Namanya Elisa, dia terlahir sebagai putri kedua dari keluarga Hanggara, namun hal itu tak membuat nasibnya bagus seperti kakaknya.
Dia bahkan dikenal sebagai perempuan arogan dan sangat jahat di kalangannya, berbeda dengan kakaknya yang sangat lembut dan pandai menjaga sikap.
Marvin Wiratmadja, adalah putra dari Morgan Wiratmadja. Terlahir dengan kehidupan super mewah membuatnya tumbuh menjadi orang yang sedikit arogan dan tak mudah di dekati meski oleh lawan jenisnya.
Namun siapa sangka, ketertarikannya justru tertuju pada seorang gadis yang dikenal berhati busuk dan semena-mena bernama Elisa Hanggara.
Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?
Baca episodenya hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Depan Gedung Globalindo
Dengan perasaan kesal Stevi berdiri dan berpamitan pada dua orang itu.
"Baiklah, Tuan. Saya juga masih ada urusan yang lain," katanya lembut.
Ia tidak akan menjatuhkan harga dirinya untuk tetap berlama-lama di ruangan ini jika Marvin sendiri sudah mengusirnya secara halus.
Yah, tidak halus juga sebenarnya. Marvin sama seperti ayahnya, ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya.
Di luar ruangan itu Stevi menghentakkan kakinya karena kesal.
Lihat saja, Marvin! Aku akan menaklukan mu apapun caranya.
Stevi mengepalkan tangannya kemudian berjalan kembali dengan anggun. Ia memasuki lift yang membawanya turun kembali ke lantai dasar.
Ia bahkan masih bisa tersenyum pada orang-orang yang berpapasan dengannya. Sedikit banyak, para pegawai disini juga pasti tahu jika dia adalah putri dari Hanggara. Pemilik Crown Group yang juga telah lama menjalin kerjasama dengan Globalindo di bidang properti.
****
Dan di tempat lain
Elisa sedang berada di depan rumah salah seorang yang dia kenal beberapa bulan lalu.
Rumahnya sederhana dan sangat jauh dari kata mewah. Orang tersebut juga hanya berprofesi sebagai penjual roti di pinggir jalan.
Dengan sedikit ragu, Elisa mengetuk pintu yang terlihat sudah usang. Menunggu beberapa saat dengan duduk di sebuah kursi kayu yang juga sudah sedikit goyang.
Elisa menoleh saat seseorang membuka pintu yang ia ketuk tadi.
Seorang perempuan dengan rambut lurus dan panjang sedang berdiri dan tersenyum padanya, "Elisa?"
Perempuan yang Lisa kenal bernama Arumi itu mengernyitkan dahinya melihat kedatangan Lisa yang sepagi ini.
Biasanya jika ingin bertemu, Elisa akan menunggunya di tempat Arumi biasa berjualan.
"Kak Rumi, maaf aku mengganggu," katanya seraya tersenyum.
"Sepertinya kau tidak sedang baik-baik saja? Oh iya, ayo masuk!" ajak Arumi yang sedikit terlihat prihatin melihat betapa kacaunya wajah Lisa.
Lisa mengekor dan duduk di kursi panjang yang ada diruang tamu.
"Kakak sibuk?" tanya Lisa yang melihat Arumi masih memakai celemek.
"Tidak, pekerjaanku sudah selesai. Kau mau minum?" tawar Arumi.
"Boleh, Kak," Lisa menganggukkan kepalanya.
Arumi pun segera berdiri dan melangkahkan kaki ke belakang, mungkin kearah dapur.
Mata Lisa memperhatikan perempuan yang ia panggil kakak sejak pertama berkenalan dulu. Saat itu Elisa tengah membeli rotinya, tapi tiba-tiba hujan turun begitu saja.
Arumi pun menawari Lisa sebuah payung dan mengajaknya ke rumah ini.
Sejak itu mereka berkenalan dan banyak mengobrol. Arumi sangat ramah, juga sangat dewasa, oleh karena itulah Lisa memanggilnya kakak. Selain itu juga karena usia Arumi yang lebih tua darinya dua tahun. Sama seperti usia Stevi, kakaknya.
Lisa sangat mengagumi Arumi, terkadang baginya memiliki kawan seperti Arumi jauh lebih baik dari pada memiliki keluarga lengkap tapi seperti keluarganya. Selalu membuatnya menangis setiap waktu.
"Elisa ... minumlah!" ujar Arumi membuyarkan lamunan Lisa.
"Terimakasih, Kak,"
Lisa meneguk minuman manis yang baru saja disajikan oleh Arumi.
"Kakak tidak berjualan hari ini?" tanyanya.
"Roti-roti ku belum siap. Oh ya, ada apa sampai kau kemari?"
Mendapat pertanyaan dari Arumi, Elisa hanya menundukkan kepalanya.
"Elisa, jika kau ingin bercerita, tidak masalah," kata Arumi lagi.
"Aku hanya butuh tempat untuk menenangkan diri, Kak. Kakak tau, rumahku itu seperti neraka meski bangunannya mewah,"
Elisa berkata begitu saja karena ia sebelum-sebelumnya juga sudah sering menceritakannya pada Arumi.
"Elisa, tidak baik berbicara seperti itu. Bagaimanapun juga kau masih sangat beruntung karena masih memiliki keluarga yang lengkap, kau masih bisa melihat ayah dan ibumu setiap saat, kau juga memiliki seorang kakak. Ku rasa diantara kalian hanya butuh komunikasi yang lebih baik," saran Arumi, yang entah sudah ke berapa kali.
"Tapi kadang aku berpikir, lebih baik aku hidup sendiri seperti kak Rumi. Bisa melakukan apapun semau kita. Ayah dan ibuku memang masih lengkap, tapi aku bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang mereka, kakakku juga ... hahaha tidak bisa diharapkan," Elisa tertawa sumbang.
"Elisa, kesalahpahaman hanya bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Cobalah untuk lebih dekat dengan kakakmu, mungkin dengan begitu, kalian bisa saling memahami satu sama lain,"
"Itu tidak mungkin, Kak. Aku bahkan tidak tahu seperti apa rupa kakakku yang sesungguhnya. Aku tahu dia sangat tidak menyukaiku. Tapi entah kenapa dia sangat bisa bersikap seolah-olah baik padaku meski sedang tidak orang sekalipun,"
"Pada akhirnya, semua akan nampak tepat pada waktunya. Saat ini kau hanya perlu bersabar saja, semoga saja ayah dan ibumu bisa menyadari semuanya."
Mendengar perkataan Arumi, Elisa pun sedikit terhibur. Orang yang juga ia panggil kakak itu selalu memberi energi padanya.
Inilah yang Elisa suka, andai saja ia punya kakak yang seperti ini, tentu kehidupan di dalam rumah mewah itu menjadi sangat hangat dan harmonis.
"Terimakasih, Kak. Oh ya ... apa kak Rumi mau berangkat berjualan? Bolehkah aku ikut?"
"Lisa, kau adalah putri dari kelurga kaya. Sedangkan tempat jualanku cukup panas jika menjelang siang seperti ini,"
"Tidak masalah, Kak,"
Setelah itu tidak ada obrolan lagi, karena melarang Lisa juga percuma saja. Arumi pun bergegas setelah selesai bersiap-siap.
Ia mulai mendorong gerobaknya ke jalan raya, di seberang jalan yang terdapat gedung-gedung tinggi disana. Salah satu diantaranya adalah Globalindo Group.
Bisa membantu temannya seperti ini saja Elisa sudah sangat senang. Melayani pembeli dan berinteraksi dengan mereka seolah menjadi hiburan untuknya.
hmm🤔, bisa jdi sih..atau mngkin kembaran stevi kh!!??