira ya kasihan Kirana 💪💪
vivinika ivanayanti
semangat Kinara.....hati hati ada ulet bulu mau deketin suami mu🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!