Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 - Cerita Ziva
Sesuai yang di inginkan Ziva, Gusti melakukan semuanya dengan lembut. Itu membuat Ziva merasa bergairah. Perempuan tersebut tak berhenti melenguh ketika Gusti melakukan penyatuan.
Ziva memiliki paras cantik. Meski usianya lebih tua, tetapi dia awet muda. Mungkin itulah hal yang disukai Gusti darinya.
Kegiatan intim selesai saat Gusti dan Ziva merasa saling terpuaskan. Terutama Ziva, dia merasa sangat puas dengan permainan Gusti. Keduanya kini sibuk mengatur nafas sambil telentang di ranjang.
"Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Terima kasih..." ungkap Ziva seraya menatap Gusti.
"Aku hanya melakukan pekerjaanku," tanggap Gusti.
Ziva terpesona akan sosok Gusti. Dia mendekat dan membelai wajah lelaki itu. "Tidak apa-apa kan kalau aku menginginkanmu lagi nanti?" tanyanya.
Gusti tersenyum. "Tentu saja. Telepon saja aku nanti," jawabnya.
Ziva mencium bibir Gusti. Memagutnya cukup lama. Ia berhenti ketika merasa puas.
"Kalau suamimu tidak melakukan hal benar, seharusnya kau katakan padanya," kata Gusti memberi saran.
"Kau pikir aku tidak mengatakan itu padanya selama beberapa tahun?" sahut Ziva. Ia mengenakan pakaian dan turun dari ranjang.
"Beberapa tahun? Kalau begitu, kenapa kau tidak meminta cerai?"
"Itu bukanlah hal mudah untuk aku lakukan." Ziva menjawab seraya melangkah menuju kamar mandi. Namun dia berhenti karena ingin mengatakan sesuatu.
"Benar kata Rilly. Kau benar-benar pemula," komentar Ziva.
"Apa itu terlihat jelas?" tanggap Gusti. Kelopak matanya melebar.
"Ya. Kau masih kaku sekali dengan permainanmu. Tapi wajah tampanmu itu berhasil menolong semuanya. Segala hal yang indah akan membuat siapapun bergairah bukan?" tukas Ziva.
"Ini adalah kali kedua aku melakukannya," ungkap Gusti.
Ziva tergelak. Dia tak berkomentar lagi dan masuk ke kamar mandi.
Gusti mendengus kasar. Dia sedikit tersinggung dengan pernyataan Ziva nanti. Namun mau bagaimana lagi? Dirinya memang masih pemula.
Uang Gusti di tabungan bertambah setelah tidur dengan Ziva. Kini dia berada di kost. Gusti langsung tidur dan beristirahat.
...***...
Gusti sedang berada di perpustakaan. Dia sekarang lebih memilih menyendiri setelah terjadinya pengkhianatan yang dilakukan Elang dan Widy.
Banyak gadis di sekitar yang mencuri pandang pada Gusti. Bahkan ada beberapa yang heboh dan berbisik membicarakan lelaki itu.
Tanpa sepengetahuan Gusti, dia merupakan mahasiswa populer di kampus. Bahkan semenjak ospek terakhir kali dilakukan.
Widy dan Elang datang. Mereka menarik kursi yang ada di hadapan Gusti, lalu duduk di sana.
"Nih! Kami belikan es cokelat." Widy menyodorkan minuman segar untuk Gusti.
"Thanks." Gusti menerima minuman dari Widy dengan senyuman tipis. Dia bersikap berbeda dibanding sebelumnya.
"Apa ini artinya kau sudah nggak marah lagi sama kami?" tanya Widy.
"Sudah, Wid. Dia udah nggak marah lagi setelah bicara denganku kemarin," ujar Elang.
"Benarkah? Kalian bicara apa?" tanya Widy. Elang dan Gusti sontak bertukar pandang. Mengingat kini mereka yang menyembunyikan sesuatu darinya.
Bersamaan dengan itu, seorang dosen memanggil Widy. Cewek tersebut beranjak sebentar karena ada sesuatu yang harus dibicarakan.
"Tuh! Widy tanya kita bicarakan apa," tukas Elang.
"Bilang aja kita bicarain masalah cowok. Kelar kan!" Elang santai saja. Dia meneruskan, "btw, malam ini kau jadi mau ikut aku kan?"
"Iya. Jemput saja nanti," sahut Gusti. Ia terdiam sejenak. Sampai dirinya teringat dengan sesuatu hal.
"El, kau tahu cara agar kita nggak kaku pas kerja?" tanya Gusti. Dia jelas membicarakan tentang masalah peranjangan.
"Maksudmu? Kaku melakukan..." Elang menebak. Gusti langsung memberikan jawaban dengan anggukan.
"Jangan bilang klien kamu bilang permainanmu kaku?! Bwahaha!" Bukannya menjawab, Elang justru memecahkan tawa.