NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:605.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Sakit

"Iya, aku melakukan kesalahan yang tidak bisa membuat Ayu bertahan denganku. Kami sedang dalam proses perceraian." Aku menjawab jujur apa adanya. "Nggak pernah cerita ke kamu, dia?" tanyaku.

"Nggak, aku nggak pernah komunikasi sama dia. Terus dia sekarang pergi kemana?"

"Nggak tahu, nggak bisa dihubungi lagi nomornya. Apa yang harus kau lakukan untuk mempertahankan rumahku? Maksudnya jelaskan padaku harus berapa aku cicil?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Rifki lalu menjelaskan semuanya, hingga detail dan ke akar-akarnya. Aku hanya mengangguk sesekali, tanda mengerti. Meskipun sebenarnya kepalaku ingin pecah karena masalah yang tiada henti. Niat hati ingin merebahkan diri, malah berunjung mempergila diri.

Uang dari mana lagi agar aku buat membayar cicilan yang tak kecil itu? Aku memijat pelan kepalaku yang terasa pening. Sudah selarut ini dan aku tak bisa memejamkan mata hanya untuk sekedar bermimpi.

*

Keesokan harinya, aku memutuskan untuk menjual motorku yang biasa di pakai Ayu kemana-mana. Terpaksa aku melakukannya, padahal banyak sekali kenangan di motor ini. Bersama motor ini, aku dan Ayu pernah kehujanan, kepanasan, bermesraan, ah rasanya tak ada habisnya jika aku mengingat ingat kenangan bersama wanita itu.

Sampai sekarang aku heran, bagaimana bisa aku gelap mata saat aku bertemu dengan Winda. Lebih herannya lagi aku tak bisa melepas wanita itu, meskipun aku tahu dia tak lebih baik dari Ayu.

"Buruan ambil motornya, gue mau ngantor. Transfer kalau udah seusai harga yang gue mau ya. Lusa paling lambat kalau bisa." Aku menghubungi salah satu temanku yang biasa jual beli motor dengan harga pasaran.

Setelah mendapat jawaban, aku memutuskan sambungan telepon dan duduk di kursi teras memandangi layar hape yang berisi beberapa foto anakku, hanya beberapa saja. Entahlah, dulu kehadiran mereka terasa berisik dan mengganggu di hari-hariku, tapi sekarang aku sedang merindukan keramaian mereka.

"Nang, kok belum berangkat kerja kamu?" tanya ibu dengan masih nada ketus.

Sejak Ayu pergi, ibu setiap pagi akan datang untuk membersihkan rumah. Meskipun beliau sedang marah padaku, wanita itu tetap membantu dan merwatku dengan segala kejudesan dan ke ketusannya.

"Iya, lagi nunggu teman, mau bantu aku jual motor ini," jawabku dengan menunjuk motor di depanku dengan dagu.

"Kurang banyak juga hutangnya kalau jual motor sekalipun. Terserahlah, yang penting rumah pemberian ayah kamu nggak hilang. Kalau kamu ketemu lagi sama Ayu, kasih tahu dia jangan kurang ajar begitu, ngutang menjaminkan barang yang bukan miliknya haram hukumnya. Kayak maling aja," gerutu ibu sambil masuk ke dalam rumah.

Baru saja ibu masuk rumah, temanku sudah datang dan bersiap akan membawa motornya. Aku segera menyerahkan surat-suratnya.

"Gue bawa, ya. Nanti gue hubungi lagi."

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah kepergian temanku, aku masuk untuk mengambil tas dan bersiap bekerja.

"Jangan lupa, minta uang sama Ayu untuk melunasi hutangnya itu. Minta uang hasil hutang juga kalau perlu. Pasti yang itu dia gunakan untuk foya-foya dengan simpanannya. Dasar ******."

"Ibu, sudahlah. Jangan salahkan Ayu terus, ini terjadi juga karena aku. Kalau..."

"Heh, yang bener kamu kalau ngomong. Mau salah kamu apa nggak, tetap apa yang dilakukan Ayu ini keterlaluan. Apa coba alasan dia menggadaikan rumah ini. Sudahlah! Ibu nggak mau tahu, temui Ayu, atau ibu akan cari Ayu kemanapun Ayu pergi. Dia harus diberi sanksi atas apa yang dia lakukan. Akan ibu cari tahu rumah Ayu yang baru."

"Ibu nggak usah nambah masalah, bu."

"Terus kamu mau apa buat menyelamatkan rumah ini? Jual ginjal? Heran, kamu jadi laki-laki kurang tegas. Apalagi kalau sama Winda yang bahkan ibu sendiri sampai sekarang nggak pernah lihat batang hidungnya. Ibu belain hubungan kalian mati-matian, tapi rupanya wanita itu yang menikmati hasil dari kerja keras kamu."

Ah, sudahlah. Dari pada berdebat dengan ibu aku lebih memilih untuk pergi ke kantor, toh ibu belum tentu akan menemukan rumah baru Ayu.

Aku tak mau menyalahkan siapapun dalam hal ini. Aku memang tak membenarkan apa yang di lakukan Ayu, tapi aku sadar dia seperti ini juga kekurangan uang dariku.

*

Dua hari kemudian.

Aku terbangun dari tidurku yang kurang nyenyak. Sudah beberapa hari ini aku merasa kepalaku sedang sakit tak tertahankan. Sudah meminum obat yang berbeda tapi tetap tak ada perubahan. Badanku pun makin kurus tak terawat, entahlah, aku merasa tubuhku sangat lemah dan tak ada gairah melanjutkan hidup.

Bagaimana tidak? Yang aku dengar selalu saja ibu dan Winda yang meminta uang. Terkadang aku juga sering dimarahi oleh keduanya karena tek memberi apa yang mereka minta. Sedangkan tabunganku pun kian hari kian menipis. Di saat seperti inilah aku merindukan sosok Ayu. Sosok wanita yang aku baru sadari kehebatan dan kekuatan hatinya. Mempunyai hati yang lembut selembut kapas dan berhati besar tak terbatas.

Aku bangun tidur masih dengan menatap langit-langit rumah. Rasanya sangat berat kepalaku jika aku gunakan untuk duduk.

"Yu, aku kangen kamu. Tidak ada yang bisa aku lakukan tanpa kamu, Yu." Entah kenapa aku terisak saat aku mengingat wanita itu. Jika saja aku diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memperbaiki semuanya, aku akan gunakan waktuku hanya untuk Ayu dan anak-anak.

Baru kali ini aku merasa di posisi terendah dalam hidup. Aku tak tahu harus bersandar pada siapa? Aku tak punya rumah untuk pulang atau sekedar mengistirahatkan tubuh dari setiap masalah.

"Nang?" panggil ibu seraya membuka pintu kamar.

Aku diam tak menjawab. Aku dengar ibu berjalan menuju ranjangku. Lalu menyentuh dahiku dengan punggung tangannya.

"Kamu demam? Ibu buatkan bubur, ya. Semua ini gara-gara Ayu. Dia udah pergi dari sini, tapi dia meninggalkan masalah buat kamu."

"Udahlah, bu. Jangan bahas itu terus. Aku cape," keluhku. "Ibu kalau nggak mau aku begini ya jangan minta uang terus, bu ke aku. Ibu terlalu boros juga, ibu beli apa-apa yang tidak di perlukan. Ibu harus ingat juga, aku ini manusia biasa bu. Aku punya cape juga, sekali-kali ibu minta bantuan ke Galuh bu. Dia sudah sukses di kota, kan? Mana gotong royong yang selalu kita bangun saat ayah masih ada? Ibu lihat dong kondisi aku sekarang," imbuhku dengan melas.

Ibuku menghembuskan nafasnya panjang sebelum berucap, "Iya, ya sudah kamu istirahat saja. Ibu dapur dulu."

Aku hanya mengangguk lemah. Rasanya sudah tak punya tenaga untuk menggerakkan bagian tubuh. Aku berharap Galuh bersedia membantu keuangan ibunya sendiri.

1
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
Sulati Cus
jgn2 si jaga cosplay nya si rifki
Sulati Cus
😂😂😂 g mungkin lah jd Winda yg mau sm suami orang lah Wong yg bujang aja msh banyak
Sulati Cus
kyknya jodoh nih eh apa si jaka lg nyamar ???
Sulati Cus
mase keknya pgn di tabok bolak-balik nih, cantik jg perlu modal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!