Karena terlilit hutang, seorang karyawan rela menyerahkan istrinya sendiri sebagai jaminan pada seorang boss perusahaan demi mendapatkan pinjaman yang jauh lebih besar.
Usia pernikahan Lukas yang menginjak pada angka 7tahun namun tak juga dikaruniai seorang keturunan, membuat lelaki itu perlahan membenci Seruni sang istri! alasan itu pula yang membuat Lukas tega berkhianat dan membuang Seruni di kediaman Panca sebagai asisten rumah tangga.
Ketulusan serta kebaikan Panca yang begitu mencolok di awal pertemuan, akhirnya membuat Seruni terbuai, wanita itu bahkan bersedia menikah dengan Panca setelah bercerai dari Lukas demi bisa membahagiakan Nyonya Arini!
Namun siapa sangka? mental Panca yang berantakan justru membuat Seruni harus kembali jatuh bangun menjalani hubungan rumah tangga barunya.
Akankah Seruni mampu mengendalikan sang majikan dan membebaskan Panca dari bayangan trauma masa lalunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Siapa-siapa!
Apalagi yang kau lakukan Akhil?? kenapa kau sungguh nekad sekali akhir-akhir ini??
Hanan semakin melebarkan langkah saat mendapati sosok Seruni terduduk hening di ruang tunggu ruang UGD.
Seruni ...,
"Bagaimana perkembangan penanganannya??"
Suara lembut Hanan seketika membuat Seruni mengangkat kepala, netra indah yang cukup sembab itu seketika membuat Hanan memandangi sang wanita dengan iba.
"Dokter masih belum memberikan informasi apapun, Tuan!"
"Bagaimana dengan mu?"
"A-apa??"
"Apa kau juga sudah mendapat pemeriksaan dari dokter?"
"Saya-, saya baik-baik saja! hanya sedikit memar! ini bukanlah apa-apa,"
"Kau terluka! apa dia sering berperilaku kasar padamu seperti ini sebelumnya??"
Seruni menggeleng perlahan, ia mengalihkan pandangan saat Hanan terus menatap fokus pada sudut bibirnya.
Hening,
Hanan turut membisu, ia beralih posisi sebelum akhirnya memejamkan mata di samping tubuh Seruni.
"Bolehkah saya-, bertanya lebih banyak padamu, Tuan Hanan?"
Suara lembut nan terbata dari lisan Seruni tampak memecah keheningan dan membuat Hanan kembali membuka mata serta menoleh ke arah sang lawan bicara dengan menganggukkan kepala.
"Tuan sudah mengenal mas Panca dari sekian lama, jadi-, Tuan pasti tahu semuanya bukan?"
"Maksudmu-, perihal Duma??"
Seruni mengangguk dengan senyum getir.
"Duma-, sejauh yang ku ketahui, dia adalah cinta pertama Panca! mereka merajut kasih dari semenjak duduk di bangku secondary school! dan hubungan mereka berlanjut hingga Panca mengambil alih perusahaan orang tuanya! entahlah!! aku-, aku tak yakin bisa menceritakan semuanya! akan lebih baik jika-,"
"Saya hanya ingin memastikan sesuatu, saya-, saya hanya tidak ingin semakin salah paham dengan suami saya sendiri, Tuan."
"Runi-,"
"Saya, jujur saya bingung! saya merasa-, kehadiran saya bagaikan beban dalam kehidupan mas Panca dalam beberapa Minggu ini, saya-, sama sekali tak berniat untuk meminta belas kasihan pada siapapun! saya hanya ingin bisa menghadapi ini semua dengan lebih lapang dada, Tuan!"
Apa yang harus kulakukan? aku hanya tak ingin membuat Seruni semakin merasakan luka yang jauh lebih dalam jika ia mengetahui kebenarannya!
Hanan yang terus bungkam dan melempar pandangan jauh pada pekat nya langit malam membuat Seruni tersenyum hambar.
"Saya akan baik-baik saja! tolong beritahu saya dengan jujur, apa yang terjadi dengan Duma, Tuan?" perkataan Seruni yang kembali terdengar seketika membuat Hanan menghela nafas dalam sebelum akhirnya menyuarakan kisah masa lalu Panca.
"Duma-, dia meninggal satu hari tepat setelah mereka bertunangan! dan semenjak itu pula-, mental Akhil sedikit terguncang! dia bahkan sempat mengurung diri selama satu tahun dalam kesunyian ruangan pribadinya,"
Tuan Panca, kasih sayang juga cinta yang selama ini ia berikan padaku -, jadi itu bukan sepenuhnya untuk diriku?
Dia menikahi ku karena nenek! astaga Tuhan! ampunilah diriku,
Seruni terus memperhatikan Hanan, wanita itu bahkan tetap mengangguk tersenyum di tengah kesempitan rasa hatinya.
Pintu UGD yang mendadak terbuka serta menampilkan sosok lelaki dengan stetoskop yang menggantung membuat Seruni juga Hanan beranjak hampir bersamaan dari tempat duduk mereka.
"Dokter -, bagaimana keadaan Akhil?"
"Perdarahan yang ditimbulkan oleh luka sayatan nya memang cukup banyak! tapi beruntung beliau segera dibawa kemari dan mendapat penanganan yang tepat! jadi semua bisa teratasi."
Syukurlah ..., terima kasih Tuhan! Kau masih melindungi nya,
Buliran air mata Seruni kembali terjatuh, ia memejamkan mata dan seketika bernafas dengan lega saat mendengar pernyataan dari sang dokter.
***
Hari-hari berlalu,
Seperti tak terjadi apapun, Seruni tetap melayani Panca yang kini lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruang kamar karena pergelangan tangannya yang masih dalam kondisi tak memungkinkan untuk beraktivitas berat.
Hidangan sarapan, obat-obatan, bahkan hingga membalut serta mengganti kain kasa, semua Seruni lakukan dengan hati-hati, ia juga mulai terbiasa dengan tatapan Panca yang datar tanpa ekspresi juga suara.
"Apa lilitan kain kasa ini sudah cukup nyaman untukmu, Tuan?"
Runi ..., kenapa kau kembali memanggilku dengan sebutan seperti ini?
Panca justru hening, ia hanya menatap wajah Seruni yang tertunduk fokus dengan jemari yang berkutat dengan kain kasa juga plester perekat berwarna bening.
"Tuan-,"
"Apa aku menyusahkan dirimu?"
"A-apa??" Seruni menghentikan pergerakan dan seketika beradu pandang dengan Panca yang tiba-tiba mengusap lembut surai rambutnya.
"Aku ini egois! bukankah begitu?"
Pertanyaan Panca yang terdengar lirih hanya ditanggapi Seruni dengan menganggukkan kepala.
"Seruni-,"
"Saya minta maaf! saya berjanji! saya tidak akan mengusik apapun lagi dari barang-barang milik, Nona Duma!" kalimat Seruni tertahan, ia menggigit bibir bawahnya sebelum akhirnya membuang nafas dan mencoba untuk melanjutkan isi hati. "Surat perjanjian itu-, mari kita menyelesaikan nya dengan profesional, Tuan!!"
"Apa maksudmu, Seruni?"
"Tuan dan nenek menginginkan seorang bayi, dan saya juga telah mendapatkan sebuah apartemen dari nenek! jadi-, setelah saya melahirkan bayi ini nanti, Tuan bisa langsung menceraikan saya!" Seruni berucap tenang sembari memotong plester perekat sebelum akhirnya kembali menatap Panca dengan senyum yang terlampir di bibir.
Apa maksudnya? apa dia akan meninggalkan ku?
Panca seketika meraih lengan sang istri saat Seruni hampir beranjak dengan menenteng medical box pada tangan kanan.
"Tak bisakah kau membantuku untuk melupakan nya? aku-, aku sungguh tak tahu harus bersikap bagaimana pada dirimu Seruni?" suara Panca bergetar, hatinya mendadak dilanda ketakutan.
"Jika dengan menyayangi serta mencintai saya membuat Tuan menanggung rasa bersalah yang cukup besar pada seseorang, maka berhentilah untuk melakukan semua itu, Tuan! anggap saja bahwa saya memang bukan siapa-siapa!"
Kalimat Seruni terdengar cukup jelas di telinga semua orang, Nyonya Arini yang berada diambang pintu pun turut menampilkan raut wajah sendu tatkala mendapati perang dingin antara Panca dengan sang cucu menantu.
Seruni ..., andai nenek tahu perihal semua ini dari awal! nenek pasti tak akan meminta kalian untuk segera melangsungkan pernikahan, nak!! aku tahu kau tersiksa karena sikap Panca, Seruni ...,
Nyonya Arini pun tampak berbalik badan, ia mengusap kasar cairan bening yang terjatuh di pipi saat Seruni perlahan menghampiri.
"Nenek, apa nenek sudah menyantap hidangan pagi?"
"Nak-, ampunilah diriku, Seruni!!"
"Astaga!!! nenek!! apa yang nenek lakukan! saya mohon berdiri lah, nek! tolong jangan seperti ini!"
Nyonya Arini yang tiba-tiba bersimpuh dan berlutut dihadapannya dengan derai air mata seketika membuat Seruni berbicara dengan panik.
kok kayak g ngerti kepribadian suami sendiri sih...