Kathleen tidak pernah menyangka bahwa rasa penasaran bisa menyeret hidupnya ke dalam bahaya besar!
Semua berawal dari kehadiran seorang cowok misterius di kelas barunya yang bernama William Anderson. Will memang selalu terkesan cuek, dingin, dan suka menyendiri. Namun, ia tidak sadar kalau sikap antisosialnya yang justru telah menarik perhatian dan membuat gadis itu terlanjur jatuh hati padanya.
Hingga suatu hari, rentetan peristiwa menakutkan pun mulai datang ketika Kathleen tak sengaja mengetahui rahasia siapa William sebenarnya.
Terjebak dalam rantai takdir yang mengerikan, membuat mereka berdua harus siap terlibat dalam pertarungan sesungguhnya. Tidak ada yang dapat mereka lakukan lagi, selain mengakhiri semua mimpi buruk ini sebelum terlambat!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rivelle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
“Lari!” teriak seseorang yang mengenakan jubah putih itu seraya meluncurkan anak panahnya lagi.
Sementara temannya yang membawa pedang langsung beralih menghalau makhluk-makhluk jelek lain yang terus berdatangan dari lorong gelap.
“Jangan masuk ke dalam hutan! Kau tidak akan menemukan jalan keluar jika masuk ke dalam sana sendirian! Bersembunyilah di tempat yang menurutmu aman, kami akan menyusul!” katanya seraya melesat ke sisi lain.
Aku pun mengangguk seraya cepat-cepat bangkit berdiri dan bergegas menarik langkah selebar mungkin untuk kabur. Bebatuan di sekitar sini benar-benar licin karena banyak ditumbuhi lumut dan jamur. Aku terpaksa harus melepas heels-ku dan membuangnya, padahal sepatu itu baru kubeli satu minggu yang lalu dengan uang tabunganku sendiri.
It’s crazy!
This is absolutely crazy!
Akal sehatku terus berkecamuk. Seharusnya saat ini aku sedang berada di rumah sembari menikmati pelukan hangat dari selimut dan bantalku, bukan dikejar-kejar oleh makhluk mengerikan penghuni kastil tua!
Sekarang sumber peneranganku hanyalah sekawanan kunang-kunang kecil yang tengah berterbangan ke sana-kemari. Aku mulai kehilangan arah dan tak tahu lagi harus berlari sampai sejauh mana. Napasku tersengal-sengal. Haus dahaga serasa menjerat kerongkonganku. Aku berhenti sejenak, menyeka keningku yang telah dibanjiri oleh peluh sebesar biji jagung.
SRAKKK!
Sebuah tombak panjang tahu-tahu melesat ke arahku. Aku menelan ludah. Nyaliku benar-benar diuji tanpa ada persiapan yang matang. Untung saja tombak mematikan itu meleset dan menancap pada batang pohon yang ada di atas kepalaku.
“Cepat kejar dan tangkap dia!” Suara samar-samar itu terdengar dari hilir sungai.
Sudah kuduga. Tempat mengerikan ini memang dipenuhi oleh para makhluk bertampang iblis itu. Aku lekas kembali berlari sekuat tenaga dan mengurungkan niatku untuk menuju muara sungai. Sungguh! Kedua kakiku terasa sangat perih karena menginjak ranting-ranting tajam yang berduri.
Namun, belum sempat berlari terlalu jauh, dua makhluk berkabut hitam tiba-tiba muncul di depanku. Aku berbalik ke belakang, tapi yang lain juga ternyata sudah menghadang. Di samping kiriku sekarang cuma ada tembok batu setinggi puluhan meter, sedangkan di sebelah kananku terdapat tebing yang sangat curam.
Salah satu dari mereka berjalan mendekat, menyambar leherku lantas mengangkatnya persis seperti yang dilakukannya pada temanku. Aku terbatuk-batuk karena mulai kesulitan bernapas sementara kakiku hanya bisa menendang-nendang udara kosong.
Ia kemudian membawaku ke pinggir tebing. Rona wajahku surut seketika melihat kabut tebal yang menyelimuti pepohonan rimbun berdaun raksasa jauh di bawah sana. Kepakan sayap dari burung-burung yang menakutkan terdengar menggaung di telingaku.
Makhluk itu tertawa angkuh. “Selamat tinggal! Beristirahatlah dengan damai, Gadis manusia yang malang!” ucapnya lalu melepaskan cengkeramannya dari leherku.