Pelacur Yang Dirindukan ( Emperor Transmigration )

Pangeran berjalan dengan tatapan dingin sembari terus menggenggam pedangnya, ia ingin sekali menebas kepala seseorang.

"Santos!"

"Ya, Pangeran."

"Siapkan kudaku! Kau dan beberapa pengawal pergi lebih dulu dan tutup jalan sampai di perbatasan barat! Jangan biarkan siapapun lewat. Aku dan yang lain akan memeriksa setiap kereta kuda! Aku yakin Eleena belum jauh!"

"Baik, Pangeran."

Santos membawa kuda kesayangan Pangeran, lalu ia sendiri menunggangi kudanya bersama para pengawal lainnya.

Masih dengan pakaian pengantinya, Pangeran menaiki kuda putihnya. "Shadow berlarilah! Temukan kekasihku! Hiyaaaa!"

Kuda putih itu melesat pergi menembus angin, dalam sekejap mata Pangeran yang menunggangi kuda sudah tak terlihat lagi.

***

Eleena melihat ada pemeriksaan di depan sana, dia memiijit kepalanya berpikir. Firasatnya mengatakan itu perbuatan Pangeran, "Sir, saya turun disini."

Setelah membayar, Eleena membawa buntelan bekalnya turun dari kereta kuda. Ia mengedarkan pandangannya, melihat ada jalan setapak entah menuju kemana. Ia berjalan setengah berlari, memegang perutnya dengan hati - hati. Ia memikirkan Andrian dan kedua adiknya, apa mereka juga lari seperti dirinya atau malah sudah tertangkap. Eleena menggelengkan kepalanya, ia yakin Andrian akan memikirkan cara agar bisa lolos.

Hosh Hosh....

Eleena kelelahan sudah jauh dia meninggalkan jalan utama, ia membuka botol air minum meneguk dengan rakus, tenggorokannya terasa sangat kering.

Tiba - tiba tak jauh di belakangnya suara ringkikan kuda terdengar.

Kteplak ! Kteplak!

Suara - suara derap kaki kuda semakin terdengar mendekat.

"Oh tidak!" Eleena menyimpan botol minumnya, ia melihat di sampingnya ada semak belukar. Ia berjalan cepat kesana bersembunyi menutup mulutnya, jantungnya bergemuruh dengan hebat.

"Haaa! Berhenti!" Pangeran menghentikan kudanya, mengangkat tangannya sebatas kepala agar para pengawal ikut berhenti.

"Di depan ada dua jalan, beberapa pergi ke kanan. Separuh ikut bersamaku ke kiri!" titah Pangeran.

"Ya, Pangeran!"

"Pergi!"

Sebagian pengawal menunggangi kuda mereka ke arah kanan, tapi Pangeran masih duduk di atas kuda mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Degh! Degh!

Eleena semakin mengerutkan tubuh kecilnya di tempat persembunyiannya, tangannya masih menutup mulutnya bahkan ia menahan nafasnya.

"Ayo pergi!"

Akhirnya Pangeran membawa kudanya pergi dari sana ke arah kiri jalan setapak.

"Hahhhhh..." Eleena melepas bekapan tangannya dari mulutnya, menarik nafas beberapa kali menghirupnya. "Aku akan mati kalau dia diam disini lebih lama lagi, hhhh..."

Eleena akhirnya memikirkan jalan lain, ia mengambil tongkat dari batang kayu berukuran kecil. Ia berjalan menerobos semak - semak di hutan itu dengan tongkatnya menyingkap semak - semak tinggi, semakin lama dirinya sepertinya semakin masuk ke dalam hutan.

"Sebelum gelap aku harus keluar dari sini," lirihnya.

Tiba - tiba di depannya sepasang mata tajam bercahaya menatap wanita itu, seekor harimau besar menatap Eleena seperti melihat mangsa untuk dilahap.

"Sial! Bagaimana ini? Aku belum pernah bertemu seekor harimau penghuni hutan kecuali di mini zoo," gumamnya.

"Diam, jangan bergerak. Kalau kamu bergerak sedikit saja, harimau itu akan menerkammu, Eleena..." suara seseorang tepat berdiri di belakang Eleena bahkan memanggil nama wanita itu.

"Siapa?!" Eleena tak menyangka di hutan belantara ini bertemu seorang manusia.

"Kamu tidak mengenal suaraku? Aku kecewa, Eleena. Padahal kamu yang sudah membuka borgolku."

Eleena terkejut, "Guapo!"

"Ya, ini aku."

"Kenapa kamu ada disini?"

Eleena mendengar langkah kaki pelan mendekatinya dari arah belakang, ia merasakan Guapo berada tepat di belakang tubuhnya tapi ia tak berani bergerak bahkan hanya untuk menoleh ke belakang.

Guapo mendekatkan kepalanya, ia berbisik di telinga Eleena. "Aku juga penghuni hutan ini."

"Hah?!"

"Haha, aku bercanda. Ceritanya panjang, bisakah kita fokus dulu pada harimau itu?"

"Ah ya ya... Kamu benar. Kamu ada ide menghindar dari harimau itu?"

"Biar aku pikirkan," jawab Guapo.

Srek! Srek! Srek!

Suara langkah kaki menginjak rumput dan suara gerakan sesuatu melewati semak - semak terdengar dari arah berlawanan. Harimau itu berbalik ke arah sumber suara, menggeram keras pada sumber suara itu.

"Ada mangsa lain di depan, harimau sudah berbalik melepaskan kita. Ini waktunya kita pergi dari sini, ikuti aku perlahan," ujar Guapo seraya berjalan perlahan ke arah samping kiri.

Eleena tak mempunyai pilihan lain, ia mengikuti langkah Guapo meskipun banyak pertanyaan dalam benaknya karena curiga pada lelaki itu. Ia tidak percaya jika pertemuan mereka adalah suatu kebetulan belaka, pasti ada sesuatu di baliknya.