Dendam Si Gadis Penggoda

Ayah Fer terdiam melamun mengingat bagaimana Velo sekarang. Iya, dia tumbuh menjadi gadis yang cantik, dan kalau di lihat dari cara dia berpakaian, sepertinya dia hidup dengan baik selama ini.

Ingat benar hari itu saat dia mengusir Velo, Ibunya Velo meninggal itu adalah alasan Velo datang padanya. Tapi dia terlalu takut dengan istrinya, dia terlalu takut menghadapi tanggapan banyak orang kalau sampai siapa Velo sebenarnya terungkap. Jujur dia juga penasaran bagaimana kehidupan Velo sebelumnya, tapi meski sulit pada akhirnya Velo terlihat baik itu juga sudah cukup kan?

" Beberapa hari ini kau sering sekali melamun, Fer. Kau sedang memikirkan apa? Butik yang kau jaga tidak ada masalah yang kau tutupi dariku kan? "

Ayah Fer tersentak kaget, dia segera berbalik menatap istrinya karena tadi dia sedang berada di posisi menatap ke luar jendela kamarnya. Ayah Fer mencoba sebaik mungkin untuk tersenyum dan menyembunyikan apa yang sebenarnya dia pikirkan.

" Tidak memikirkan apapun kok, aku cuma bingung saja ulang tahun Selena akan dirayakan seperti apa? Kau tahu kan semenjak usia Selena delapan belas tahun, dia lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya? Apa tahun ini juga akan begitu? "

Nyonya Fer membuang nafasnya, benar juga apa yang di katakan suaminya itu. Sebentar lagi ulang tahun Selena, dan sudah bisa di tebak kalau Selena pasti akan merayakan bersama dengan teman-temannya. Sedih juga rupanya kalau anak sudah dewasa, dia jadi tidak punya banyak waktu untuk bersama orang tuanya, apalagi tidak lama setelah ini Selena akan bertunangan dan menikah. Ada penyesalan juga karena tidak memikirkan soal adik untuk Selena kala itu, tapi mau bagaimana lagi? Nyonya Fer pikir kebutuhan Selena sangat banyak karena Selena menyukai banyak kegiatan yang semuanya membutuhkan cukup banyak uang.

" Biarkanlah saja, dia sudah dewasa, tentu saja kita tidak bisa memperlakukan dia terus seperti anak kecil. Lagi pula dia kan punya Rigo juga, jadi biarlah saja, kita doakan saja anak kita bahagia terus itu juga sudah cukup kok. "

Ayah Fer memaksakan senyumnya, ulang tahun Selena, dan dua bulan setelahnya adalah ulang tahun Velo. Entah dengan siapa Velo akan merayakannya, batin Ayah Fer.

Di kamar lain.

Selena terus mencecar orang suruhannya untuk mencari tahu dengan jelas siapa wanita yang bersama dengan Rigo tadi. Jujur saja sekarang ini sudah mulai larut, tapi dia benar-benar tidak bisa tidur karena terus memikirkan tentang Rigo dan wanita yang bersamanya itu.

Padahal niat awalnya hanya ingin memberi pelajaran kepada Rigo saja, tapi tidak tahunya Rigo malah begitu mudah dekat wanita lain. Tentu saja hal ini tidak bisa dia biarkan begitu saja.

Selena membuang nafasnya, memejamkan matanya mencoba untuk tenang dan berpikir positif karena orang yang sedang marah rentan memikirkan hal buruk yang hanya akan merugikan diri sendiri.

Selena meraih ponselnya, mengirimkan pesan kepada Rigo dan duduk dengan tenang untuk menunggunya. Sayang sekali, dia cukup lama menunggu tapi tidak mendapatkan balasan apapun. Kenapa? Karena Rigo kini tengah tertidur pulas hingga tanpa sadar dia memeluk Velo rapat.

" Kenapa bisa begini? Padahal sebelumnya kak Rigo akan membalas pesan dariku jam. berapapun aku mengirimnya pesan. Kenapa begini? Apa yang sedang di lakukan kak Rigo? " Gumam Selena terus menunggu balasan pesan dari Rigo dengan gelisah.

Satu pesan masuk, dengan buru-buru Selena membuka pesan itu, tapi rupanya pesan itu dikirimkan oleh orang yang dia minta untuk mengikuti Rigo.

" Alexandre Gold? " Selena mengeryit bingung, orang yang mengirimnya pesan mengatakan jika mobil Rigo masuk ke parkiran gedung apartemen Alexandre Gold, dan dia memastikan benar wanita yang di bawa Rigo juga ikut masuk ke dalam sana.

" Apartemen ini rencananya kan untuk tinggal kami berdua setelah menikah? Kak Rigo apa sudah membeli apartemen ini, tapi dia tinggali bersama wanita lain? " Selena menutup mulutnya menahan tangis kekecewaan yang tak bisa dia tahan lagi. Padahal dia sudah cukup memaklumi Rigo yang begitu sering terlibat dengan wanita. Tapi mereka sudah akan bertunangan, kalau Rigo terus seperti ini bukankah sama artinya dengan Rigo menghancurkan harga dirinya?

" Aku harus bagaimana? Kalau aku marah, bukankah kak Rigo bisa saja malah jadi memilih wanita itu? Kalau aku diam saja, mau aku kemanakan harga diriku? Aku harus bagaimana ini? " Selena terisak pelan seraya menjauhkan ponselnya. Padahal dari sekian banyak pria yang coba untuk mendekatinya, Selena sudah menyeleksi sebaik mungkin dan pilihannya jatuh kepada Rigo.

" Aku harus mencari tahu dulu siapa wanita ini, baru aku bisa bertindak dan memperingati wanita tidak tahu malu itu untuk menjauhi Rigo. " Gumam Selena seraya menyeka air matanya.

Pagi harinya.

Rigo berangkat bekerja dengan setelan baju kerja yang dia pesan melalui online, dan seperti biasanya, sarapan yang dia makan adalah buatan koki apartemen karena Velo benar-benar tidak berniat untuk memasak, bukan tidak bisa masak.

" Sayang, tolong belikan aku mobil ya? "

Rigo yang sedang mengunyah makannya terdiam langsung, dan menatap Velo dengan tatapan bertanya.

" Kenapa menatapku seperti itu? Kau tidak miskin sekali sampai tidak bisa membelikan aku mobil kan? "

Rigo melanjutkan mengunyah makannya hingga tertelan dengan baik.

" Bukannya kau sudah punya mobil? "

" Iya, aku butuh mobil untuk membawa barang-barang yang banyak. "

" Barang apa? "

" Barang untuk butikku. "

Rigo melanjutkan sarapannya, tidak mengiyakan tapi Velo tahu kalau Rigo pasti akan membelikan mobil itu untuknya.

Setelah kepergian Rigo untuk bekerja, Velo duduk santai seharian di rumah karena besok dia akan lelah sekali. Besok tiga butik baru akan mulai beroperasi, dan tentu saja semua butiknya berada di dekat Butik milik Nyonya Fer. Memang terlalu jelas menunjukkan maksudnya, tapi hanya dengan begitu Ayah Fer akan merasakan tertekan setiap harinya, dan gelisah sampai tidak tahu bagaimana rasanya tidur dengan nyenyak lagi.

Seperti tebakan Velo, sore harinya Rigo mengirim pesan bahwa mobil sudah akan di kirimkan ke alamatnya. Setelah menerima pesan dari Rigo, Velo mengirimkan uang untuk mengganti uang milik Rigo yang dia gunakan untuk membeli mobil.

Apa-apaan sih kau ini?!

Velo tersenyum membaca pesan dari Rigo, iya, dia sudah mengetahui nomor dari akun bank milik Rigo dan sudah menyimpannya di ponsel untuk berjaga-jaga.

" Tadi itu hanya ingin tahu saja, kau golongan pria yang pelit atau bukan. " Balas Velo.

Tak lama kemudian, Rigo mengirimkan kembali uang yang dikirimkan Velo kepada Rigo beberapa saat lalu.

Velo membuang nafas kasarnya.

" Dasar pria, mulut dan hati memiliki maksud yang berbeda. " Velo kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.

" Besok akan banyak pekerjaan, jadi tidur lah yang banyak, Velo! "

Bersambung.