Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak berdaya
Xihua dan Yi Feifei maju secara bersamaan melawan kedua Pendekar yang memiliki kemampuan setara dengan mereka berdua, suara benturan pedang mereka menciptakan percikan api kecil ketika kedua pedang mereka saling beradu.
Xihua dengan indahnya menggunakan jurus pedangnya yang membuat lawannya sedikit kerepotan membaca pola serangan Xihua, begitu juga dengan Yi Feifei, walau keduanya terlihat menggunakan jurus yang serupa, namun pola gerakan mereka sedikit berbeda.
"Bunga Musim Semi."
Xihua memutar tubuh dan Pedang seperti melakukan tarian berputar, namun dari tarian itu terkandung serangan yang sangat berbahaya jika sampai lawannya tidak waspada terhadap Xihua.
Pendekar tersebut berusaha melawan dengan pedangnya, namun pedang Xihua berhasil membuat pedang lawannya beberapa kali terpental.
"Dasar Gadis sialan! Terimalah ini."
"Sayatan Kepakan Elang."
Kini pendekar tersebut memberikan serangan balasan dengan tebasan cepat dan juga kuat, hal itu membuat Xihua harus menjaga jarak, karena tenaga yang dikeluarkan oleh lawannya lebih besar dari pada tenaga yang Xihua keluarkan di setiap serangannya.
Saat Xihua menjaga jarak aman, tiba-tiba saja Qian menghadangnya yang membuat pendekar tersebut terkejut namun dia tidak bisa menarik kembali serangannya.
"Apa yang kamu lakukan? Menyingkir lah!" kata Xihua.
Qian tersenyum lembut lalu dia mengeluarkan bubuk hitam seraya berkata kepada Xihua, "Serahkan saja dia padaku, lebih baik kamu bantu temanmu itu," kata Qian lalu dia maju menyerang pendekar di hadapannya yang sudah menebaskan pedangnya ke tubuh Qian.
Qian mengelak menghindari serangan Pendekar itu lalu dengan cepat dia melemparkan bubuk hitam ke wajah lawannya sehingga lawannya yang menyadari hal itu langsung menutup hidungnya agar tidak menghirup serbuk yang dilemparkan ke wajahnya.
"Pergilah, aku bisa menanganinya sendiri!" kata Qian yang membuat Xihua tersadar lalu dia bergegas pergi untuk membantu Yi Feifei.
"Kamu mencari mati?" kata Pendekar tersebut namun dia masih menutup hidung dan mulutnya sehingga suaranya tidak begitu jelas.
"Siapa yang mau mencari mati? Bukankah pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan yang bodoh?" tanya balik Qian.
"Kurang ajar! Akan ku potong-potong tubuhmu," ucap pendekar tersebut dengan nafsu membunuh yang meluap-luap.
"Silahkan jika kamu mampu!" tantang Qian.
Pendekar tersebut yang sangat marah ingin maju, namun tiba-tiba saja wajahnya mulai terasa panas. "Racun jenis apa ini? Siapa kamu ini sebenarnya, dan racun jenis apa yang kamu gunakan ini?" tanya pendekar tersebut yang mulai merasa wajahnya seperti berada di dekat bara api.
"Aku tidak tahu itu jenis racun apa, yang ku tahu itu adalah racun saja," jawab Qian dengan santainya.
"Apakah kamu dari Racun Kalajengking? Awh panas sekali!" kata Pendekar tersebut yang menebak jika Qian berasal dari Racun Kalajengking, namun dia juga semakin kepanasan dan berusaha mengusap-usap wajahnya dengan bajunya.
"Racun Kalajengking, itu memang racun milik mereka, tapi aku bukan berasal dari sana! Maaf saja karena aku sendiri juga tidak tahu apakah racun itu memiliki penawar atau tidak," kata Qian.
"Kurang ajar, kamu akan aku bunuh!" seru pendekar tersebut dan dia segera menyerang Qian dengan membabi buta, sebab dia sudah tidak bisa membuka matanya karena sangat perih dan kulit wajahnya mulai terlihat mengelupas.
Qian mengepalkan tinjunya seraya mengalirkan Tenaga Dalam nya, dan ketika Pendekar itu masih menebas-nebas tanpa arah, Qian langsung bergerak maju.
"Pukulan Penghancur Gunung."
Suara pukulan keras yang disertai dengan pekikan suara kesakitan sekaligus suara tulang yang retak membuat Pendekar yang berhadapan dengan Fa Lio Bai terkejut sekaligus berteriak memanggil rekannya yang terhempas beberapa meter jauhnya.
Pendekar tersebut berguling-guling di tanah lalu setelah tubuhnya berhenti berguling, pendekar tersebut langsung muntah darah dan pada akhirnya dia mati dengan tulang punggung yang sudah patah akibat terkena pukulan dari Qian.
Kulit wajah pendekar itu juga seperti terbakar, bahkan beberapa kulitnya yang melepuh juga mulai mengelupas. "Racun itu ternyata sangat mengerikan!" batin Qian yang juga terkejut dengan bubuk racun yang dia ambil dari anggota Racun Kalajengking. Hasilnya dari racun itu benar-benar di luar dugaan Qian.
Anehnya Qian yang memegang bubuk hitam itu tidak merasakan panas sama sekali di telapak tangannya, hanya saja Qian merasa khawatir sehingga dia buru-buru mencari air untuk membersihkan sisa serbuk hitam yang masih menempel di telapak tangannya.
"Apa hubungan kalian dengan Perguruan Racun Kalajengking? Kenapa pemuda itu bisa memiliki Serbuk Debu Neraka milik Racun Kalajengking?" tanya Pendekar Jiwa Ahli itu kepada Fa Lio Bai.
"Kami tidak memiliki hubungan apapun dengan Perguruan itu, dia mendapatkan bubuk itu dari mayat anggota Perguruan Racun Kalajengking yang sudah dia kalahkan," jawab Fa Lio Bai seraya bertahan sekaligus menyerang Pendekar tersebut.
Pendekar itu terkejut mendengarnya, dia buru-buru melompat ke belakang agar bisa menjaga jarak dari serangan Fa Lio Bai, dan setelah itu dia melihat ketiga juniornya yang sudah di kalahkan oleh Fa Xian dengan sangat mudah, sedangkan satu Pendekar Jiwa Petarung yang tersisa juga kesulitan melawan Xihua dan Yi Feifei.
"Bisa-bisanya mereka mendapatkan perlindungan dari mereka ini! Jika begini bisa-bisa aku juga akan kalah. Sebaiknya aku mundur saja," batin pendekar tersebut lalu dia menancapkan Pedangnya ke Tanah dan dengan cepat dia mengayunkannya sehingga debu langsung terlempar ke wajah Fa Lio Bai.
Pendekar itu mengambil kesempatan itu untuk menarik keempat rekannya yang tersisa dengan cara memberikan serangan kepada Xihua dan Yi Feifei agar rekannya bisa lari secepat mungkin, setelah itu dia langsung pindah menyerang Fa Xian untuk menolong ketiga juniornya yang mengalami beberapa luka di tubuh mereka.
Setelah berhasil menarik mundur keempat rekannya, Pendekar itu melirik Qian yang sudah selesai mencuci tangannya, dia ingin sekali menyerang Qian untuk membalas kematian temannya, namun dia teringat jika Qian memiliki racun milik Racun Kalajengking, Pendekar tersebut mengurungkan niatnya dan bergegas lari seraya berseru kepada Qian, "Anak muda, tunggulah pembalasanku, nyawa temanku harus kamu bayar dengan nyawamu," kata Pendekar itu lalu dia pun menghilang dari tempat itu.
Fa Lio Bai berusaha membersihkan matanya yang kemasukan tanah, dan setelah berhasil membersihkannya, Fa Lio Bai sudah tidak melihat para Pendekar dari Elang Perak.
"Mengancam tapi kabur!" kata Qian lalu dia menghampiri Fa Xian. "Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Qian.
"Aku baik-baik saja!" jawab Fa Xian.
"Kakak Xian, Ayah, Kakak Qian! Apakah kalian terluka?" Xeiyin segera menghampiri dan menanyakan kondisi mereka bertiga.
"Kami baik-baik saja," jawab Fa Lio Bai.
Qian menghampiri Xihua dan Yi Feifei yang telah berkumpul dengan ketiga junior mereka. "Apa kalian ada yang terluka?" tanya Qian.
"Kami baik-baik saja! Owh iya terima kasih karena telah membantu kami," kata Xihua.
"Tidak masalah!" jawab Qian.
"Sepertinya Elang Perak tidak akan tinggal diam setelah kematian salah satu murid mereka, aku yakin mereka akan mengejar mu, jadi berhati-hatilah," kata Xihua.
Qian tersenyum seraya mengangguk kemudian dia menghampiri mayat itu untuk mengambil barang-barangnya, sedangkan Xihua menghampiri Fa Lio Bai untuk mengucapkan terima kasih.
Setelah Xihua membayar seseorang untuk mengubur mayat Pendekar dari Elang Perak, mereka pun diajak oleh Xihua untuk menginap di penginapan yang dia pakai, karena penginapan yang dia gunakan masih memiliki banyak kamar yang kosong, tentu saja itu adalah salah satu bentuk rasa terima kasih nya.
"Namamu tadi Lin Qian bukan? Ngomong-ngomong apakah kamu tidak memiliki pakaian ganti yang lain?" tanya Xihua seraya memperhatikan pakaian Qian yang di penuhi dengan bekas jahitan.
"Aku hanya memiliki dua pakaian ganti saja, itupun pakaian pemberian dari kakek dan nenek ku," jawab Qian.
"Seharusnya toko masih buka bukan! Ayo aku akan membelikanmu pakaian," ajak Xihua.
"Kami bagaimana?" tanya Fa Xian.
"Eh! Kalian disini saja bersama Yi Feifei," jawab Xihua.
Saat ini hanya mereka berempat saja di tempat itu, sedangkan Fa Lio Bai dan Fa Xeiyin masih berada di dalam kamar mereka.
"Sudah cepat pergi sana!" kata Yi Feifei kemudian Xihua dan Qian pergi meninggalkan mereka berdua.
"Sebaiknya Tuan Putri tidak perlu membelikanku pakaian, aku lebih suka mengenakan baju pemberian kakek dan nenek ini," kata Qian.
"Jangan memanggilku Tuan Putri, panggil saja aku Xihua, dan mengenai baju itu, aku akan tetap membelikannya agar kamu tidak dianggap rendah lagi oleh orang lain," kata Xihua.
"Hem!" Qian yang tidak berdaya hanya hanya tersenyum mendengarnya, sehingga dia tidak bisa menolak keinginan adiknya itu.
"Andai kamu tahu jika aku ini kakakmu, akan seperti apa reaksimu Hua'er!" batin Qian.
"Nah kita sudah sampai, ayo kita masuk!" ajak Xihua dan tiba-tiba saja dia langsung meraih tangan Qian dan membawanya memasuki toko penjual pakaian, sedang Qian hanya bisa mengikuti keinginan adiknya saja.
Bukan dengan kemampuan ya Thor 😁😁😁😁.?????
PD kali bilang Qian teman 🤣🤣🤣
Dia itu malaikat maut yang datang menjemputmu, Zhiu Fan.
😇
Siapa yang menitipkan sedikit keangkuhan...?!
Pelit amat angkuh sedikit aja pakai di titipkan 🤣🤣🤣