NovelToon NovelToon
Benih Sang Cassanova

Benih Sang Cassanova

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:45.6M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Rainero yang tampan dan kaya memiliki pesona bagi para wanita, semua yang ada disekelilingnya dapat diatur olehnya dan mengikuti jejaknya.

Namun kehidupan sempurnanya ternodai oleh diagnosasi kemandulan. Dia ditinggalkan oleh calon istrinya, dia menjadi lelaki yang mempermainkan berbagai wanita.

Suatu hari, sebuah malam penuh gairah yang dia lewatkan dengan sekretarisnya Shenina, memunculkan perubahan kedua dalam kehidupannya-- Shenina hamil.

Shenina cantik, cerdas dan baik hati, Rainero tidak bisa mengendalikan hatinya yang terus memperhatikan dia.

Namun Rainero yang mandul bagaimana bisa membuat orang hamil ? Dia mengusirnya dengan marah.

Kebenaran terungkap ...
Shenina sedang mengandung anaknya...
Rainero menjadi gila, namun wanita yang dicintainya menghilang tanpa jejak.

Akankah mereka bertemu kembali ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BSC 26

Beberapa hari kemudian, dengan tergopoh Axton masuk ke dalam ruang kerja Rainero di mansionnya.

Ya, Rainero kini tengah pulang ke mansionnya. Di apartemen ia tidak memiliki pelayan, sedangkan kondisi tubuhnya masih belum membaik. Bahkan kini Rainero hanya bisa menyantap buah-buahan yang asam. Ia tidak bisa melihat nasi sama sekali apalagi mencium aromanya sebab bila ia melihat dan mencium aroma nasi, maka dia akan segera muntah-muntah hingga tubuhnya lemas tak berdaya.

Dengan jarum infus menancap di pergelangan tangannya, Rainero tampak tetap mengerjakan pekerjaannya. Meskipun ia tidak bisa benar-benar berkonsentrasi, tapi Rainero tetap berusaha agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

"Hah, ada apa ini? Kenapa di otakku hanya ada wajahmu, Shen. Tak sejenak pun aku bisa melupakanmu. Kau benar-benar membuatku nyaris gila, Shen. Semoga anak buahku bisa segera menemukanmu," desahnya sambil menghela nafas.

Ceklek ...

"Rain," seru Axton dengan nafas terengah. Rainero lantas mengangkat wajahnya, menatap Axton yang sedang berusaha mengatur nafasnya.

"Ada apa? Apa kau sudah mendapatkan informasi dimana Shenina berada?" Tanyanya antusias, tapi gelengan kepala Axton membuat netranya yang sempat berbinar seketika meredup.

"Aku memang belum mendapatkan informasi keberadaan Shenina, tapi aku telah mendapatkan informasi mengenai keluarga Shenina dan benar ... Shenina telah diusir dari rumahnya tepat setelah ia mengungkapkan kehamilannya padamu," ujar Axton membuat mata Rainero terbelalak dengan rasa bersalah yang kian bergejolak. Bagaimana tidak, di kantor ia mendapatkan penolakan darinya dan pemecatan secara tidak hormat, lalu saat di rumah ia pun diusir.

Axton menarik kursi yang berseberangan dengan kursi kebesaran Rainero. Setelahnya ia pun mulai menceritakan pada Rainero mengenai keluarga Shenina.

"Perempuan yang kau katakan waktu itu ternyata saudara tiri Shenina. Di rumah itu, Shenina tinggal dengan ayah, ibu tiri, dan saudari tirinya. Menurut hasil penyelidikan orang-orang kita, ayah Shenina tidak pernah menyayangi putri kandungnya itu. Sebaliknya, ia lebih menyayangi anak tirinya. Shenina kerap mendapat perlakuan tak adil. Shenina yang malang," tukas Axton seraya membayangkan penderitaan Shenina selama ini.

Rainero terdiam. Ia sepertinya masih menunggu kelanjutan cerita dari Axton. Axton menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Kau tahu, hari dimana Shenina mengungkapkan kehamilannya padamu, hari itu ia mendapatkan kemalangan bertubi-tubi. Sepulangnya ke rumah, ternyata sudah ada kekasih dan orang tuanya. Mereka sebenarnya berniat untuk melamar Shenina. Tapi tiba-tiba kehamilan Shenina terbongkar. Mereka tak ingin mendengarkan penjelasan Shenina sama sekali. Kekasih Shenina memutuskan hubungan mereka dan rencana lamaran itu. Setelahnya, ia pun diusir dari rumah. Aku tak bisa membayangkan, sehancur apa Shenina saat itu. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga, benar-benar menyedihkan," imbuh Axton membuat Rainero tergugu.

Matanya memanas. Ia palingkan wajahnya lalu diam-diam menyeka sudut matanya yang basah. Sungguh ia tak menyangka Shenina mengalami hal seberat itu. Sungguh ia tak menyangka, Shenina mengalami penderitaan yang begitu besar. Lalu, dengan bodohnya ia menambah penderitaan Shenina.

Makin lama, mata Rainero makin panas. Ia tak bisa menahan bulir-bulir bening itu jatuh dari sudut matanya. Sekuat tenaga ia menahan desakan air asin itu, nyatanya dia kalah. Ia kalah oleh rasa bersalahnya yang kian membuncah. Dadanya bergemuruh, sesak, benar-benar menyakitkan.

Rainero memutar kursinya membelakangi Axton. Dalam diam, ia menangis. Menangisi kebodohannya yang telah menambah kepahitan dalam hidup Shenina.

'Maafkan aku, Shen. Maafkan aku. Maafkan atas kesalahan dan kebodohanku. Aku mohon, maafkan aku. Aku menyesal telah turut andil menambah beban dan penderitaan mu. Aku mohon, maafkan aku, Shen. Aku juga mohon, kembalilah. Berikan aku kesempatan untuk menebus kesalahanku, aku mohon. Aku berjanji, bila kau mau memberiku kesempatan, maka aku akan berusaha membahagiakan mu. Kalau perlu, Ajan kuberikan seisi dunia hanya untukmu,' batin Rainero yang meronta-ronta dalam penyesalan yang kian menyiksa.

Sementara itu, di benua lain, tampak seorang perempuan cantik melayani para pembeli dagangnya dengan sumringah. Satu persatu anak-anak sekolah berdatangan dan membeli jualannya membuat Shenina bahagia bukan kepalang.

"Mbak Bule, aku beli 2, Mbak."

"Aku tiga, Mbak."

"Mbak, aku beli 2 tapi minta saos sambalnya banyakin ya."

"Mbak Bule, Mbak Bule, aku 5, Mbak. Saosnya saos tomat aja."

Padahal Shenina baru saja mulai berjualan beberapa hari yang lalu, tapi tampaknya ia sudah berhasil menarik atensi banyak orang sehingga tertarik membeli dagangannya.

"Sabar ya, dek. Tunggu sebentar, gantian ya," ucap Shenina dengan begitu lembut seraya tersenyum memasang senyum terbaiknya.

"Adek 2 ya?"

"Ini, punya adek. Terima kasih, ya."

Seperti itulah interaksi Shenina dengan anak-anak yang menyerbu dagangnya. Selain karena memang pentol bakso krispi buatan Shenina enak, kecantikan dan keramahan Shenina pun menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembelinya. Bukan hanya anak-anak sekolahan, tapi warga sekitar pun ikut malariskan jualan wanita berdarah barat tersebut.

"Mbak Bule, Abang beli bakso krispinya 10 dong," ujar seorang tukang becak sambil tersenyum-senyum mencari perhatian.

"Oh, iya, bang. Saosnya mau yang pedas atau tomat?"

"Yang pedas dong Mbak Bule, yang hot gitu. Sehot Mbak Bule kalau bisa," ujarnya seraya cengar-cengir tak tahu malu.

"Woy bang Juned, nggak usah genit! Ingat bini di rumah. Entar burung bang Juned dibikin burung betutu, baru tau rasa lu," seru sesama teman tukang bejak laki-laki bernama Juned itu. Kemudian mereka tergelak kencang bersama.

"Hush, jangan buka kartu dong! Baru aja mau ... "

"Mau apa? Mau beneran mama bikin burung betutu, hah?" seru seorang perempuan paruh baya membuat laki-laki yang kerap dipanggil bang Juned itu seketika gelagapan.

"Ma-,"

"Apa? Dasar ganjen! Mana bakso krispi pesenan mama?"

"I-itu ... masih di ... " Juned menunjuk ke arah Shenina yang sudah selesai mengemas pesanan si Juned.

"Ini Bu," Shenina lantas menyerahkan kantong berisi pesanan Juned kepada istrinya.

"Mbak Bule cantik, nggak usah diladenin si tua bangka ini ya. Dia emang gitu, ganjen. Udah kere, sok keganjenan. Mending punya banyak duit, punya banyak utang iya," omel istri Juned. "Jadi berapa mbak Bule?"

"Lima belas ribu, Bu." Shenina tampak tidak berminat untuk menanggapi omelan perempuan itu.

"Sana, buruan bayar. Awas ya keganjenan lagi. Habis tuh burung mama buat tongseng," ancam sang istri membuat Juned bergidik ngeri. Ia pun segera mengeluarkan uang sebesar lima belas ribu dan menyerahkannya pada Shenina. Setelah itu, ia pun segera berlari menuju ke pangkalan becaknya. Teman-teman Juned tak henti-hentinya menertawakan kesialan Juned. Shenina hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala dengan kelakuan si Juned yang sok kecakepan.

Tak lama kemudian, Adisti pun datang. Ia hendak beristirahat sejenak seraya makan siang dengan Shenina di tempat mangkalnya.

"Cie, mbak Bule, jadi idola nih ye!" goda Adisti yang telah mendudukkan bokongnya di kursi yang ada di dekat Shenina.

"Idola apaan? Buruan makan sana!" Shenina enggak menanggapi godaan Adisti.

"Tapi emang bener mbak Bule. Malah ni yah, mbak Bule sekarang jadi idola guru-guru cowok juga. Mereka penasaran sama mbak Bule sampai ada yang tanya-tanya tentang mbak Bule sama aku."

"Terus kamu jawab apa? Kamu nggak bilang aneh-aneh kan?"

"Aneh yang kayak gimana, Mbak Bule? Kalau aku bilang sama mereka mbak Bule itu janda, nggak aneh kan?"

"Apa? Janda? Nikah aja belum."

Adisti terkekeh, "kalau aku bilang mbak belum nikah, mereka pasti entar mikir aneh-aneh tentang kehamilan mbak Bule. Kalau janda kan, bisa aja dicerai pas hamil. Udah nggak usah mikir macam-macam. Siapa tahu entar Mbak Bule ketemu calon Daddy untuk si baby," ujar Adisti, tapi Shenina hanya mengedikkan bahunya tak acuh. Tahu Shenina malas menanggapi perkataannya, Adisti pun mengalihkan pembicaraan. "Eh by the way, si baby nggak rewel kan Mbak? Mbak lagi hamil gini malah kerja keras kayak gini. Mana panas-panasan juga, emang nggak papa?" Khawatir Adisti pada kehamilan Shenina.

Shenina tersenyum, "anak Mommy Shen itu pintar, dia nggak mau menyusahkan Mommy ya, Sayang," ucapnya seraya mengusap perutnya yang mulai membukit.

"Tapi Mbak hebat lho, kan biasanya wanita hamil muda itu suka mual muntah gitu, tapi Mbak kok enggak?"

"Bukannya enggak. Bulan pertama tadi emang aku merasakan morning sickness, tapi anehnya itu cuma terjadi bulan pertama aja. Bulan selanjutnya aku justru merasa aman-aman aja. Mual muntah itu lenyap gitu aja. Aku sendiri merasa aneh, tapi aku juga senang. Jadi aku bisa berjualan dengan tenang tanpa merasa terganggu dengan gejala morning sickness."

"Dedeknya baik banget ya, Mbak Bule. Pengertian banget sama Mommy nya yang ... " Adisti terdiam, tak melanjutkan kata-katanya. "Semoga aja kandungan mbak Bule aman-aman saja ya. Semoga adek bayinya sehat-sehat terus dan bisa lahir dengan sehat dan tanpa satu kurang apapun," ucap Adisti penuh ketulusan.

Shenina lantas tersenyum manis, "aamiin. Terima kasih ya, Disti. Kau memang adik yang baik."

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
Juan Sastra
pergi napa shen
Juan Sastra
matilah kau raynero
Juan Sastra
jadi curiga jgn jgn itu rekayasa anzah
Yuli Azhari
suka bngt sama novel yg ceritanya g bersambung " ...bgus pokonya
Farida Bta
kok ceeritanaya semua ngak asing buat aku.. seakan2 aku udh baca semua cerita ini.. atau emang bner yaa/Drool/
Mazree Gati
samuel slalu cari kesempatan peluk istri orang ,,rhea ig sudah punya suami mau di peluk ael
Mazree Gati
ngarep bgt rea kaya ga ada cowo lain...ga jadi favorit klo ga jadi pisah
Mazree Gati
terima saja rhea klo ga terima boblok,,masih bnyk cowo lain yg terima apa ada ya..
Yuli Azhari
untung AZ g bisa msuk
Yuli Azhari
jngn sampe di biarin masuk ke nikahan shenina
Yuli Azhari
semngt teu Thor seneng bngt bacanya🤗💪
Yuli Azhari
waah semngt Thor seneng bngt bacanya dkit" g bersambung jdi g hrs penasaran nunggu trus 💪😊
Yuli Azhari
tmbh seru AZ bacanya😍
Yuli Azhari
suka bngt biasanya baca novel sedikit" bersambung hrs nunggu LG sambungan ceritanya ini udh ku baca panjang bngt ...semng Thor sukses slalu💪😊
Mimin2407
novel kedua yg aq baca Thor, sukses buat authornya
prima yanary
Luar biasa
YNa Msa
punya Selingkuhan
Gina
kalau kami orang Timor Leste padre dan mandre pastor dan suster dalam agama Katolik.
awal saya baca pikir dia anak asuh pastor dan suster,
pada hal tidak.
tapi cerita sangat bagus.
semangat.
Gina
bibit pelakor
Gina
keren novelnya kak.
sukses selalu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!