~Dibuat berdasarkan cerpen horor "Anna Van de Groot by Nath_e~
Anastasia ditugaskan untuk mengevaluasi kinerja hotel di kota Yogyakarta. siapa sangka hotel baru yang rencana bakal soft launching tiga bulan lagi memiliki sejarah kelam di masa lalu. Anastasia yang memiliki indra keenam harus menghadapi teror demi teror yang merujuk ada hantu noni Belanda bernama Anna Van de Groot.
mampukah Anastasia mengatasi dendam Anna dan membuat hotel kembali nyaman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nath_e, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok hitam yang nakal!
Anastasia memandang Adam dengan mata penuh kecemasan. Lilin yang seharusnya menjadi penanda keutuhan perlindungan mereka kini padam, meninggalkan ruangan dalam bayang-bayang yang semakin pekat. Adam buru-buru menyalakan lagi atas perintah Rama.
Rama berdiri tegak, matanya menatap kosong ke arah koridor, seolah-olah mencoba menembus kegelapan. Dukun muda, yang baru saja melantunkan mantra pelindung, menghentikan ucapannya dengan wajah tegang.
"Ini bukan hanya kebetulan," bisik Rama. "Ada sesuatu ... atau seseorang yang sengaja mengganggu."
Suara gemeretak langkah terdengar semakin jelas, seolah mendekat dengan setiap detik. Anastasia meremas tangan Adam, mencoba menenangkan dirinya meski tangannya sendiri gemetar.
"Siapa itu?" tanya Anastasia dengan suara bergetar.
Dukun muda mengangkat tangannya, memejamkan mata sejenak. "Bukan manusia biasa," katanya lirih. "Energinya kuat. Dan tidak ramah. Tapi yang hadir disini adalah perpanjangan tangannya alias jin suruhan.
Koridor di luar ruangan tampak gelap gulita, namun bayangan samar mulai terlihat di ujungnya, bergerak perlahan mendekat. Rama menghunus keris kecil dari pinggangnya, sementara Adam meraih senter yang diletakkan dilantai.
Semakin lama semakin jelas hadirnya sosok hitam besar dengan mata merah menyala. Tubuhnya penuh dengan asap hitam yang bergerak seperti nyala api, dan setiap langkahnya membuat lantai kayu berderak keras.
"Apa pun itu, kita tidak boleh panik," ujar Rama, suaranya tegas. "Kita tetap di sini, di dalam lingkaran. Jangan keluar apapun yang terjadi."
Bayangan di koridor semakin mendekat, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Anastasia berbisik, "Gimana kalau dia masuk ke sini?"
Dukun muda hanya menatapnya dengan pandangan penuh makna, tidak menjawab kembali melantunkan mantra, kali ini lebih cepat dan keras, mencoba memperkuat perlindungan di ruangan itu. Berharap semua itu belum terlambat.
Sosok wanita tua berseragam cleaning service yang sebelumnya muncul dalam wujud hantu kini berdiri di sudut ruangan, memancarkan aura dingin yang menusuk. Rambutnya tergerai kusut, wajahnya pucat, dan seragam birunya tampak usang seperti habis terkena air kotor. Matanya memandang tajam ke arah koridor gelap--arah yang sama dengan Rama, mendeteksi ancaman yang lebih besar.
Rama melirik hantu itu dengan waspada, tapi ia tidak menunjukkan ketakutan. "Kau merasakan mereka juga, bukan?" tanyanya dengan suara berat, tanpa memandang langsung ke arahnya.
Hantu itu mengangguk perlahan, lalu memutar pandangannya ke arah Anastasia, yang berdiri gemetar di samping Adam.
"Mereka datang untuk merusak," katanya, suaranya serak dan penuh amarah. "Bukan hanya hotel ini. Mereka mengincar lebih dari itu."
Anastasia merasa bulu kuduknya meremang, tapi ia mencoba menenangkan diri. "Siapa mereka? Apa yang mereka inginkan?"
"Kamu, dan hotel ini!'
"S-saya? Tapi kenapa?"
Sosok hantu cleaning service tidak menjawab langsung. Sebaliknya, ia bergerak ke depan dengan gerakan lambat namun anggun, berdiri sejajar dengan Rama.
"Mereka adalah tangan kotor. Orang-orang yang tak segan menjual jiwa demi kekuatan, kekayaan, dan nafsu."
Rama, yang masih melantunkan mantra, sesaat berhenti dan menatap ke arah hantu itu. "Kau tahu mereka?"
Hantu itu mendesis pelan, wajahnya berubah garang. "Mereka adalah alasan aku menjadi seperti ini," katanya dingin. "Mereka menjadikan hotel ini tempat mati yang tak tenang. Dan aku akan pastikan mereka tak pernah berhasil."
Hantu itu menoleh ke arah Anna Van de Groot yang masih berdiri membisu dengan tatapan kosong. "Sayangnya, tidak begitu dengannya!"
Rama ikut menoleh ke arah Anna Van de Groot. "Memangnya dia kenapa nek?"
Nenek berpakaian cleaning service menarik senyuman datar yang misterius. Suara langkah di koridor semakin dekat, hawa semula dingin berubah menjadi panas. Hembusan energi datang menyapa, menggetarkan halus jendela-jendela ruangan. Rama mencengkeram kerisnya lebih erat, melanjutkan mantra dengan suara lebih keras.
Dari balik kegelapan koridor, sosok tinggi besar perlahan muncul, membawa aura mencekam yang membuat udara terasa lebih berat. Hantu cleaning service bergerak ke depan, berdiri melindungi lingkaran ritual.
"Jangan biarkan mereka melewati garis ini," perintahnya dengan tegas, wajahnya kini menyiratkan tekad dan kemarahan yang membara.
Sosok hitam di ujung koridor semakin mendekat, langkahnya berat tapi terukur. Aura gelap yang menyelimuti tubuhnya terasa seperti mencengkram udara di sekitar, membuat napas setiap orang di ruangan itu terasa lebih sulit. Lilin-lilin yang tersisa mulai berkedip-kedip seakan hendak padam.
Tanpa mereka sadari, Anna Van de Groot menatap sosok hitam itu dengan ekspresi yang berbeda. Wajahnya menunjukkan ketakutan yang dalam, sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Ia berjalan mundur perlahan, tubuhnya gemetar. Anna menggelengkan kepalanya dengan panik sebelum memutar tubuhnya dan mulai memudar, perlahan menghilang ke dalam bayangan.
Rama mendesis frustasi. “Dia cukup kuat juga,” ia memusatkan perhatian pada sosok hitam yang kini sudah hampir mencapai pintu ruangan.
Akhirnya Rama menyelesaikan mantra terakhirnya. Lingkaran pelindung mulai bersinar lembut, memberikan harapan kecil di tengah situasi yang mencekam. Sosok hitam besar itu tertawa pelan, suaranya dalam dan menggema.
“Kalian pikir ini cukup untuk melawan aku?” tanyanya dengan nada meremehkan.
Rama menoleh ke arah Anastasia dan Adam. “Siapkan diri kalian,” katanya. “Jika dia melewati lingkaran ini, tidak ada yang bisa menyelamatkan kita.”
Anna memandang Adam dengan wajah penuh ketegangan. “Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
Adam menggenggam tangannya erat. “Kita bertahan. Apapun yang terjadi, kita tidak akan mundur.”
“Mas Rama, saya bayar kamu dobel! Kamu harus bisa mengusir itu, dan membuat lantai tiga aman!” Anastasia berkata memberikan penawaran mutlak.
“Bayaran bisa diatur mbak, yang penting sekarang kita bisa selamat dulu. Ada orang yang nggak suka hotel ini maju.” Rama menjawab masih berkonsentrasi pada sosok hitam yang tawanya kini menggelegar memenuhi koridor.
Hantu cleaning service mendesis marah, menatap sosok tinggi besar hitam itu dengan penuh kebencian. “Aku tidak peduli seberapa kuat kau,” katanya. “Hotel ini milikku. Dan aku akan menghancurkan jika mencoba mengusiknya!"
Sosok hitam itu mengangkat tangannya, dan seluruh pintu kamar di lantai tiga berderak keras, seolah-olah akan terlepas dari engselnya. Hembusan angin cukup kuat menerpa mereka, nyala api lilin pun perlahan padam satu persatu.
Rama berdiri di tengah lorong, menatap tajam ke arah sosok itu. Di tangannya tergenggam keris pusaka, yang memancarkan cahaya kebiruan setiap kali mendekati makhluk gaib. Gerakan kasar pintu kamar hotel semakin menjadi, bahkan beberapa pintu nyaris terlempar dari engselnya.
“Siapapun yang mengirimmu, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh Anastasia!” kata Rama dengan tegas, ia melangkah keluar lingkaran.
Tiba-tiba, makhluk itu melompat ke arah Rama dengan cakar raksasanya yang siap mencabik. Rama menghindar dengan lincah, lalu mengayunkan kerisnya. Cahaya biru dari keris itu menebas udara, mengenai tubuh asap hitam tersebut. Serangan itu hanya membuat sosok tersebut mundur sejenak.
"Kau cukup kuat, tapi aku tidak sendiri!"
“Kita harus bersatu melawannya, Nak,” kata hantu wanita pembersih lantai kepada Rama.
Rama mengangguk, lalu memulai strategi. Wanita tua itu melayang di sekitar sosok hitam besar, melemparkan debu halus yang berasal dari sapuannya. Setiap debu yang menyentuh makhluk itu membuatnya memekik, seolah diserang oleh ribuan jarum tajam.
Makhluk itu mengamuk, melemparkan energi negatif ke arah Rama, dengan keris pusakanya, Rama membentuk perisai khusus yang melindunginya, membalas serangan monster. Saat serangan menyentuh tubuhnya, asap tipis semakin memudar.
Ketika makhluk itu melemah, nenek cleaning service memberi tanda kepada Rama. “Lemparkan kerismu ke arah jantungnya. Aku akan menahannya.”
Sosok nenek itu melayang tinggi, memeluk tubuh besar yang kini mulai mengecil, kehilangan kekuatan. Dengan segenap kekuatan, Rama melemparkan kerisnya ke arah sosok itu. Cahaya biru yang memancar dari keris itu menusuk tepat di bagian dada makhluk hitam. Jeritan panjang menggema di seluruh koridor. Asap hitam yang mengelilingi tubuh makhluk itu lenyap, meninggalkan bau belerang yang menyengat.
Sosok nenek cleaning service tersenyum puas sebelum menghilang perlahan. “Aku akan selalu mengawasimu,” katanya sebelum menghilang menjadi butiran cahaya kecil.
Rama menghela nafas lega, menatap kerisnya yang kini kembali ke tangannya. Hotel pun kembali tenang. Tapi bagi Rama, ini bukan akhir, melainkan permulaan dari pertempuran melawan dukun yang mengirim makhluk itu.
Bersambung ..,
padahal aku teh pingin tau flashback nya anna 😌