Erik, bos besar yang mempunya kekuasaan dan kekuatan. bertemu dengan seorang gadis muda berusia 19 tahun.
Alessia Carolin, gadis muda berusia 19 tahun. dia adalah gadis yang sangat luar biasa, tak sengaja bertemu dengan seorang pria berusia 30 tahun bernama Erik Regan. seorang pengusaha yang begitu kejam bahkan bisa dibilang bos mafia yang menguasai begitu banyak bisnis.
Sebuah pernikahan terpaksa karena hutang budi, akankah pertemuan dua orang itu mendapatkan sebuah jalinan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FABIO COSTA
DOR!!
DOR!!
Seorang pria nampak duduk dengan begitu gagah di kursi kebesarannya, tatapan matanya menatap sebuah foto yang terpatri di dinding ruangannya.
Dinding putih itu menjadi saksi beberapa peluru melesat, sebuah foto seorang pria bersama beberapa anak buahnya.
"Tuan." sapa seorang pria yang baru masuk ke ruangan, namun sayangnya sang majikan tidak menghiraukan panggilan dari anak buahnya itu. Tangannya terus mengarahkan pistol itu ke foto yang tadi dia tembak.
"Tuan." Panggil anak buah si pria kembali.
"Ada apa?" jawabnya. Pistol itu diletakkan salah satu tangannya mengambil pisau.
"Tuan, Saya sudah mendapatkan beberapa informasi mengenai Tuan Erik." jawabnya.
"Apa yang kamu dapatkan?" tanya si Bos kembali.
"Pria itu sudah mendapatkan barang yang sudah kita curi." lapor si anak buah.
Tangan yang hendak melempar pisau itu langsung terhenti, tubuhnya memutar menatap anak buahnya. "Bagaimana kamu bisa sebodoh itu?!" teriaknya dengan sangat keras.
Pisau yang hendak dilempar ke foto itu berbalik arah dilempar ke tubuh anak buahnya, pundak si anak buah menjadi sasarannya.
"Kalian ini bekerja tapi tidak becus, aku memerintahkan kalian untuk segera menghancurkan barang itu! lalu bagaimana bisa barang itu masih ada?!!" teriaknya.
Anak buah si pria hanya bisa terdiam menundukkan kepalanya tanpa berani menjawab sama sekali. Darah mulai keluar dari pundak anak buah si pria, tak berani mengeluarkan suara sama sekali, menahan rasa sakit akibat lemparan pisau.
"Maafkan kami, tuan." hanya permintaan maaf yang mampu dia katakan. tak berani menolak atau mengatakan apapun.
BRAKK!!
ponsel yang ada di meja dilempar dengan begitu keras, kelihatannya pria itu begitu marah. Foto Erik Regan bersama anak buahnya, beberapa foto itu diambil secara sembunyi-sembunyi.
Namanya Fabio Costa, musuh terselubung yang tidak pernah diketahui Erik. Tidak pernah bertemu namun Fabio begitu marah karena Erik menghancurkan beberapa gudang persenjataan miliknya.
"Aku sudah bilang kan kepada kalian hancurkan senjata yang dikirim oleh pria itu! tapi kenapa malah kalian sembunyikan!!" seru Fabio.
"Maafkan kami, tuan. kami tidak tahu karena tuan belum mengeluarkan perintah itu." jawab anak buah sembari menahan sakit di pundaknya Pergilah perintah Fabio.
Tak Ada jawaban namun gerakan tangan itu menunjukkan perintah untuk keluar. "Aku akan membunuhmu, Erik! aku pasti akan membunuhmu!" teriak Fabio.
Kemeja berwarna hitam melekat di tubuh Fabio, beberapa pistol menjadi pelengkap. pria itu keluar dari ruangannya, berjalan menuju gudang di salah satu markasnya.
"Apakah kalian sudah mengemas barang-barang itu?" tanya Fabio kepada beberapa anak buahnya.
"Sudah, Tuan. kami sudah mengenas barang-barang itu, kami akan mengirimnya ke beberapa negara pemesan." jawab anak buah Fabio.
"Baguslah kalau begitu, aku ingin kalian segera mengirimnya."
"Baik, Tuan."
Beberapa barang yang dimaksud oleh Fabio adalah obat-obatan terlarang yang sudah dikemas di beberapa boneka yang sudah dibuat oleh anak buahnya. Fabio adalah mafia pengedar obat-obatan terlarang, diburu oleh para polisi namun dia sangat susah untuk ditangkap.
"Kalian lakukan sesuatu perintahku, jangan sampai kalian gagal." perintah Fabio.
Dalang dibalik sabotase senjata yang akan dikirim oleh Erik adalah Fabio, Dia meminta anak buahnya untuk mencuri barang-barang itu. senjata buatan pabrik adalah senjata yang diakui, dia seorang pengusaha di beberapa negara. Erik menguasai beberapa kawasan di beberapa negara pula, pria itu mempunyai bisnis yang lumayan banyak walaupun usianya masih 30 tahun namun otaknya sangat luar biasa.
Berbeda dengan Fabio, Dia adalah seorang mafia pengedar narkoba juga senjata-senjata ilegal yang dikirim ke markas para mafia. terkenal sangat licik, licin dan berbahaya. Fabio menguasai beberapa kawasan yang ada di beberapa negara pula, bisnisnya berkembang pesat namun setelah kedatangan Erik beberapa bisnisnya dihancurkan oleh pria itu.
"Aku tidak akan melupakan apa yang telah kau lakukan kepadaku, aku akan membuatmu kehilangan segalanya, aku pasti akan membalasmu atas semua yang sudah kau lakukan padaku."
Sekuntung rokok dihisap oleh Fabio, pria itu juga meminum minuman beralkohol juga. pria berusia 35 tahun itu adalah rival Erik yang tidak terlihat.
"Tuan." panggil anak buah Fabio.
"Ada apa?" tanya Fabio.
"Tuan, saya mendapatkan kabar Kalau salah satu rekan bisnis kita tidak ingin bekerja sama dengan kita." jawab anak buah Fabio.
"Kenapa bisa seperti itu?"
"Saya kurang tahu, Tuan. Kemungkinan besar dia menjadi penghianat setelah mengambil senjata dan obat-obatan dari kita."
"Cari tahu mengenai pria itu, aku ingin kalian menghabisinya."
"Baik, Tuan."
Setelah mendapat perintah dari bosnya anak buah Fabio segera pergi, jika mereka berani menghianatiku maka aku akan membunuh mereka.
Semilir angin berhembus sedikit kencang namun juga sedikit menyakitkan, angin itu tiba-tiba datang ke perusahaan Erik sewaktu Caroline juga berada di tempat itu.
"Mau apa kamu kemari?" tanya Caroline kepada ayahnya.
"Kenapa perkataanmu seperti itu, Caroline. tentu saja Ayah kemari karena Ayah ingin melihat kondisimu." jawab bohong Benito.
Caroline tampak tersenyum, senyuman penuh penghinaan cibiran dan ketidakpuasan.
"Untuk apa kamu kemari? Bukankah aku sudah bilang padamu kalau aku tidak ingin melihatmu." Caroline langsung berdiri.
Di ruang kantor Erik Caroline sedang membaca beberapa majalah yang sengaja dia bawa dari rumah. Erik sedang rapat dengan beberapa pengusaha sedangkan Kelvin dan Elios di beri tugas untuk mengawasi beberapa gudang Perusahaan.
"Sikapmu sangat sombong sekali, Caroline. jika bukan karena Ayah kamu tidak akan menikah dengan pria kaya itu." ucap Benito. dengan begitu bangga dia berpikir dia adalah orang yang seharusnya mendapatkan ucapan terima kasih, atau imbalan atas budinya karena membuat Sang Putri menikah dengan pria kaya.
"Hahaha..., seperti itu kah? seperti itukah pikiranmu pria tua, kamu sudah menjualku. sekarang kamu mengatakan berkat dirimu aku menikah dengan pria kaya, seandainya pria yang menikahi ku itu bukan suamiku, tapi pria yang menikahiku adalah pria tua itu.. lalu apa yang akan kamu katakan? Apakah kamu akan mengatakan kamu senang melihat aku sengsara?" tanya Caroline dengan semua amarah yang ada di otaknya. dia tidak pernah berharap sama sekali kalau ayahnya akan muncul kembali.
"Ayah kemari hanya ingin meminta imbalan atas apa yang sudah Ayah lakukan." dengan tidak tahu malu Benito mengatakan hal itu, mungkin urat malunya benar-benar sudah putus, dia menganggap putrinya adalah barang yang dia jual kemudian meminta kembalian.
"Keluarlah dari perusahaan ini sebelum aku meminta para penjaga keamanan untuk menyeretmu!!"
"Dasar kurang ajar! kamu benar-benar ingin melakukan hal itu, kamu anak tidak tahu diri!!" seru Benito.
"Waktu itu aku sudah katakan padamu kan, setelah aku melunasi hutangmu Aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai orang tuaku. Lalu kenapa kamu harus kemari lagi? apakah kamu kesulitan uang? walaupun kamu kesulitan uang jangan pernah meminta sepeserpun kepadaku, Kau bukanlah orang tuaku lagi, karena itu pergilah dari sini!!" seru Caroline yang benar-benar tidak bisa menahan emosinya.
Melihat wajah ayahnya saja sudah membuatnya merasakan sesak yang teramat. "Entah di mana sekarang Avara. Apakah kamu tahu di mana dia? Apakah kamu memikirkan bagaimana kehidupannya sekarang? jangan pernah berharap untuk meminta uang sepeser ku pun padaku!" Caroline yang kemudian menelpon Elios.
**Bersambung**