Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pameran
Sesampainya di rumah, Shasa bercerita keoada bunda perihal Mbak Dini yang mencari guru les untuk anaknya. Shasa juga cerita kalau ingin mengajukan Tania sebagai guru les Cinta. Bunda sangat setuju dengan keputusan Shasa.
"Tapi bunda kan tahu sendiri. Tania orangnya nggak enakan."
"Ya, nanti pinjemin saja motor mbak mu. Bilang kalau itu fasilitasnya selama menjadi guru les Cinta. Mbak mu pasti setuju kok."
"Bagus juga ide bunda. Nanti aku sampaikan kepada mbak Dini."
"Iya."
Dua hari kemudian.
Kemarin Shasa sudah ketemu dengan Mbak Dini untuk membicarakan perihal Tania yang akan menjadi guru les Cinta. Mbak Dini pun sangat setuju karena dia sudah kenal dengan Tania dan tahu kepribadian Tania. Jadi mbak Dini pasrahkan semua kepada Shasa.
Hari ini di kampus, Shasa tidak sabar menunggu kedatangan Tania. Ia menunggunya di depan kelas.
Tidak lama kemudian, Tania pun datang.
"Akhirnya kamu datang juga."
"Ada apa Sha? Kok kayaknya penting banget."
"Plis kamu harus setuju ya. Nggak boleh ditolak!"
"Tiba-tiba ngomong gini, maksudnya apa?"
"Mbak Dini mau kamu yang ngeles Cinta. Mbak Dini sudah bilang nanti kamu akan dikasih fasilitas motor."
Tania cukup tercengang mendengarnya.
"Kok kayak dosen saja dikasih fasilitas, Sha."
"Haha... itu biar menunjang semangatmu. Jadi gimana, setuju ya? Mulai minggu depan. Untuk gaji satu bulan lumayan lho satu juta datangnya cuma dua kali dalam seminggu. Motornya juga bisa kamu pakai kuliah."
"Ini serius, Sha? Apa tidak berlebihan?"
"No mo, ini serius. Udah jangan banyak mikir. Cinta juga pasti senang banget kalau kamu yang jari guru lesnya."
Tania pikir gaji tersebut jauh lebih besar dibandingkan gajinya di counter yang kerjanya hanya libur satu kali dalam sebulan.
"Hem, kalau begitu okey deal."
Tania menjabat tangan Shasa.
Betapa bahagianya Shasa. Misinya kali ini berhasil. Ia hanya ingin membantu meringankan beban hidup Tania dengan memberinya pekerjaan.
Mereka pun masuk ke las karena dosen sudah datang.
Saat istirahat mereka berdua pergi ke kantin. Di kantin mereka bertemu dengan Eza dan temannya yang sedang menikmati bakso. Tania dan Shasa pin memesan bakso dan es teh. Eza melambaikan tangan kepada mereka agar bergabung dengannya. Tadinya Shasa hendak bergabung, namun ternyata ada Saif yang juga baru datang ke kantin. Ia pun segera mengurungkan niatnya.
"Ayo duduk di sana, Tania!"
"Ada apa?"
Shasa memberi kode kepada Tania. Tania pen menoleh. Ia langsung paham sebabnya. Mereka duduk di kursi lain.
Eza sedikit kecewa karena Shasa tidak mengindahkan ajakannya.
Saif ke kantin untuk membeli minuman. Ia juga sempat melihat Eza. Tadinya ia ingin langsung kembali ke kantor. Namun karena melihat keberadaan adiknya juga, ia duduk di kursi sebelah dan minum di sana.
"Aduh, abang ngapain sih duduk?" Batin Shasa.
Eza yang baru selesai makan pun menghampiri Shasa.
"Aduh ngapain dia ke sini. Bisa kena sidang aku nanti."
Tania ikut deg-deg an karena takut Shasa kena marah abangnya.
"Sha... "
"Eh i-iya."
"Boleh aku duduk di sini?"
"Boleh, eh tidak jangan!"
Eza bingung melihat tingkah Shasa.
"Boleh apa tidak?"
"Eh tidak, soalnya nanti ada temanku juga yang mau duduk sini kak." Jawab Shasa dengan ragu-ragu sambil melirik ke arah abangnya. Ia terpaksa berbohong.
"Oh, iya. Baiklah kalau begitu aku balik dulu. Sampai ketemu besok di pameran ya."
"Eh iya kak. "
Eza dan temannya pun pergi dari kantin. Shasa bisa bernafas dengan lega.
Pesanan Shasa dan Tania sudah datang. Mereka pun makan.
Tiba-tiba Saif bangun dari duduknya lalu membayarkan pesanan Tania dan Shasa. Setelah itu ia pergi tanpa memberitahu mereka.
Saat Shasa akan membayarnya, ibu kantin menjelaskan kalau makanan mereka sudah dibayar pak dosen yang pakai kemeja biru.
"Abang." Lirih Shasa.
"Kenapa Sha?"
"Kata ibunya, makanan kita sudah dibayar abang."
"Benarkah?"
Shasa mengangguk.
Shasa berharap abangnya tidak mempermasalahkan percakapannya dengan Eza karena itu hanya percakapan biasa.
Mereka pun pergi dari kantin dan pergi ke aula kampus untuk mengikuti persiapan pameran. Besok ada pameran buku dan beberapa hasil karya di aula. Pameran tersebut diikuti oleh semua jurusan.
Keesokan harinya.
Tania pamit kepada pemilik counter untuk pulang lebih awal karena ada acara di kampusnya. Pemilik counter pun mengizinkannya. Karena memang dari awal perjanjiannya demikian. Seperti biasa konsekuensinya adalah potongan gaji.
Tania dan Shasa sudah siap untuk mengikuti pameran. Mereka menjual beberapa bjku dan aksesoris buku. Mereka menjaga stand tidak hanya berdua, tapi berempat dengan teman sekelasnya. Acara dibuka pada jam 1 siang.
Pembukaan diisi dengan pembacaan al-Qur'an oleh salah satu mahasiswa tahfidz Qur'an jurusan Bahasa Arab. Dilanjut dengan penampilan shalawat yang diiringi rebana dari mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam. Kemudian sambutan dari ketua koordinator pameran yang tidak lain adalah Saif. Meski ia terbilang dosen baru. Namun banyak yang menunjuknya untuk menjadi ketua. Jadi mau tidak mau Saif menerima amanah yang diberikan oleh banyak orang.
"Tania, ternyata abang gagah banget ya kalau lagi serius gitu?"
"Memang kapan abangmu tidak serius?"
"Haha, iya juga sih."
Setelah acara pembukaan selesai, pameran pun dibuka.
Para dosen ikut berkeliling untuk melihat pameran. Bahkan tak jarang dari mereka yang tertarik untuk membeli. Pameran tersebut memang ditujukan untuk umum. Bahkan mahasiswa dari Universitas lain pun boleh masuk dan membelinya. Mereka mengundang beberapa mahasiswa dari tiga universitas yang ada di Surabaya.
Tania dan temannya yang lain sedang sibuk melayani beberapa pengunjung. Bahkan Tania secara detail menjelaskan isi buku-buku yang dijual di stan nya.
Tiba-tiba Saif menghampiri stan mereka.
"Hah... ada Pak Saif." Ujar teman mereka yang bernama Ana.
"Pak, ayo Pak dibeli. Ini bukunya bagus-bagus. Mungkin Pak Saif mau nambah koleksi."
Saif mengambil salah satu buku dan membaca sinopsis yang tertulis di belakang cover.
"Berapa?"
"Tania, ini berapa?" Tanya Ana.
"Untuk bapak Seratus delapan puluh lima ribu saja." jawab Tania.
Saif pun mengeluarkan dua lembar uang ratusan ribu.
"Ini."
Setelah itu Saif pergi.
"Kembaliannya Pak." Ujar Tania.
"Tidak perlu."
Tapi Tania tetap kekeh ingin memberikan kembaliannya kepada Saif. Ia pun mengejar Saif. Namun tanpa sengaja Saif menghentikan langkahnya karena ada orang di depannya. Alhasil Tania menabrak tubuhnya.
"Au... " Tania memegang kepalanya.
Saif pun menoleh
"Tania, kamu tidak apa-apa?"
"Ti-tidak apa-apa, Pak. "
"Lagian kamu ngapain?"
"Eh ini, mau ngasih kembaliannya."
"Saya bilang tidak perlu. Buat kalian saja."
"Tapi Pak."
"Jangan keras kepala! "
"Baik, Pak."
Tania langsung menundukkan diri.
Saif pun melanjutkan langkahnya.
Shasa memperhatikan mereka dari jauh. Ia agak heran karena tumben sekali abangnya banyak bicara.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Biar lebih gampang merawat Tania dan full pahala
Aku yakin ayah ,bunda sama Sasha setuju
semoga cepat sembuh dan kabar bahagia untuk Tania soon y Thor 🤲🥰