HIDUP DALAM TUBUH IBU YANG KEJAM

Anara yang mendengar penuturan nyonya Ratna langsung tersenyum.

"Itu adalah pakaian dalam wanita, sebut saja namanya seperti itu. Dan Kalau bisa yang kecil ini diselesaikan dalam waktu yang singkat. Sementara untuk pakaian lain terserah berapa lama nyonya Ratna ingin menyelesaikannya, Tapi alangkah baiknya penyelesaiannya lebih karena, cepat lebih baik." Ujar Adara kepada sang pemilik toko lagi. Pemilik toko itu pun menganggukkan kepalanya mengerti.

"Baiklah kalau begitu nona. Sekarang Bagaimana bentuk kerjasama kita..??" Tanya pemilik toko itu lagi. Anara pun langsung meminta kertas dan juga pulpen kepada sang pemilik toko.

Tentu saja kertas dan pulpen yang digunakan berbeda dari zaman modern, namun tidak masalah. Kemudian anara langsung menyoret dan menulis beberapa persyaratan kerjasama yang mereka jalin. Anara tentu saja membagi hasil itu dengan adil walau pun pemilik tokonya memiliki hak 60% Dari hasil penjualan itu.

"Saya sudah selesai membuat surat perjanjian kerjasama kita. Silakan nyonya baca terlebih dahulu sebelum kita mematenkannya. Dan saya harap dalam kerjasama ini juga tidak ada kata penghianatan, karena saya paling tidak menyukai hal itu." Ujar anara kepada sang pemilik toko.

anara menyerahkan lembaran kertas yang tadi Ia coret-coret untuk membuat poin-poin kerjasama. Nyonya Ratna pun mengambil kertas itu dan membacanya. Tapi setelah dibaca nyonya Ratna hanya memprotes tentang pembagian. Kenapa miliknya 60% sementara punya anak hanya diambil 40%. Bukankah pembagian ini tidak akan adil.

"Nona, Saya setuju dengan semua persyaratan yang ada di sini, tapi saya juga kurang setuju tentang pembagian hasil. Kenapa saya menerima hasil yang lebih tinggi ketimbang nona.?" Tanya nyonya Ratna kepada anara. Anara pun tersenyum kemudian menjelaskan.

"Untuk sementara, nyonya dapat penghasilan di atas saya, karena saya menginginkan toko Nona kembali dipulihkan. Dan di paling bawah juga telah menjelaskan, jika pendapatan toko Nona telah stabil maka pembagiannya akan kita rombak kembali menjadi 50% per kepala. Bagaimana apakah nyonya setuju dengan usul saya..??" Tanya anara lagi. Nyonya Ratna pun menganggukkan kepalanya.

"Baik Nona, Saya mengerti dan saya setuju. Sekarang Apa sudah boleh saya memberikan tanda tangan saya di bawah sini..??" Tanya nyonya Ratna kepada anara.

Anara pun langsung mengganggukan kepalanya. kemudian anara dan nyonya Ratna langsung membubuhkan tanda tangan mereka di sana. Serta surat perjanjian itu telah disalin menjadi dua rangkap.

"Lalu bagaimana untuk biayanya hari ini nona..??" Tanya nyonya Ratna kembali kepada anara.

"Untuk sekarang saya tidak akan meminta bayaran saya. Sebaiknya nyonya fokus dulu kepada pembuatan pakaian dan juga pakaian dalam wanita. Nanti kalau sudah ada yang terbeli, baru saya akan mengambil bagian saya. Satu bulan lagi saya akan kembali untuk melihat hasilnya. Atau jika nyonya dapat menyelesaikan pekerjaannya dan menjual pakaian itu di waktu yang singkat, makanya boleh mengirimkan saya pesan di desa buangan." Ujar anara kepada pemilik toko pakaian itu.

Mendengar penuturan anara yang berasal dari Desa buangan langsung membelalakkan matanya. Bukankah di desa buangan itu adalah tempat orang-orang yang tidak memiliki kualifikasi untuk kemajuan kerajaan atau lebih sederhananya lagi, tempat orang-orang yang dianggap sampah.

Tapi lihatlah, orang yang berasal dari Desa buangan ini mampu memberikan 5 sketsa pakaian sekaligus dan bonus sketsa pakaian dalam kepadanya. Melihat raut wajah nyonya Ratna yang berubah membuat anara kembali membuka suaranya.

"Jangan pikirkan, karena kami berasal dari Desa buangan, kami tidak mengetahui apa-apa. Justru kami yang dari Desa buangan adalah orang-orang yang rata-rata memiliki intelektual dan pemikiran yang tinggi. Hanya saja pernah tertipu oleh tampang orang-orang baik, alhasil kami dimanfaatkan dan setelah mereka mendapatkan hasilnya, kami dibuang di tempat pembuangan, seperti sampah. Tapi nyonya Ratna tidak perlu khawatir, saya bukanlah orang licik dan picik. Saya pun menjalin kerjasama dengan nyonya karena saya yakin nyonya juga adalah orang yang jujur." Ujar anara menjawab kegundahan hati nyonya Ratna. Nyonya Ratna yang mendengar penuturan antara langsung merasa malu.

"Maaf Nona, saya tidak bermaksud berekspresi seperti itu. Hanya saja saya cukup terkejut mengetahui bahwa Nona berasal dari Desa buangan. Namun, walaupun Desa itu adalah Desa buangan, tapi tidak terlihat seperti desa sampah. Melainkan, memang karena di desa itu tak ada kehidupan yang bisa dinikmati. Tapi tidak apa-apa Nona, Saya menerima semuanya selagi itu adalah hal yang baik." Ujar nyonya Ratna lagi menjelaskan kepada anara.

Anara pun langsung menganggukkan kepalanya. Dan setelah itu anara pun langsung pamit undur diri kepada pemilik toko untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka berkeliling pasar.

Sepeninggalan anara dan kedua anaknya, nyonya Ratna tidak lagi membuka tokonya hari ini. Ia lebih memilih untuk mempelajari sketsa sketsa pakaian yang diberikan oleh anara. Bahkan nyonya Ratna sudah mulai mengerjakan sketsa tersebut sendiri. Walaupun biasanya dirinya akan menunggu sang suami pulang untuk kerja bersama.

***

Sementara itu, anara dan kedua anaknya berkeliling pasar. Banyak tatapan-tatapan aneh yang dilayangkan oleh para warga ke arah anara dan kedua anaknya. Tapi tak sedikit pula orang-orang yang memberikan tatapan kagum. Apalagi kalau bukan melihat tampilan dan pakaian yang anara dan anak-anaknya kenakan berbeda dari mereka. Namun pakaian itu tentu saja masihlah pakaian yang tertutup.

"Lihatlah pakaian itu, sepertinya bukan pakaian kebaya..?? Tapi tampilannya sangat elegan walaupun sederhana. Mungkin kalau dinilai pakaian itu lebih nyaman daripada harus menggunakan pakaian yang banyak manik-maniknya." Ujar para warga yang melihat hal itu.

"Benar, lihat juga tampilan kedua anak laki-laki itu. Aku belum pernah melihat sebelumnya, walaupun tubuh mereka tidak dipenuhi dengan emas, dan pakaian yang dikenakan juga cukup sederhana, namun ketiganya terlihat sangat elegan. Apalagi kulit putih mereka begitu kontras." Ujar ibu-ibu yang lain.

Walaupun anara dan kedua anaknya telah mendengar bisikan-bisikan itu, namun anara tidak memperdulikannya sama sekali. Mereka malah berjalan melihat apa saja yang mungkin menarik di mata mereka.

"Ibu lihat, itu apa ya Bu.. Apakah itu jajanan yang ada di pasar... Nakula ingin mencobanya.." ujar Nakula kepada sang Ibu sambil menunjuk salah satu stand penjualan yang menjual berbagai macam makanan yang sudah diolah. Anara yang melihat hal itu pun langsung mengajak anak-anaknya mendekat. Setelah berada dekat dengan penjual tersebut, anara mulai mengamati makanan-makanan yang dijual itu.

(Eh, ini kan adalah sagu mentah dan kue wajik. Apakah sagu ini memang sudah dikonsumsi dari zaman dulu ya, dan kue wajik ini.. wah ternyata dari dulu sampai ke masa depan, makanan ini legend sekali ya.) Pikir anara. Kemudian anara mulai membeli kue tersebut.

"Ibu, Saya mau kue wajik nya." Ujar anara kepada ibu penjual itu.