Kehidupan berat dan pahit harus dirasakan Cristal Aaron setelah kematian suaminya. Kematian sang suami yang mendadak meninggalkan banyak hutang yang membuatnya harus pontang panting mencari uang dan menjadi seorang penari striptis untuk membayar hutang yang ditinggalkan oleh suaminya dan menghidupi putri kecilnya yang berusia 3 tahun juga ibu mertuanya yang sakit-sakitan.
Gail Bernard seorang mantan mafia yang tidak mengenal cinta selalu memperhatikan Cristal saat sore hari dan pada akhirnya menyadari jika dia telah jatuh cinta pada wanita itu.
Semula dia patah hati karena mengira Cristal seorang jal*ng dan melupakan cintanya namun suatu hari Gail bertemu dengan Cristal yang sedang dalam masalah karena dia diincar oleh mafia yang menginginkan tubuhnya.
Akankah Gail kembali ke dunia hitam yang sudah dia tinggalkan sejak lama untuk membantu Cristal dan apakah dia mau memperjuangkan wanita itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Angela berlari ke arah mereka dengan setangkai bunga liar yang dia ambil di antara rerumputan. Gail masih diam, begitu juga dengan Cristal karena dia masih memikirkan pertanyaan Gail. Dia harus memikirkan hal ini baik-baik karena dia tidak boleh terjebak. Jika tidak memikirkan Angela, maka dia bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dengan cepat.
Tidak saja untuk dirinya tapi dia juga harus mengambil keputusan yang tepat untuk putri kecilnya, kehidupan pahit yang dia jalani jangan sampai dialami oleh putrinya. Jika dia mengambil keputusan yang salah, maka dia akan mencelakai putrinya sendiri sebab itu dia tidak boleh membiarkan hal itu sampai terjadi.
"Mom, lihat bunga ini," Angela memberikan bunga yang dia bawa pada ibunya.
Cristal ingin mengambilnya tapi Gail sudah menyambar bunga itu. Angela terkejut, Cristal menatapnya dengan tatapan heran.
"Main denganku. Kau mau, bukan?" tanya Gail tanpa ekspresi.
Angela melangkah mundur, Cristal mengangguk pada putrinya sebagai tanda agar dia setuju. Itu hal bagus, dengan demikian Angela tidak akan takut dengan Gail meskipun tanpa adanya senyuman di wajah pria itu.
"Apa Uncle bisa mengambilkan bunga itu untuk Angela?" tanya Angela seraya menunjuk sebuah pohon Cherry di mana bunganya sedang bermekaran.
"Tentu saja, itu perkara mudah!" ucap Gail seraya beranjak.
Cristal juga beranjak, tapi dia berdiri di tempatnya. Senyum terukir di bibir saat Gail menggendong putrinya. Semula Angela tampak takut namun tidak lama kemudian, gadis itu mulai tampak nyaman berada di dalam gendongan Gail.
"Aku akan membawa putrimu bermain, jadi pikirkan baik-baik keputusan apa yang akan kau ambil. Aku tidak akan memaksa, aku akan menghormati semua keputusan yang kau ambil!" ucap Gail.
"Terima kasih, aku akan memikirkannya dengan baik!" ucap Cristal. Dia memang membutuhkan waktu sendiri untuk mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan putrinya.
Gail menggendong Angela di atas bahunya, gadis itu berteriak senang karena dia begitu tinggi. Gail membawa Angela menuju pohon Cherry di mana bunga berwarna pink sedang bermekaran. Bunga itu tumbuh sendiri di halaman belakang rumahnya, sepertinya biji pohon itu terbawa oleh burung yang kebetulan melintas di belakang rumahnya.
"Uncle, aku ingin yang tangkai besar itu!" teriak Angela.
"Apa kau bisa menggapainya?"
"Tentu saja, angkat aku lebih tinggi," pinta Angela.
Sesuai dengan permintaan gadis itu, Gail mengangkatnya setinggi mungkin agar dia bisa menggapai bunga cherry yang dia inginkan. Angela sangat senang, dia terdengar heboh. Rasa takutnya pun dilupakan, ranting pohon cherry yang dipenuhi bunga pun dipatahkan. Tidak hanya satu, Angela mengambil dua ranting karena dia ingin memberikan satu ranting penuh bunga itu pada ibunya.
Cristal tersenyum melihat mereka, dia tidak menduga pria menakutkan itu bisa melakukan hal demikian walau tidak dipungkiri Angela masih tampak canggung. Setelah mendapatkan yang Angela inginkan, Gail menurunkan gadis itu dari gendongannya. Angela berlari menghampiri ibunya dengan dua tangkai bunga Cherry yang dia dapatkan.
"Mom, ini untukmu," ucapnya sambil memberikan setangkai bunga cherry pada ibunya.
"Apa kau sudah mengucapkan kata terima kasih pada Uncle?"
Angela menggeleng, gadis itu berpaling dan melihat ke arah Gail yang masih berdiri di bawah pohon cherry, dia tampak melihat sesuatu di pohon itu.
"Pergi, ucapkan kata terima kasih pada Uncle," ucap ibunya.
Angela mengangguk, dia kembali berlari menghampiri Gail. Dengan perasaan takut yang masih ada, Angela memegangi celana pria itu sehingga Gail melihat ke arahnya.
"Terima kasih, Uncle," ucapnya sambil tersenyum manis.
Gail tidak mengatakan apa pun, kepala Angela diusap dengan perlahan. Gail mengambil sesuatu dari atas pohon dan setelah itu dia melangkah pergi menghampiri Cristal. Tatapan Cristal tidak lepas dari pemuda itu, sepertinya sudah waktunya mengatakan keputusan yang dia ambil.
Cristal ingin mengatakan sesuatu namun niatnya terhenti karena Gail menyelipkan sesuatu di telinganya. Cristal memandanginya, begitu juga dengan Gail. Sekuntum bunga Cherry sedang terselip di balik telinganya saat itu. Mereka berdua saling menatap dalam diam, Cristal tidak tahu harus mengatakan apa yang pasti dia tampak gugup dan canggung.
"Cantik," satu kata yang diucapkan oleh Gail membuat wajahnya merona walaupun perkataan itu diucapkan tanpa ekspresi. Gail melangkah pergi, setelah berkata demikian. Dia kembali menghampiri Angela dan menggendongnya.
"Katakan padaku, kau ingin makan apa?" tanyanya pada Angela.
"Apa Angela boleh meminta pada Uncle?" tanya Angela.
"Tentu, katakan saja."
Angela terlihat senang, Gail menggendongnya masuk ke dalam rumah, meninggalkan Cristal yang sedang memegangi pipinya yang terasa panas. Tidak, dia tidak boleh seperti itu. Itu hanya sebuah pujian saja, jangan sampai dia mudah terbuai oleh pujian itu.
Cristal mulai melangkah, mengikuti Gail dari belakang. Walau pria itu baik, tapi dia tidak boleh terbuai dengan begitu mudahnya apalagi dia memiliki seorang putri. Dia diam saja memperhatikan putrinya yang terlihat senang karena Gail akan membelikan makanan yang dia inginkan. Senyum tipis terukir di bibir, rasanya sudah lama tidak melihat putrinya sesenang itu.
"Mom, kemari. Uncle akan membelikan makanan untuk kita," ucap Angela.
"Benarkah? Tapi kita masih memiliki banyak makanan," ucap Cristal karena dia memang membawa makanan yang dia bawa pulang dari restoran.
"Tapi, Mom. Aku ingin makan Pizza," Angela terlihat sedih dan menunduk.
"Tapi kita tidak boleh menyia-nyiakan makanan, Sayang."
"Abaikan makanan itu, kau bisa memanaskannya lain kali!" ucap Gail.
"Hm, apa kau tidak pernah memasak?" tanya Cristal seraya melangkah mendekat.
"Aku bukan pria rumahan," ucap Gail.
"Bolehkah aku berbicara sebentar denganmu?"
Gail tidak menjawab, Cristal mengartikan jika pria itu setuju. Cristal meminta putrinya untuk pergi bermain sebentar sehingga menyisakan mereka berdua saja yang berdiri dalam diam. Cristal jadi canggung, dia jadi lupa hendak membicarakan apa.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Gail karena Cristal diam saja.
"Me-Mengenai pertanyaanmu," Cristal memberanikan diri menghampirinya, tangan Gail raih dan diletakkan di pipinya. Tangan pria itu besar dan terasa hangat.
"Aku sudah memutuskannya, aku tahu tidak ada satu pun manusia yang sempurna begitu juga aku. Semua orang memiliki masa lalu mau itu masa lalu kelam atau indah tapi aku tidak mempermasalahkannya karena aku tahu, di balik tangan yang berlumuran darah ini ada ketenangan juga rasa aman bagiku dan putriku," ucapnya.
"Jadi kau memutuskan untuk tinggal denganku?" tangan Gail bergerak, mengusap wajah Cristal dengan perlahan.
"Yeah, tidak ada tempat aman bagiku dan putriku selain bersama denganmu."
"Bagus!" Gail menariknya mendekat sehingga tubuh mereka merapat.
"Aku tidak akan memanfaatkan keadaan," ucapnya seraya mengecup bibir Cristal.
Cristal diam saja, tidak akan memanfaatkan keadaan tapi kenapa pria itu menciumnya? Tangan Gail masih mengusap wajahnya, mereka pun saling pandang dalam diam. Dia tidak boleh terbuai, tidak namun sayangnya, mata Cristal sudah terpejam saat Gail mendekatkan bibir mereka berdua.
Kedua tangannya bahkan sudah melingkar di tubuh Gail, dia juga membalas ciumannya. Gail menggendongnya dan mendudukkannya di atas meja, mereka berciuman cukup lama sampai mereka berdua butuh mengambil napas. Cristal menyembunyikan wajahnya yang memerah di dalam pelukan Gail, sedangkan pria itu diam saja namun tangannya tidak henti mengusap punggung Cristal dan memainkan rambutnya sesekali.
Apa seperti ini rasanya jatuh cinta? Ternyata menyenangkan dan bodohnya dia, tidak pernah merasakan hal itu sebelumnya tapi sekarang, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan karena wanita yang dia inginkan sudah bersama dengannya saat ini.
karya mu keren keren,ada lucunya tegangnya,sedihnya,romantisnya semangat trs thor