Vernatha Aira Lexandra atau yang di panggil Natha, dia terlahir kembali.
Di kehidupan sebelumnya, Natha tidak pernah menyangka bahwa adik perempuannya mengambil suaminya dan mengambil semua yang Natha miliki.
Lalu, suami dan adik perempuannya itu yang selalu Natha percayai, mengkhianatinya. Mereka berhubungan di belakang Natha. Mereka juga bekerjasama untuk merebut warisan orang tua Natha sejak lama.
Natha merasa hidupnya selama 27 tahun di permainkan. Di detik-detik sebelum Natha mati, ia di tuntun mereka ke dalam sebuah jurang curam. Suaminya yang selalu Natha cintai dengan tulus, adiknya yang selalu Natha utamakan dalam segala hal, membunuh Natha dengan mendorongnya jatuh sehingga Natha mati di tempat dengan tubuh hancur.
Di sanalah hidup Natha berakhir dengan menyedihkan.
Natha bersumpah untuk membalas dendam.
Saat kelahirannya kembali, Natha mengubah semua takdirnya. Hal paling utama adalah Natha memilih suami pilihan pertamanya yang akan di jodohkan dengannya. Hanya saja dia mengalami cacat dan vegetatif. Pria itu tidak pernah bangun di kehidupan pertama Natha.
Namun suatu hari..
"Apakah kamu yang merawatku?"
Natha menoleh dan melotot kaget melihatnya bangun.
_______
Note;
• Konflik berputar-putar.
• Anti pelakor (Paling cuma pengganggu).
• Terdapat unsur dewasa 18+
• Bagi yang menderita uwuphobia, harap menjauh dari cerita ini!
• Harap Follow author sebelum membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Matahari pagi mulai menembus ke celah-celah jendela. Di sebuah tempat tidur, ada seorang pria tampan yang terbaring tenang. Di seperti pangeran tidur yang tengah menunggu seorang putri menciumnya agar ia terbangun.
Namun, memang karena belum waktunya, sang putri selalu memberinya ciuman kasih sayang dan menjaganya dengan penuh kelembutan. Namun ia belum juga terbangun. Mungkin hanya menunggu keajaiban datang.
Saat ini, seperti biasa di setiap pagi Natha akan memandikan Abyan. Namun ketukan di pintu menghentikan gerakannya.
Natha beranjak membukanya.
Ternyata Albert yang berdiri dengan wajah santainya.
"Kakek, selamat pagi," ucap Natha sopan.
Albert hanya tersenyum tipis. Lalu pandangannya menuju ranjang yang terdapat Abyan tanpa memakai atasan.
Natha yang baru sadar langsung memerah dan panik di wajahnya. "Ah, eum.. aku belum memandikannya," katanya gugup dengan refleks.
Walaupun Albert sudah mengetahuinya sejak lama, tetap saja Natha selalu malu.
Albert terkekeh, "Kenapa harus malu? Dia suamimu."
Natha semakin memerah mendengar kata 'Suami'. Tetap saja, dia adalah gadis biasa yang pemalu walaupun sudah pernah menjadi wanita dewasa.
"Hmm.." jawab Natha malu-malu. merilekskan ekspresinya, Natha bertanya dengan rasa ingin tahu, "Apakah perlu sesuatu, Kek?"
Tidak biasanya Albert berkunjung. Walaupun akan berbicara serius, pria tua itu selalu memanggil Natha keruangannya.
Albert melirik kembali ke arah Abyan, "Aku hanya ingin melihat cucuku. Tapi nanti saja. Kamu memandikannya dulu."
Natha mengangguk tersipu dengan kalimat terakhir. Natha menunduk hormat sebelum Albert pergi. Lalu Natha kembali masuk.
Melihat Abyan yang setengah telanjang, pipi Natha kembali panas. Ini memang bukan pertama kali, tapi tetap saja melihat otot dada dan perut yang kotak-kotak, gadis manapun pasti akan tersipu. Di kehidupan sebelumnya Natha hanya dekat Galen. Walaupun sudah menikah dia hanya pernah berciuman, tidak lebih.
Walaupun Natha tidak terlalu menginginkan hubungan suami istri dengan Galen, tapi dia sangat menginginkan anak. Dan Galen selalu menghindar dan selalu membuat alasan.
Natha sangat sedih saat itu. Dan hatinya sangat hancur ketika memergoki dua orang telanjang yang berguling-guling di atas ranjang. Tidak lain, mereka adalah suaminya dan Nhita yang tengah berhubungan intim di kamar dia dan Galen sendiri.
Itu adalah hal yang paling menyakitkan selain mengetahui kenyataan tentang mereka yang hanya menginginkan hartanya.
Jadi saat Natha meninggal dia masih perawan. Hal-hal yang berhubungan dengan memandikan Abyan adalah hal termalu baginya.
Natha menarik nafas dalam-dalam. Hal yang paling sulit dan memalukan dalam merawat Abyan adalah mandi.
Dia memulai mengangkat tubuh Abyan ke atas kursi roda. Tentu saja berat. Tapi entah apa yang mempermudahnya. Apalagi karena terbiasa, itu meringankan.
Natha mendorongnya ke kamar mandi. Tubuh Abyan memang sedikit kurus dari sebelum kecelakaan. Namun pria itu masih terlihat kekar.
Terkadang, Natha selalu menyayangkan dan takut kehilangan otot-ototnya. Tapi ia juga selalu malu sendiri atas pemikirannya.
Setelah beberapa menit, Natha keluar dengan wajah masih memanas.
Dia mengambil baju ganti dan memakaikannya. Mengeringkan dan menyisir rambutnya. Lalu, membaringkannya kembali.
Natha mengambil sarapan yang sudah di siapkan di meja. Seperti biasa dia akan menyuapinya. Mengambil air di tangannya. Ia tidak pernah memakai air lain untuk memberi minum Abyan. Hanya air itu saja. Dan itu sangat berdampak. Abyan tidak terlihat lesu dan pucat lagi seperti sebelumnya.
Terkadang, dia memakai sisa airnya untuk menyeka tangan, wajah dan kakinya. Walaupun tidak tahu agar apa, Natha hanya mengikuti naluri di hatinya.
Natha sudah tahu tentang kamar itu yang terdapat kamera pengawas. Namun Natha tidak keberatan. Asalkan pada waktu yang tepat dan tidak sembarangan. Natha mengetahuinya karena tidak sengaja melihat sebuah cctv kecil di sudut ruangan. Namun, Natha tidak peduli.
Entah kenapa ia bisa melihatnya. Yang pasti matanya lebih jernih dan jelas saat melihat sesuatu.
Tok tok
Ketukan di pintu kembali terdengar. Natha sudah tahu siapa. Ia membukanya dan melihat Albert dengan penampilan yang sama seperti sebelumnya.
"Silahkan masuk," kata Natha yang di angguki Albert.
Albert duduk di kursi biasa Natha duduk. Dia mengamati cucunya yang terlihat lebih baik, rapi, dan segar.
"Kamu merawatnya dengan baik," gumam Albert yang masih Natha dengar.
Natha hanya tersenyum tulus, "Terima kasih, Kakek."
"Bagaimana kamu akan menangani keluarga Lumian?" tanya Albert tanpa menoleh, hanya menatap cucunya.
Ekspresi Natha menjadi dingin setelah mendengar marga itu, "Aku akan menanganinya sendiri, Kakek. Namun, aku meminta bantuanmu untuk mempertahankan perusahaan Lexandra agar tidak bangkrut sebelum aku mengisinya. Tapi jika pamanku sendiri yang membuatnya bangkrut, jangan pertahankan. Karena itu seolah kakek yang membantu pamanku, bukan Lexandra."
Albert mengangguk ringan. Itu sangat sepadan dengan perawatan Natha kepada Abyan.
"Apakah kamu mampu?" tanyanya lagi mendengar kalimat terakhir Natha.
Natha berkata dengan datar, "Tentu saja."
Walaupun awalnya dia tidak mengerti, namun membaca buku-buku Abyan tidaklah sia-sia. Natha akan meningkatkan belajar tentang perusahaan nanti.
Albert hanya mengangguk puas.
"Kakek, bolehkah aku meminta izin untuk pergi ke kediaman Lumian?" tanya Natha setelah mengumpulkan keberanian. Lalu ia menambahkan dengan hati-hati, "Hanya sebentar. Aku akan mengambil suatu barang dan mengatakan sesuatu kepada mereka."
Albert menoleh dan berkata ringan, "Tentu saja. Aku akan memanggil sopir untukmu."
Natha tersenyum tipis, "Terima kasih, Kek."
Albert hanya mengangguk tersenyum seraya berdiri dari duduknya dan berkata, "Kalau begitu hati-hati," ucapnya lalu pergi keluar.
Natha tidak melunturkan senyumannya. Setelah kepergian Albert, dia menghampiri Abyan.
"Aku akan pergi sebentar. Bolehkan?" bisiknya meminta izin. Tapi keterdiamannya merupakan jawaban untuk Natha.
Lalu dengan berani Natha mencium keningnya. Ini bukanlah pertama kali dan bukan pula untuk mengambil kesempatan. Natha sangat tulus. Setiap hari bersamanya, Natha mempunyai kasih sayang untuknya.
Dengan sengaja, Natha melirik kamera dengan senyum mengejek. Entah itu ejekan karena mendapat izin atau karena keberanian Natha.
Yang pasti sangat kebetulan, di ruangan itu hanya Briyan yang menonton. Dia kesal dan marah melihat ejekannya.
"Awas kau, Natha!"
***
Lebih dari setengah jam, Natha sampai tidak jauh dari rumahnya sedari kecil ia tumbuh. Ia hanya diam melamun dan belum beranjak keluar mobil. Sebelumnya, ia sudah menelepon Sonia tentang kedatangannya.
Sedangkan, yang di telepon menjadi cemas dan gelisah.
"Apa?! Natha akan pulang?! Tidak mungkin! Seharusnya dia tidak bisa keluar mengurus Abyan! Apakah dia akan menukarkanku lagi, Bu?! Aku tidak mau!" teriak cemas Nhita saat ibunya memberitahu tentang kedatangan Natha.
Nhita memang sedang di rumah saat ini. Ia selalu pulang kerumahnya jika bertengkar dengan Galen.
"Diam, Nhita!" tekan Sonia kesal mendengar ocehan putrinya. Ia juga tidak kalah khawatir dengan kepulangan Natha. Melihat putrinya akan menangis, nada suaranya melunak, "... Ibu tidak akan membiarkannya."
"Aku tidak akan pernah mau menikah dengannya, Bu! Aku sudah menikah dengan Galen. Dulu, aku mengejarnya mati-matian! Namun tidak pernah sekalipun Abyan melirikku. Aku sangat kesal dengannya!"