Tiba-tiba beralih ke tubuh seorang gadis tentu saja membuat Almira kaget. Yang Almira ingat adalah saat dirinya berperang dengan musuh Kakaknya dan dirinya tertembak beberapa kali, tentu saja tak mungkin hidup Almira pasti sudah mati.
Tapi kenyataannya Almira masih hidup, tapi bukan dalam tubuhnya. Wajahnya pun sangat berbeda ini sangat muda sedangkan Almira sudah 28 tahun.
Siapakah sebenarnya pemilik tubuh ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekerasan lagi
Plak, Laura tidak bisa menghindari tamparan itu, lalu badannya didorong sampai tersungkur perutnya ditendang begitu saja. Rambutnya dijambak sampai kepalanya mendongak pada orang yang menyiksanya itu.
"Keterlaluan kamu Laura keluarga kita ini sedang susah dan kamu membuat masalah di sekolah dengan mengeroyok teman kamu. Apa kamu sudah gila Laura, dengan cara apa aku harus memperlakukan kamu agar tidak terus membuat masalah"
Laura mencoba untuk melepaskan jambakan dari Ayahnya, tapi itu sangat kuat sampai-sampai kepala Laura sakit seperti rambutnya akan lepas dari kulit kepalanya perih sekali.
"Aku tidak pernah membuat masalah di sekolah, lepaskan" jerit Laura.
Plak, kembali tamparan mendarat di pipinya "Kamu itu sudah buat masalah, sudah membuat aku malu. Mau sampai kapan seperti ini, kapan akan dewasa dan menjadi anak yang baik Laura" sambil melepaskan jambakan itu dan mendorong kepala Laura.
Laura bangkit dan menatap Ayahnya dengan tajam "Apakah anda sebagai seorang Ayah tidak mau mendengarkan penjelasan aku dulu. Apa harus seperti ini dengan kekerasan, jika anak-anakmu yang lain kenapa tidak pernah kamu berikan pukulan saat mereka melakukan kesalahan. Kenapa hanya aku saja yang kamu perlakukan dengan buruk"
"Mereka tak pernah melakukan kesalahan, hanya kamu anak yang selalu membuat masalah Laura kamu tidak pernah menuruti kata-kata Ayah dan kamu juga tidak pernah menjadi anak yang baik. Selama ini kamu selama membantah menjadi anak nakal, menjadi anak pembengkakan semuanya ada pada dirimu kamu tidak pernah baik di mataku"
Laura tersenyum kecewa, bahkan matanya sekarang sudah berkaca-kaca selama menjadi Almira Laura tak pernah disakiti seperti ini oleh Ayahnya dan ternyata menjadi Laura itu sangat menyakitkan. Dirinya kiri akan kuat ternyata ada saatnya lemah dan sakit.
"Aku anak yang nakal, pembangkang tapi kamu tidak pernah melihat kenyataannya kamu tidak pernah menanyakan padaku apa yang sebenarnya terjadi. Seharusnya sebagai seorang Ayah kamu akan bertanya terlebih dulu pada anakmu ini. Ada apa masalah apa bukannya langsung memukul seperti ini. Kamu selalu ringan tangan padaku tak pernah ada sedikitpun kasih sayang padaku selama ini "
"Kalau aku tidak menyayangimu Laura sudah dari dulu aku buang kamu, tidak akan aku urus tidak akan aku besarkan sampai sekarang jadi jangan bawa-bawa kalau aku tidak menyayangimu"
"Memang pada kenyataannya kamu tidak pernah menyayangiku, kamu selalu tidak adil apakah dengan cara memukul akan menyelesaikan semua masalah ?"
"Karena kamu pantas mendapatkan itu "sambil menunjuk Laura.
Laura memejamkan kedua bola matanya untuk menenangkan emosinya, jangan sampai Laura membunuh Ayahnya. Kalau sampai Ayahnya meninggal tidak akan seru semuanya akan berakhir begitu saja. Ayahnya tidak akan mendapatkan kesusahan yang lebih lagi nanti.
"Baiklah jika Anya ataupun Andi nanti melakukan kesalahan kamu pun harus memukul mereka, jangan aku saja yang terus kamu pukul. Memang seharusnya aku tidak pernah memanggilmu Ayah kamu tak pantas dipanggil Ayah olehku "
"Anya dan Andi tidak pernah membuat masalah sepertimu Laura. Mereka anak-anak baik terdidik sedangkan kamu anak yang tidak tahu diri"
"Benarkah apakah mereka sebaik itu? Kurasa tidak, sampai kapanpun aku tak akan pernah memaafkan apa yang kamu lakukan dan aku juga tak akan menganggap mu sebagai Ayahku lagi"
"Mau bagaimanapun aku tetap Ayahmu Laura aku yang membesarkan mu, tanpa diriku kamu tidak akan hidup selama ini"
"Ayah ? Apakah seorang Ayah seperti ini, apakah aku harus mendatangkan Ayah teman-temanku untuk menyadarkan mu bagaimana seorang Ayah yang sebenarnya, yang baik pada anaknya dan tidak main hakim seperti ini. Bahkan aku bisa melaporkan mu ke polisi dengan kasus kekerasan kamu telah memukulku"
"Jika kamu tidak membuat masalah aku pun tidak akan memukulmu, kita ini sedang kesusahan Laura jangan membuat semuanya makin rumit aku pusing dengan keadaan perusahaan yang bangkrut ditambah kamu selalu saja membuat ulah" Ayahnya terus tak mau kalah, menanggapi semua keluhan Laura.
"Sudah, percuma aku ada dirumah tak ada gunanya juga "
Laura pergi keluar rumah, Ayahnya mengejarnya dan menariknya dengan kasar "Masuk ke rumah dan jangan buat aku malu, jangan buat masalah lagi Laura"
"Kamu tidak berhak mengaturku, kamu bukan siapa-siapa ku lagi " teriak Laura tak kalah kerasnya dari sang Ayah. Sudah terlalu kecewa Laura, Laura kira Ayahnya akan baik ternyata sama saja.
"Jangan keras kepala anak nakal, cepat masuk " teriak Ayahnya kembali.
"Aku tak pernah membuat siapapun malu. Kamu adalah Ayah terburuk di dunia ini"
Laura menendang kaki Ayahnya sampai terjatuh lalu menggigit tangan Ayahnya juga. Sudah cukup, perutnya sakit karena ditendang makannya tadi Laura tidak bisa melawan lebih cepat.
"Laura anak sialan kamu" teriak Ayahnya sambil memegang lututnya yang sakit
"Kamu lebih sialan lagi " jawab Laura dengan berani, tak mau kalah juga.
...----------------...
Damian mondar mandir melihat keluar rumah, tapi belum ada tanda-tanda Laura akan pulang. Apakah dia sudah lupa rumah.
"Kemana anak itu, kenapa selalu saja membuat khawatir"
"Ayah apa tidak akan tidur "tegur Andi yang dari tadi pusing melihat Ayahnya terus mondar-mandir seperti setrikaan saja.
"Laura belum pulang, Kakakmu entah akan kapan sadar apakah dia akan terus menjadi anak yang nakal seperti ini" keluh Ayahnya.
"Sepertinya Ayah salah, seharusnya Ayah bisa lebih dekat dengan Laura. Ayah bisa menasehatinya dengan baik-baik tanpa kekerasan. Semuanya bisa dibicarakan tanpa harus ada kekerasan seperti tadi siang Ayah, kenapa Ayah tidak pernah mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi"
"Ayah sudah tahu bagaimana Laura dia itu anak nakal, dia selalu membuat masalah jadi tidak usah Ayah tanya dan yang pasti dia yang salah"
Andi menghela nafasnya, selalu saja seperti ini jawaban Ayahnya. Andi ingin Ayahnya dan juga Laura baik-baik saja mereka saling menyayangi tidak seperti ini, saling menyalahkan.
"Memangnya Ayah pernah melihat langsung Laura nakal ?"
"Tidak, tapi guru guru kalian, lalu Anya bilang kalau Laura itu tidak baik di sekolah. Dia di sekolah selalu merokok, pergaulan bebas seenaknya jadi rasanya Ayah tidak perlu mendengarkan dari Laura. Pasti Laura akan berbohong pada Ayah"
"Itu akan membuat Ayah semakin jauh dengan Laura. Ayah tidak akan pernah mendapatkan hati Laura sampai kapanpun kalau Ayah tetap seperti ini. Dengarkanlah dulu penjelasannya baru Ayah bertindak. Aku hanya tidak mau kalian berdua terus bermusuhan Ayah "
Damian tidak menjawab. Dia malah keluar dari dalam rumah dan menunggu Laura di depan teras. Sedangkan Andi sendiri tak mengikuti Ayahnya percuma Andi terus bicara dengan Ayahnya pasti jawabannya akan sama. Ayahnya terlalu keras kepala.