Xuan Jian adalah putri yang terlahir dari selir kesayangan kaisar Wei Huang, namun memiliki nasib yang sangat buruk.
Dia bersama sang ibu, selir Xuan Yang diasingkan di sebuah paviliun yang paling buruk dan berada jauh dibelakang istana utama, dan hanya memiliki satu orang pelayan untuk mengurus seluruh kebutuhannya.
Semua orang begitu membenci keberadaannya karena dianggap pembawa sial, Xuan Jian terlahir saat gerhana matahari bersamaan dengan lahirnya putra permaisuri, namun naas sang pangeran kecil tidak bisa bertahan hidup, sehingga semua orang berfikir jika Xuan Jian lah penyebab dari semua kejadian buruk yang menimpa putra mahkota kekaisaran Jiahu itu.
Siapa yang menyangka setelah dia beranjak remaja, Xuan Jian menjelma menjadi seorang gadis yang sangat kejam, tak hanya itu...
Dia juga sangat membenci seluruh penghuni istana dan mulai membalas satu persatu orang yang telah menyakiti dirinya beserta sang ibu dengan tanpa belas kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Trang...
Trang...
Trang...
Dentingan pedang beradu semakin lama semakin terasa ngilu, bahkan beberapa orang dengan terpaksa harus menutup telinga mereka, karena tak tahan dengan suara cicitan pedang.
Sedangkan para prajurit yang baru bergabung itu masih tetap bersemangat, mereka ingin menunjukkan seluruh kemampuan yang mereka miliki agar bisa terpilih menjadi seorang komandan prajurit.
Sebuah kehormatan besar, jika kalangan rakyat jelata bisa mendapatkan posisi itu, terlebih jika dia berhasil mengalahkan lawan-lawannya, bahkan orang-orang yang berasal dari kaum bangsawan pun tak mau kalah, mereka berusaha untuk menunjukkan performa terbaik mereka agar menjadi yang terpilih.
Kaisar Wei Huang saat ini berdiri dengan gagah di hadapan seluruh prajuritnya, dia memperhatikan setiap gerakan yang dibuat oleh orang-orang yang baru saja bergabung dalam keprajuritan, sudut matanya melirik seseorang yang saat ini seolah tidak memperdulikan, seberapa banyaknya orang-orang yang memperebutkan posisi komandan.
Kaisar melengkungkan senyuman tipis, entah kenapa dia merasa tertarik dengan pemuda yang saat ini tengah berdiri, tanpa mau maju ke arena.
Dia seolah memisahkan diri dari barisan para prajurit dan memilih untuk tidak bergabung menunjukkan kekuatan, jika orang lain melihat pemuda itu, mungkin mereka akan menganggapnya seorang yang lemah, namun lain halnya jika Kaisar Wei Huang yang melihat, maka dia mengetahui dengan pasti, jika pemuda itu merupakan yang terkuat di antara seluruh prajurit baru yang terpilih.
Kaisar Wei Huang pun menunjuk pemuda itu dengan jarinya, dia juga meminta agar pemuda itu segera masuk ke arena, tanpa diduga-duga Kaisar Wei Huang segera melepaskan jubah kebesarannya dan mengambil sebilah pedang yang ada di pinggang salah seorang prajurit kepercayaannya.
Dia pun segera menodongkan pedang itu ke arah pemuda yang baru saja memasuki arena.
"Zhen tahu kau memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan yang lainnya, tapi sepertinya kau terlalu meremehkan orang lain, sehingga tidak ingin melawan mereka. Jika memang seperti itu! Angkat pedangmu, hadapi zhen. Jika kau bisa memberikan luka di tubuh zhen, maka kau akan mendapatkan sebuah posisi yang sangat besar dan paling diinginkan oleh semua orang, sebagai seorang jenderal muda kekaisaran jiahu ini." ucap sang Kaisar.
Semua orang yang mendengar ucapan dari sang Kaisar itu pun seketika langsung menghentikan pertarungannya, mereka tidak menduga jika Kaisar Wei Huang akan turun tangan secara langsung, untuk menjajal pemuda yang sejak tadi berdiri dalam kesendirian.
Pemuda itu hanya menarik nafas lelah, sebenarnya dia tidak ingin ikut bergabung menjadi seorang prajurit, hanya saja saat ini keadaan keluarganya sedang tidak baik, sehingga mau tak mau dia pun harus ikut memikirkan untuk mencari jalan keluar, agar keluarga mereka bisa tetap bertahan hidup, meski dengan gaji yang tidak seberapa.
Apalagi saat ini ibunya tengah sakit, dan bahkan belum pernah mendapatkan pengobatan apa pun dari seorang tabib, sehingga memaksa sang pemuda untuk segera mendapatkan koin agar bisa menyelamatkan nyawa sang ibu.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Kaisar Wei Huang.
"Apa kau kehilangan keberanianmu, anak muda?" lanjutnya kembali.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya, dia pun memaksakan tersenyum di hadapan sang Kaisar. "Hamba tidak membutuhkan posisi atau jabatan apapun di istana ini, hamba hanya ingin mendapatkan sedikit koin untuk bisa dibawa pulang, saat ini Ibu hamba dalam keadaan sakit dan membutuhkan pengobatan segera." ucap pemuda itu.
Sontak semua orang pun melotot, tidak diduga-duga pemuda itu akan mengucapkan kata-kata yang benar-benar mustahil untuk mereka, Kaisar Wei Huang menunjukkan senyuman puas, dia memang sengaja memprovokasi pemuda itu agar mengeluarkan unek-unek yang ada di dalam hatinya.
"Bagus! Jika seperti itu, hadapi zhen! jika kau bisa melukai tubuh zhen sedikit saja, maka zhen akan menghadiahkanmu satu peti kecil koin emas." ucap Kaisar Wei Huang.
Mata pemuda itu pun seketika berbinar, mendengar ucapan dari orang nomor satu di kekaisaran jiahu itu, dengan secepat kilat dia pun segera menarik pedang yang ada di pinggangnya dan langsung membuat kuda-kuda.
Akhirnya adu serangan pedang pun terjadi, disaksikan seluruh prajurit kekaisaran, Kaisar Wei Huang terus memberikan serangan beruntun kepada pemuda itu, namun si pemuda sama sekali tidak membalas, hanya terus menghindar, sehingga membuat sang Kaisar menjadi murka.
"Apakah kau terlalu lemah sehingga terus menghindari serangan seperti seorang pecundang? Jika seperti itu, maka lupakan saja masalah koin yang kau butuhkan untuk mengobati ibumu." ucap Kaisar Wei Huang.
Mendengar ucapan dari mulut Kaisar Wei Huang, pemuda itu pun langsung melesat dengan cepat dan mengibaskan pedangnya ke arah sang Kaisar. Akhirnya pertempuran sengit pun terjadi di antara mereka.
Trang...
Trang...
Trang...
Pedang terus beradu, Kaisar Wei Huang dan juga pemuda itu masih terus saling menyerang dan juga saling menghindar, keduanya seolah tidak memberikan lawan Mereka kesempatan untuk bisa melukai satu sama lain, hingga akhirnya sebuah kibasan dari ujung pedang pemuda itu berhasil melukai lengan kanan Kaisar, sehingga membuat robekan kecil pada lengan hanfunya.
Akhirnya pertempuran itu pun dihentikan, dengan kemenangan di pihak si pemuda, Kaisar Wei Huang segera meminta kepada kasimnya untuk menyerahkan satu peti kecil koin emas kepada pemuda itu, sedangkan si pemuda langsung menjura dengan kaki kanan ke depan tangannya mengepal di depan dada, menunjukkan hormat dan juga ucapan terima kasih kepada sang kaisar.
"Segera bawa Ibumu ke tabib untuk diobati, setelah itu kau bisa datang ke istana kekaisaran ini dan menemui zhen! Mulai hari ini zhen akan mengangkatmu sebagai seorang jenderal muda kekaisaran Jiahu." ucap Kaisar Wei Huang.
Pemuda itu pun bersimpuh di hadapan sang Kaisar, ini adalah sebuah kebahagiaan yang tak terhingga untuk dirinya yang notabene hanyalah seorang rakyat jelata, namun mendapatkan pengakuan dari seorang Kaisar.
Hal itu tentu membuat pemuda itu hampir saja menitikkan air mata, Jika saja dia tidak ingat bahwa dirinya adalah seorang pria, mungkin saat ini dia akan bersujud sembari mengeluarkan tangis di hadapan Kaisar Wei Huang.
Semua orang yang berada di sana pun akhirnya mengerti kenapa Kaisar Wei Huang melakukan hal itu, ternyata memang benar, pemuda yang mereka fikir adalah seorang yang paling lemah di antara mereka semua, ternyata merupakan seorang yang sangat kuat bahkan memiliki kemampuan berpedang yang jauh lebih hebat dibandingkan mereka semua.
Setelah berpamitan, pemuda itu pun segera pergi dari istana kekaisaran, dia akan segera membawa ibunya untuk berobat pada seorang tabib yang sangat terkenal yang berada di ibukota kekaisaran, dia juga berjanji jika dirinya akan datang dalam dua hari ke depan.
.
.
.
Sementara Xuan Jian saat ini kembali menyusun rencana beserta kedua orang selir Kaisar, ketiganya sudah bersepakat untuk bekerja sama dalam menghadapi permaisuri Xue Yi, mengingat sang permaisuri dari kekaisaran jiahu itu sangatlah licik dan selalu memiliki trik-trik kotor untuk bisa menyingkirkan lawannya.
Sedangkan selir Xuan Yang tidak ingin ikut campur dengan apa yang dibicarakan oleh kedua selir beserta putrinya itu, dia tetap anteng dengan teh dan juga beberapa cemilan yang ada di atas meja dengan ditemani oleh Mei Ling, pelayan kepercayaannya.
Sebenarnya Mei Ling tidak mengerti dengan pemikiran selir Xuan Yang, namun dia tetap setia berada di sisi junjungannya.