NovelToon NovelToon
Sebatas Menjadi Istri Boneka

Sebatas Menjadi Istri Boneka

Status: tamat
Genre:Tamat / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:31.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: LaSheira

Dia hanya harus menjadi istri boneka.

Bagaimana jika Merilin, gadis yang sudah memendam cintanya pada seseorang selama bertahun-tahun mendapatkan tawaran pernikahan? Dari seseorang yang diam-diam ia cintai.

Hatinya yang awalnya berbunga menjadi porak-poranda saat tahu, siapa laki-laki yang akan menikahinya.

Dia adalah bos dari laki-laki yang ia sukai dalam kesunyian, yang menawarinya pernikahan itu.

Rionald, seorang CEO berhati dingin, yang telah dikhianati dan ditingal menikah oleh kekasihnya, mencari wanita untuk ia nikahi, namun bukan menjadi istri yang ia cintai, karena yang ia butuhkan hanya sebatas boneka yang bisa melakukan apa pun yang ia inginkan.

Akankah Merilin menerima tawaran itu, sebuah kontrak pernikahan yang bisa membantunya melunasi hutang warisan ayahnya, yang bisa membantu pengobatan jangka panjang ibunya, dan memastikan adik laki-lakinya mendapatkan pendidikan terbaik sampai ke universitas.

Bisakah gadis itu mengubur cintanya dan menjadi istri boneka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Kemarahan Kakak

Deandra menurunkan kaca mobil sambil melambaikan tangan pada Merilin.

"Telepon kami nanti ya Mei!"

Merilin mengganguk, gadis itu masih melambaikan tangan dan berdiri di tempatnya sampai mobil yang dibawa Dean menghilang di jalanan, berbaur dengan mobil yang lainnya.

Ayo Mei, tenangkan hatimu lagi, bicara dengan jelas di depan Kak Brama nanti.

Gadis itu sedikit merasa gelisah, karena Kak Brama orang dewasa yang cukup peka pada situasi. Dia bukan Harven yang bisa diyakinkan dengan mudah. Bisa jadi jika dilihat dari kaca mata orang dewasa, pernikahannya ini terlihat tidak masuk akal.

Merilin berhenti melangkah, dia tidak salah lihat kan. Bukannya Kak Brama, dia malah melihat Kak Serge yang sedang duduk sambil melihat hp. Di nomor meja yang disebutkan Kak Brama di pesannya tadi.

Mereka sengaja bertemu di luar rumah karena menghindari Harven. Merilin berjalan mendekat ke arah meja yang sudah dipesan Kak Brama. Dadanya mulai berdebar, saat Serge semakin dekat.

Kenapa Kak Ge ada di sini?

"Kak Ge, kenapa Kakak di sini?"

Dari ekspresi yang ditangkap Merilin sepertinya Kak Serge juga sama terkejutnya dengan dirinya.

"Lho Mei, kok kamu yang datang, aku sedang menunggu Brama."

Sebenarnya kenapa Kak Brama memanggil kami bersamaan begini!

Hati Merilin semakin diliputi kegelisahan.

Merilin duduk di depan Serge, hatinya berkedut, ketika Serge bertanya tentang kabarnya, lalu tengok kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang disekitar mereka, kemudian Serge memberinya selamat karena sudah berhasil meyakinkan nyonya dengan baik. Pernikahan yang akan berlangsung secara tertutup dengan keluarga besar, juga merupakan keberhasilan Merilin yang layak untuk dirayakan.

Mereka pun bicara mengenai nyonya. Disela itu pelayan datang mencatat pesanan. Setelah pelayan pergi, Merilin mulai bicara.

"Aku merasa bersalah Kak pada ibu, padahal ibu Tuan Rion sangat tulus dan baik, bagaimana kalau sampai dia tahu aku menikah dengan anaknya karena ada tujuan tertentu."

Serge juga tidak punya jawaban yang bisa menenangkan Merilin, wajahnya juga jadi muram, karena dia pihak yang menyeret Merilin.

Keduanya ada dalam dilema.

"Mei!" sebuah suara terdengar dengan nada cukup keras, Mei yang kaget menoleh. Ada laki-laki yang berjalan cepat mendekat ke arah meja mereka. Bramanta, kakak laki-laki Merilin.

"Kak..." Mei bangun dari duduk. Mau meraih tangan Brama untuk mencium tangannya.

Sudah lama gumam Mei, sudah lama sekali sejak dia bertemu dengan Kak Brama, sudah lama sekali.

"Kau masih menganggapku kakak?"

Hah! Kenapa Kak Brama jadi marah.

Serge memukul lengan sahabatnya, karena bicara ketus pada Merilin.

"Kok Kak Brama bicara seperti itu, sampai kapanpun, Kak Brama kan kakakku dan Harven."

Brama tergelak agak sinis lalu duduk. Menatap Serge. Setelah memohon pada Harven, adiknya itu akhirnya menyebut nama Serge, laki-laki yang ikut terlibat dengan rencana pernikahan Merilin adiknya. Dan dia semakin kesal, karena Serge tidak bicara apa pun.

Semua sudah duduk, pelayan datang membawa tiga minuman yang dipesan Serge dan Merilin, lalu dia pergi meninggalkan ketiga orang yang terlihat canggung.

"Benar, kamu mau menikah Mei?" Setelah melihat Merilin, pandangannya menghujam pada Serge. "Dan benar, kau yang menjodohkan adikku dengan calon suaminya."

Ah, sialan! Serge memaki, karena posisinya jadi terpidana begini.

"Darimana kau tahu?"

"Harven yang bilang. Mei, benar kau menikah? dengan siapa?"

"Apa Kak Brama sehat? bagaimana kakak ipar, apa dia juga sehat?" Lirih Merilin bicara dengan suara getir sambil meremas jemarinya dibawah meja.

Apa tidak bisa kakak tanya kabarku dulu, aku kangen kak.

Wajah Brama langsung membeku, ya, karena saking penasaran dan marah mengenai pernikahan Mei, yang mana dia tidak dilibatkan, dia bahkan tidak menyapa adiknya dengan benar.

"Kami semua sehat, kau juga sehat kan?" Brama menyentuh kepala Merilin, mengusapnya. Gadis itu tersenyum menanggapi.

Mei, sebaik apa si hatimu, kau masih saja merindukan kakakmu, bahkan kau senang cuma dipegang kepalamu begitu. Serge yang menonton menatap temannya sedikit kesal.

"Sekarang, bisakah kalian menjelaskan tentang pernikahan, kenapa tiba-tiba Mei mau menikah?" Brama meminta Serge bicara lebih dulu.

Laki-laki itu merasa ada yang tidak beres.

"Mei mau menikah dengan CEO perusahaanku, Rionald Fernandez. Ya berarti dengan pemilik perusahaan tempat Mei bekerja juga." Mendengar kalimat pembuka dari Serge, Brama langsung mencengkeram kerah baju sahabatnya, karena dugaannya benar. Tentang alasan Mei yang tiba-tiba menikah. "Dengarkan aku dulu." Serge memukul tangan Brama.

Ah sialan! Nggak Rion nggak kamu kenapa bisa kuat begini. Serge memukul tangan Brama sampai terlepas.

"Kau sedang main-main ya, bagaimana Mei mau menikah dengan CEO perusahaanmu!" Siapa yang tidak tahu Andez Corporation, perusahaannya adalah perusahaan nasional. Gedung-gedung apartemen yang ada di pusat kota beberapa adalah milik mereka. "Ge!"

Brama cukup peka untuk urusan ini, dia merasa pernikahan dengan anak konglomerat adalah sesuatu yang mustahil, apalagi latar belakang keluarga Mei. Dia saja harus menyembunyikan latar belakang keluarganya di depan mertuanya. Orangtua istrinya bahkan lebih memilih menantu yang sudah tidak punya keluarga, ketimbang menantu yang memiliki orangtua bangkrut dan dililit hutang.

"Kau menjual adikku pada CEO itu, ia Mei kau menikah karena dia uang laki-laki itu?"

Plak! Tangan Serge memukul bahu Brama dengan suara keras. Untung saja mereka memilih duduk di pojokan hingga pengunjung restoran lain tidak melihat.

Merilin tidak bisa menjawab. Dia terdiam. Serge yang memaki Brama lagi.

"Hei sialan! Aish, aku sudah lama ingin menghajarmu. Bisa-bisanya kau menyebut Mei begitu." Serge mengepalkan tangan geram di atas meja.

"Jadi jelaskan padaku Ge, kenapa Mei bisa menikah dengan CEO perusahaanmu. Kau tahu sendiri kan kondisi keluargaku."

Ayah kami meninggal karena bangkrut, hutang kami menumpuk, ibu kami ada di RS, ada adik yang harus kami jaga dan besarkan. Apa itu masuk akal kalau Mei menikah dengan CEO perusahaanmu tanpa sebab apa pun. Berkobar tanda tanya itu di kepala Brama. Kecuali karena uang.

"Serge!" Brama meneriaki temannya.

"Kak, jangan berteriak pada Kak Ge. Dia tidak salah apa-apa, dia hanya menjadi perantara kami." Merilin meraih tangan Serge. "Kak Brama mau mendengar apa? Tidak semua keluarga kan seperti keluarga istri kakak." Merilin tahu kata-katanya keterlaluan, tapi dia juga marah karena Kak Brama menyalahkan Serge.

Brama menghela nafas semakin terpancing emosinya.

"Mei, apa kamu masih marah seperti Harven karena aku bilang untuk pura-pura tidak saling kenal saat pernikahan, kamu kan tahu kondisiku Mei, kalau Harven aku paham dia masih anak-anak, tapi apa kami juga tidak bisa memahami kondisiku, untuk dapat restu menikah saja aku harus berjuang sangat lama, seharusnya kau bisa mengerti kenapa aku begitu Mei."

Hah! Serge yang emosi. Lagi-lagi dia memukul bahu Brama sampai suara plak terdengar keras.

Plak lagi.

"Hei, Brama sialan! memang kau mau Mei memahamimu sampai sejauh apa lagi sialan! Memang Mei pernah mencarimu ke rumahmu, pernah dia datang ke rumah mertuamu dan bilang di adikmu."

Plak! Plak!

"Kau mau Mei memahamimu sampai batas apa lagi sialan! Memang dia pernah menangis dan merepotkanmu! Dia berjuang menjaga ibu kalian di rumah sakit sendirian. Dia menjaga Harven dan bekerja mencari uang! Kau tidak lihat dia, itu tas yang aku belikan entah kapan itu masih dia pakai sampai sekarang, kau pikir dia pakai karena dia menyukai tas itu, itu karena Mei tidak punya uang untuk membeli yang baru." Kepulan emosi meledak dari mulut Serge.

Brama membeku, melihat adiknya yang tertunduk sambil memilin jemari tangannya. Hati kakak laki-laki itu seperti dihajar Serge. Pundaknya memang sakit karena dipukuli Serge, namun dia pun tidak bisa menggerakkan tubuh untuk menangkis. Karena rasa malu masih tersisa di hatinya.

"Dia sudah sangat berusaha memahamimu, dia rela kau menikah dan bahagia dengan istrimu, apalagi yang kau inginkan darinya. Hah!" Serge memukul meja. "Aku yang melihatnya saja kasihan, tanyakan pada Mei, apa pernah dia beli kopi di cofeeshop!"

"Kak Ge, sudah Kak." Merilin mulai menggigit bibir menahan airmatanya yang mau berjatuhan keluar.

Semua yang dikatakan Kak Serge benar, kecuali tas karena dia memakainya karena itu hadiah laki-laki yang ia sukai. Walaupun memang dia tidak punya uang membeli yang baru.

"Ketimbang dia beli baju baru, dia pasti lebih memilih membelikan Harven, kau masih mau dia memahamimu bagaimana?"

"Kak Ge, sudah Kak."

"Biar Mei, biar si bodoh ini sadar, kau sudah mati-matian berjuang sendirian."

"Kak Ge..." Merilin merasakan tangan hangat Serge menggengam tangannya.

"Apa Mei tidak boleh merasa lelah? sekarang ada laki-laki yang menyukai Mei dan mengajaknya menikah, kau bukannya bahagia malah berfikir Mei menjual diri."

Kak Serge, aku kan memang menjual diriku untuk menjadi boneka Tuan Rion.

"Mereka itu saling jatuh cinta, seperti kau dan istrimu, aku itu hanya kebetulan jadi perantara di antara mereka."

Kelelahan bicara Serge meraih gelas di depannya. Glek, glek tegukan demi tegukan sampai isinya kandas. Walaupun yang terakhir aku ngarang. Serge tidak mau melihat mata Brama, takut ketahuan berbohong.

Brama terdiam, semua perkataan Serge menampar wajahnya. Dia tidak punya pembelaan sedikitpun.

Lalu mereka bertiga terdiam, dan hanya ada keheningan. Brama menatap Merilin, laki-laki itu meraih tangan Merilin.

"Mei, maaf."

Merilin menggigit bibir, menahan kesedihan.

"Aku hanya tidak mau kau menjalani pernikahan yang bukan keinginanmu. Maaf Mei, Kakak tahu Kakak salah. Kakak pergi karena takut kehilangan cinta Kakak."

Aku pergi dari kalian untuk melindungi kebahagiaanku. Sekarang aku marah karena kau mengesampingkanku, saat kau mengambil keputusan penting dalam hidupmu. Brama menggenggam tangan adiknya erat. Malu pada dirinya sendiri.

"Keluarganya memperlakukanmu dengan baik Mei?" Brama mulai bicara dengan lembut, seperti seorang kakak yang dulu dirindukan Merilin.

Merilin mengangguk.

"Apa mereka tahu, ayah meninggal dan meninggalkan hutang?"

Merilin mengganguk lagi.

"Mei..."

"Mereka keluarga yang baik Kak, mereka tahu kondisi keluarga kita, ibu dan Harven, Kak Rion tidak keberatan dengan semua itu. Karena kami saling mencintai."

Maaf, tapi aku bohong Kak. Aku hanya harus menjadi bonekanya selama dua tahun. Itu sangat murah kan untuk membayar semuanya. Aku tidak punya pilihan menolak.

"Maaf juga Kak, seharusnya aku bicara dengan Kak Brama duluan, tapi Kakak malah tahu dari Harven."

Merilin merasa dirinya juga salah, jadi dia memaklumi kemarahan Brama. Ah, dia memang selalu meklumi kakaknya. Apa pun yang dilakukan Kak Brama, bahkan ketika laki-laki itu pergi.

Karena dia kan kakakku. Lirih Merilin mengusir perasaan benci untuk Kak Brama.

"Jadi, kapan kamu mau menikah Mei?"

Merilin dan Serge saling pandang. Telepati untuk menjawab mewakili.

"Mei..."

"Ak, akhir bulan ini Kak."

"Merilin!"

Aaaaa, maaf Kak!

Bersambung

1
Rabiatul Wulan
kalau tidak salah berarti ini cucunya hanara ya thor 🙏
Nf@. Conan 😎
Miria spa thor
Anastasia Peni
Luar biasa
Anastasia Peni
Lumayan
Nf@. Conan 😎
penyesalan tdak ada obat Serge, kau mncintai nya tpi kau tak sadar ckckckckck
Nf@. Conan 😎
dasar malu malu dog, si pria bocil
Nf@. Conan 😎
klas 3 X thor, kan mau msuk Universitas, lupa apa sngaja thor biar d komen ya, ✌
Nf@. Conan 😎
Aaaaakkkkhhhhh....
trnyata bkan kluarga kturunan tuan Saga dan Mouhan Fernandez
Nf@. Conan 😎
sambil mngkin thor
Lailatus S
jangan di bikin jelek2 bngt apa kak karakternya meinya kasian...
Nf@. Conan 😎
sdah Aaakkkhhh ktawa nya skit prut sdah 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣tpi nggak than buat ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Nf@. Conan 😎
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Nf@. Conan 😎
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣nggak tau aja dia klau si Mei sdah d wanti wanti sma si Serge
Nf@. Conan 😎
masuk k jntung jga ginjal nggak thor, mari kita mnyelami isi prut Rion
missjanah
Luar biasa
Nf@. Conan 😎
waaaaahhh
si Rion hrus pkai kacamata kuda nih mah, biar jlas
Nf@. Conan 😎
menjadikanmu thor
Nf@. Conan 😎
Serge agaknya brjodoh sn Dean nih
sayangkamu
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Nf@. Conan 😎
jahhhaaaattt kau ntuh thor, pdahal Mei kan sdah bahagia krena sdah kmbali k ibu kota
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!