Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ucapan Selamat Tinggal
Dua hari kemudian.
Pukul tujuh malam nanti, Naura beserta anaknya akan berangkat ke Singapura. Namun. Pagi-pagi sekali Naura sudah di buat panik oleh Alana. Alana keluar rumah seorang diri.
"Sus Alana DIMANA?" Teriak Naura ketika menyadari anaknya tidak ada di kamar
"Tadi main di halaman depan sama Alan, aku tinggalkan sebentar untuk mengambil minuman"
"Alan kemana adikmu?" Tanya Naura semakin panik
"Alan tidak tau ma"
Naura menarik rambutnya,kemudian ia langsung berlari ke jalan utama. Ia berlari sembari menangis, tidak ada alas kaki yang ia pakai. Naura benar-benar panik.
Naura tidak tau entah sudah berapa jauh ia berlari, sampai suara klakson mobil menyadarinya. Keterkejutan membuat Naura goyah hingga ia terjatuh ke aspal
"Naura ada apa?"
Naura mendongakkan kepala, melihat suara yang menyapanya
"Ardan" Gumam Naura
"Kau kenapa?" Tanya Ardan mulai ikut panik melihat kondisi Naura saat ini
"A-Alana" Ucap Naura tergagap
"Alana kenapa?" Suara Ardan mulai meninggi
"Bagaimana ini- A-Alana!"
Ardan semakin panik "Lana kenapa Naura?"
"Mama, Papa" Panggil Alana dari seberang taman
Mendengar suara anaknya, mereka berdua sama-sama menoleh dan berlari menujunya. Naura memeluk anaknya,
"Tenangkan dirimu, kita duduk disini dulu" Ucap Ardan menunjuk bangku kosong. Naura hanya mengangguk
Ardan duduk di samping Naura, Alana menangis. Naura tidak ingin anaknya ketakutan lagi ia berusaha untuk menenangkan nya
"Mama, maafkan Alana, Lana hanya ingin ketemu papa tetapi Lana takut dan tidak tau jalan pulang"
Ardan langsung menoleh ketika mendengar ucapan anaknya
"Sayang... Lana, mama sudah bersama Lana maafkan mama ya"
"Maafkan papa juga" Ucap Ardan
Alana berhenti dari tangisannya, ia menyenderkan kepalanya ke dada Naura
"Lana takut ma"
"Maafkan mama"
"Lana takut tidak ketemu om Ardan lagi, katanya Sus, om Ardan mau menikah dan nanti punya anak dari mama baru. Lalu Alan dan Alana bagaimana? Apa kami tetap tidak akan memiliki papa?" Ucap gadis sekecil itu
Naura menyapu air matanya kemudian memeluk anaknya dengan erat. "Maafkan mama, maafkan mama membuat kamu terluka, maafkan mama sayang."
Naura mengusap punggung anaknya sampai terlelap dalam tidurnya. Ardan hanya diam menyaksikan kata-kata menyakitkan yang keluar
"Kau lihat bagaimana akhirnya dengan anak kita? Naura, kau jangan egois lagi" Ucap Ardan mencari pembenaran
"Bilqis, bagaimana dengannya?"
Ardan hanya diam, dia memilih tidak menjawab. Karena apa yang di katakan pasti Naura tidak akan percaya
Saling lama terdiam,Ardan menghela nafas kemudian melihat ke arah Naura, ia tersenyum kecil
"Ardan sekarang aku akan menjelaskan beberapa hal dan ku harap kau mengerti"
"Biar aku yang menjelaskannya, beberapa tahun yang lalu pernikahan kita terasa sulit, aku bertanya-tanya apa aku mencintaimu atau kau yang mencintai ku?" Ucap Ardan di penuhi rasa khawatir
Naura terdiam sejenak menyimak ucapan Ardan
Lalu Naura berkata dengan ingatan yang menyakitkan "Aku berfikir kau benar-benar jahat dan kejam, saat kau di luar, jika aku tidak menghubungi mu kau tidak pernah mengabari ku, yang kau lakukan hanya menyiksaku"
Ardan menghela nafas sesak
"Kau juga egois dan brengsek, bagaimana kau bisa baik-baik saja di saat aku butuh dirimu di hari kematian papaku" Ungkapan sakit hatinya Naura, karena sebelum kabur. Naura menyaksikan kematian Papanya
Naura tersenyum pilu " _Aku kasihan kepada diriku yang mengharapkan belas kasihan dari pria seperti mu, dan kau juga membuatku berpikiran sempit soal pernikahan mu dengan kekasih mu lalu kau menginginkan kami juga"
"Kau tidak berubah Ardan, kau masih orang yang picik ketika mengharapkan semuanya kembali dengan normal"
Naura diam sejenak sembari mengecup kepala anaknya kemudian menoleh ke arah Ardan
"Kita sama-sama lelah dengan keadaan, tidak hanya kau tetapi aku juga, anakku juga. Aku mohon dengan sangat teramat lepaskan pernikahan kita yang kau katakan belum berakhir itu! Dan kau boleh memulai dengan orang yang kau cintai,"
"Naura---"
"Tetapi bagiku, pernikahan kita sudah berakhir!" Sambung Naura
Ardan terdiam sejenak kemudian tersenyum pilu "Naura, aku masih mencintai mu, aku masih menyukai mu"
Naura menghela nafas kasar, katakan sejak kapan ia mencinta Naura? Apa semuanya di mulai ketika sudah menjalani biduk rumah tangga?
"Benar apa yang kau katakan itu? Aku laki-laki picik, aku egois dan aku brengsek dan kasar" Air matanya sudah berlinang
Naura menatap laki-laki di samping nya lalu berdecak"Aku tidak bisa menghadapi mu seperti dulu lagi, aku tidak bisa mempercayai mu lagi, kau tau bagaimana aku ketika kau khianati? Dan kau tau apa yang aku relakan ketika bertahan bersama mu? Setiap hari aku merasakan rasa sakit"
Naura kembali menghela nafas yang terasa sesak "Mari kita cari jalan masing-masing. Setiap hari Aku juga mengalami hari yang sulit dan terluka, tapi aku tetap suka menjalaninya karena anakku. Maafkan aku, dan kenyataannya bahwa kau ayah dari anak-anakku ,tidak akan merubah bahwa hubungan kita tidak bisa diselamatkan"
"Sekarang aku takut untuk banyak hal" Ardan menjual kesedihannya
Naura tidak melakukan apa-apa
"Setelah ini apa yang akan kau lakukan?" Tutur Ardan, Naura terlihat menepis air mata dan tersenyum manis, ia tidak mengerti arti dari air matanya saat ini
"Menekuni pekerjaanku dan membahagiakan anakku" Ucap Naura memberikan dirinya semangat
"Apa kau akan menikah lagi?"
Naura tersenyum mendengar pertanyaan seperti itu
"Ya, aku masih ingin menikah dengan orang yang mencintai dan aku cintai. Karena harapan menikah sekali seumur hidup ku sudah kandas"
Mendengar jawaban Naura, Ardan langsung mengedarkan pandangan ke sagala penjuru taman. Ia seperti tidak bisa menerima jika suatu hari nanti Naura akan menikah dengan orang lain
Satu hal yang ingin di tanyakan Naura, ini sudah beberapa tahun ia pendam, sebelum bertanya, matanya memejam, Naura menarik nafas Panjang
"Ardan"
"Hmm" Jawab Ardan menoleh kepada Naura
"Kau yang membunuh papaku?"
"Jika aku menjawab tidak apa kau akan percaya?"
Naura menjawab dengan gelengan kepala
"Lalu bagaimana aku menjelaskan nya sedangkan kepercayaan mu terhadap ku sudah tidak ada"
"Kalau begitu kenapa kau mempercayai bahwa aku dan papaku hanya mengincar hartamu?" Tanya Naura
"Kasusnya berbeda Naura, karena papamu yang bertindak dalam perjodohan ini"
Naura diam sejenak kemudian "Tapi pagi itu kau juga mengancam akan membunuh papaku?"
"Aku tidak melakukannya"
"Aku tau siapa kau Ardan!."
"Ya, aku suamimu" Ucapnya sembari tersenyum
Naura menoleh dengan tatapan malas "Sudahlah, aku ingin pulang"
"Aku antar"
"Tidak perlu"
"Aku akan mengikuti mu?"
"Silakan"
Naura berdiri dari duduknya, saat itu juga tangan Ardan menahannya untuk tidak pergi
"Walaupun hubungan kita tidak berjalan baik. Tapi bolehkah aku menemui anak-anakku?"
Maafkan aku, tetapi kami bertiga akan menghilang lagi! Gumam Naura
"Tidak bisa Ardan, yang berhak atas anakku adalah aku sendiri, karena aku yang memilih untuk melahirkan mereka" Ucap Naura dan beranjak pergi.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌