Di tinggal berselingkuh beberapa hari sebelum pernikahan oleh calon pengantin prianya, gadis itu tentu saja sedih dan kecewa, tapi Ayahnya datang dengan seorang pria tampan membuatnya menjadi pengantin pengganti, ah! tapi dia sangat bodoh!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 : Lahir Dari Pria Bajingan
" Pergilah ke kamar lain, aku ingin tidur sendiri dan menenangkan pikiranku. Tidak mudah bagiku terbiasa dengan hal yang kembali asing setelah aku kehilangan ingatan. Aku harap kau tidak perlu merengek apapun alasannya, dan biarkan aku tidur dengan tenang. " Ucap Gorge kepada Stacy yang kini terdiam menahan diri agar tidak lagi-lagi mengeluh karena Gorge menolak untuk tidur bersama dengannya.
Besok paginya.
Gorge terdiam memandangi langit-langit kamar yang ia gunakan untuk berbaring, benar-benar sukses semalaman dia tidak tidur sama sekali, matanya bahkan di pejamkan juga malah membuatnya semakin gelisah memikirkan semua yang terjadi ini, juga memikirkan bagaimana keadaan Mimu.
Tok tok....
Ketukan pintu itu akhirnya membuat Gorge bangkit dari posisinya untuk membukakan pintu dan melihat siapa orang yang datang mengetuk pintu sepagi ini.
" Nak, kau sudah bangun? Kita sarapan ya? Hari ini Ibu memasak makanan kesukaanmu. "
Gorge mengangguk tanpa ekspresi, entahlah dia benar-benar masih bingung dengan suasana sekarang ini. Tapi mau bagiamana lagi ketika semua bukti yang ada di kamar tidurnya semua membenarkan bahwa dia adalah seorang Gorge.
Gorge mengikuti saja apa yang dikatakan Ibunya untuk sarapan, dan yah lagi-lagi dia harus menghadapi Stacy yang ada di sana. Entah memang dia begitu memperhatikan Gorge seperti sebelumnya, atau dia begitu karena ingin mendapatkan hati Gorge karena sedari tadi Stacy sibuk melayani Gorge. Mulai dari mengambilkan roti bakar, telur, salad sayur, sosis, bahkan jus kiwi kesukaan Gorge juga.
Tak mau hanya bicara dan mengeluh karena dia sendiri juga tidak terlalu suka banyak bicara, Gorge memakan saja makanan yang tersedia di meja. Sebentar dia menghentikan kegiatannya saat makanan sudah masuk ke dalam mulut, dan mengunyahnya. Aneh, padahal kalau di lihat-lihat makanan seperti ini seperti makanan yang sangat biasa untuknya, tapi setelah beberapa waktu tinggal bersama Mimu, makan makanan yang Mimu buat, makanan yang kaya Ibunya adalah makanan kesukaannya justru tidak terasa nikmat di mulutnya.
" Gorge, ada apa? " Tanya Ibunya Gorge yang jelas bisa melihat bagiamana ekspresi Gorge yang malah nampak tak menyukai makanan yang biasanya di sukai Gorge.
" Tidak, tidak ada apa-apa. " Entah ini insting ingin melindungi Mimu atau bukan, tapi Gorge merasa kalau dia terus menyebutkan nama Mimu atau menunjukkan terlalu banyak bahwa dia begitu mengingat Mimu, takutnya Mimu akan berada di dalam bahaya. Sekarang dia benar-benar hanya bisa menjaga Mimu dengan caranya sendiri sembari berharap Mimu akan baik-baik saja dan tetap menunggunya sampai dia bisa menyelesaikan semua urusannya di sana.
" Apa kau sedang tidak selera makan? " Tanya Stacy, dia sudah mendekati Gorge ingin menunjukan perhatiannya lagi.
" Aku hanya sangat terkejut, sebelumnya aku kan makan makanan seadanya. "
Cukup, Gorge sudah tidak ingin mengatakan apapun yang akan menjurus kepada Mimu.
Setelah urusan sarapan selesai, Gorge rupanya kedatangan Lorn. Entah mengapa Stacy seperti ingin menghalangi Lorn bertemu Gorge sehingga membuat Gorge malah begitu penasaran dan ingin berbincang dengan Lorn.
" Dia datang untuk bertemu denganku, jadi kau pergi saja dan urus urusanmu sendiri. " Kalimat itu mampu membuat Stacy terdiam dan mau tak mau membuatkan Lorn berbicara dengan Gorge, tapi melihat tatapan mata Lorn yah terarah di balik punggung Gorge dan di sana adalah tempat dimana Stacy berdiri, Gorge bisa melihat bagaimana Lorn menatap dan mengeraskan rahangnya. Yah, mungkin terjadi perdebatan tanpa suara di antara mereka berdua.
" Tuan, bisakah ikut bersama saya untuk bicara? "
Gorge mengangguk setuju, tentu saja dia sangat penasaran dengan apa yang akan di katakan Lorn karena mengingat dari semalam Lorn benar-benar terlihat sedang menahan banyak hal yang ingin dia beritahu kepada Gorge secara langsung.
Dengan alasan ingin ikut Lorn pergi ke perusahaan dan mencoba perlahan mengenali serta mengingat, Ibunya Gorge tentu saja memberikan izin padanya dengan catatan Lorn harus menjaga baik-baik Gorge jangan sampai apa yang terjadi beberapa waktu lalu terulang kembali.
Lorn dengan sopan menuntun arah agar Gorge mengikutinya. Benar-benar di luar dugaan Gorge, karena sepanjang kakinya melangkah banyak sekali orang yang menunduk hormat padanya, bahkan sampai di sebuah ruangan kerja yang amat besar itu dia tak henti-hentinya mendapatkan sapaan hormat. Ada sedikit yang aneh, karena mereka semua terlihat terkejut, tapi juga terlihat lega saat menyapa.
" Apa anda mengenali tempat ini, Tuan? " Ucap Lorn yang penasaran karena sedari tadi Gorge hanya terlihat mengernyit memperhatikan seisi ruangan kerja yang begitu megah. Lagi-lagi terasa tidak asing, tapi Gorge juga tidak bisa mengiyakan begitu saja pertanyaan Lorn tadi.
" Apa tujuanmu membawaku kesini? " Tanya Gorge yang sudah tidak ingin membuang waktu lagi.
Lorn terdiam sebentar, dia menatap kedua bola mata Gorge dengan mata yang merah.
" Tuan, aku, aku benar-benar bahagia melihat anda baik-baik saja. " Lorn menunduk karena dia tengah menangis, dia sudah menahan diri dari semenjak dia tahu kalau Gorge sudah di temukan. Walaupun semalam dia melihat secara langsung Gorge di hadapannya, tapi tetap saja dia benar-benar belum puas untuk memastikan.
" Hentikan, kenapa kau menangis kalau kau bahagia? "
Lorn menyeka air matanya, dia kembali menatap Gorge.
" Ternyata anda masih sama, hilang ingatan Anda benar-benar tidak merubah sifat anda. " Lorn tersenyum karena sekarang dia benar-benar bisa yakin kalau pria yang berdiri di hadapannya adalah Gorge, si Tuannya yang sudah ia layani sejak sepuluh tahun ini.
" Sepertinya kau bisa aku percaya, jadi tolong ceritakan apa yang kau tahu tentangku. "
Lorn mengangguk cepat, dia berjalan dulu mendekati pintu untuk memastikan pintu tertutup rapat. Tidak perlu takut ada penyadap suara, karena ruangan itu adalah ruangan dimana Gorge bekerja sebelumnya dan dia sudah memastikan tidak akan ada yang bisa masuk ke dalam sana kalau bukan Gorge sendiri, Lorn, dan juga Dave.
" Intinya, kecelakaan Tuan itu sudah sebagian kami ketahui asal usulnya. Tapi di tengah-tengah penyelidikan kami, Dave di tangkap paksa oleh beberapa orang dan sekarang di sekap sebagai sandera. "
" Menurut kalian, siapa pelakunya? "
Lorn menarik nafasnya terlebih dulu.
" Kakak anda, anak pertama dari Ayah anda dari kekasih Ayah anda. "
Gorge menggeleng heran, ternyata dia memiliki Ayah yang bajingan.
" Jelaskan dulu silsilah keluargaku. "
" Baik, Kakak anda bernama Thomas Ghasond, anda adalah anak kedua dari istri sah Ayah anda, ayah anda bernama Trego Ghasond, kalau anda ingin tahu. Anda juga punya adik dari Ibu yang berbeda, namanya Exel, dia tinggal di luar negeri untuk menempuh sarjana keduanya, anda tidak perlu mengkhawatirkan tentang Exel, dia adalah pria yang tidak tertarik dengan perusahaan yang di wariskan kepada anda karena dia menggilai ilmu kedokteran. Kemudian, " Lorn terdiam menatap Gorge karena ragu ingin mengatakan yang selanjutnya.
" Apa? "
" Dave, dia juga anak Ayah anda dari seorang pelayan rumah. Dave juga baru mengetahui kebenaran ini sekitar empat tahun lalu. "
Gorge semakin menggeleng keheranan.
" Gila, aku benar-benar lahir dari benih pria bajingan seperti itu? "
Bersambung.
aq kan jdi mau juga 🤣🤣🤣