Pamit

Pamit

1. Tak Adil

"Mas, uang buat daftar sekolah Alif sudah ada?" tanyaku seraya mengambilkan sarapan untuknya.

"Waktu daftar masih ada seminggu lagi kan? Lusa paling lambat ya."

Baru saja hendak mengambil sarapan untuk diriku sendiri. Anak bungsuku terdengar sedang menangis. Aku segera menghampirinya yang sedang bermain di teras bersama kakak keduanya.

"Kenapa sayang? Jatuh ya? Cup cup udah nggak apa-apa. Kak Agil ayo masuk sayang, sarapan sama ayah ya. Ibu mau kasih susu buat adik Anin dulu."

Tangan kiriku menggendong anak bungsuku yang masih berusia satu tahun. Sedang aktif-aktifnya berjalan dan membuat rusuh rumah. Sedangkan tangan kanan ku menggandeng anak kedua ku yang berusia tiga tahun. Dari ketiga saudaranya anak kedua ku ini yang paling tak bisa lepas dari ku. Apa-apa harus ibu.

"Mas, tolong kamu suapi Agil sekalian ya. Anin aku kasih susu dulu."

Tanpa mendengar jawaban dari suamiku aku berjalan ke kamar, berniat menyusui anakku. Namun, langkahku terhenti karena ucapan suamiku.

"Aku buru-buru dek. Udah telat ini, suruh Alif atau kamu nyuapin sambil menyusui kan bisa. Aku berangkat dulu ya." Mas Anang berjalan menghampiri ku dan mencium puncak kepala ku. Kebiasaan rutin yang selalu dia lakukan sejak kami menjadi pengantin baru. Setelah memberikan ciuman padaku, dia memberikan ciuman juga pada ketiga anaknya. Lalu pergi begitu saja. Ah sudahlah, setiap hari kan emang begini. Aku yang lelah sendiri dengan pekerjaan rumah dan anak yang tak ada habisnya.

Aku segera duduk di meja makan dan menyusui anakku. Sedangkan ragil aku dudukkan di salah satu kursi yang tak jauh dariku. Ya, aku menyusui serta menyuapi anak kedua ku. Untunglah, Alif anak sulung ku sudah sedikit mandiri di usianya yang baru lima tahun.

"Bu, Alif mau main boleh?"

"Boleh sayang. Jangan bertengkar ya. Kak Alif sebentar lagi mau masuk sekolah TK. Jadi harus  mengurangi bertengkar ya, biar nanti kebiasaan buruknya nggak di bawa ke sekolah. Nanti di marahin sama bu guru."

Aku selalu mendiktekan anakku untuk tidak mulai pertengkaran atau melakukan pemaksaan kehendaknya. Namun, lain urusannya jika dia tak melakukan kesalahan dan temannya yang memulai duluan. Hal ini aku terapkan pada ketiga anakku nantinya.

"Iya bu. Aku nggak akan bertengkar dan merebut mainan yang tidak di pinjamkan."

Aku mengangguk tersenyum dan anakku langsung melesat keluar rumah. Sekarang giliran ku fokus dengan anak kedua dan bungsuku.

Dengan tiga orang anak yang masih kecil dan kebutuhan serba mahal, aku diberi nafkah lima puluh ribu per minggu, kadang juga lebih jika suamiku ada bonus dari perusahaan.

Bukannya aku ingin mengeluh, tapi di zaman yang apa-apa mahal seperti ini uang lima puluh ribu tidak bisa digunakan hingga satu minggu. Belum lagi anak-anak ketika melihat jajanan yang melewati depan rumah.

Aku yang terbiasa mengantongi uang lebih dalam sakuku, memutar otak bagaimana caranya menyambung hidup untuk kami semua. Jujur saja, jika aku tak berjualan mungkin aku sudah banyak hutang dimana mana.

Aku berjualan aneka sosis dan camilan frozen yang di goreng. Alhamdulillah, meskipun tidak untung banyak aku bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan uang pribadi ku itu. Aku juga bisa menuruti permintaan anakku yang tak terlalu mahal.

Untungnya rumah ku ini letaknya strategis, bangunan ini terletak di tengah-tengah sekolah playgroup dan Tk lalu juga dekat dengan mushola. Itu sebabnya jualan ku laris karena lingkungan ku ini sejak pagi hingga sore banyak anak-anak yang sekolah dan mengaji.

Aku belum bisa menabung hingga usia pernikahan yang ke enam tahun ini. Untuk bisa makan saja aku harus membanting tulang dan pandai-pandainya aku memutar uang.

Suamiku memberiku nafkah llima puluh ribu bukan tanpa alasan. Gajinya yang seharusnya cukup untuk kami sekeluarga, harus aku relakan untuk berbagi pada ibu mertuaku juga. Ya, ibu mertuaku ini seorang janda dan punya anak yang masih kuliah. Rumah kami hanya berjarak dua rumah saja.

Suamiku akhirnya dituntut ibunya untuk menguliahkan adiknya hingga selesai. Sebagai ganti ayahnya yang telah tiada, begitulah kata-kata yang selalu ibu mertuaku sematkan untuk anak sulungnya. Untuk kebutuhan sehari-hari pun suamiku yang menanggung.

Sebagai seorang istri, salahkah aku jika aku memprotes apa yang jadi keputusan ibu? Biar bagaimanapun, mas Anang juga menanggung hidupku, tidak seharusnya semua beban di limpahkan pada mas Anang.

"Nggak apa-apa dek. Jangan gitu, kamu kan tahu ibu sudah tua, bagaimana caranya ibu bekerja mencari uang sendiri? Siapa yang ngasih dia uang kalau nggak aku?"

"Ya kan Fadil sudah dewasa mas, dia bisa kuliah sambil kerja."

"Ya jangan, nanti nggak bisa fokus dan nggak lulus-lulus dia. Nanti dia kecapean gimana? Sakit malah tambah runyam kan."

Sekali aku mengutarakan pendapat dan tidak diindahkan maka aku tak akan pernah lagi protes atau membahas hal itu untuk kedua kalinya. Karena percuma saja, bicara dengan mas Anang yang keras kepala begitu pasti ujung-ujungnya pertengkaran jika aku tak mengalah. Dan aku adalah tipikal orang yang tak mau berdebat atau bertengkar dengan masalah sepele.

"Kak Agil mainan dulu sama adek Anin ya. Mainnya di depan TV aja. Adiknya di jaga ya, ibu mau jemur baju dulu sebentar."

"Yu," panggil ibu mertuaku.

"Iya bu."

"Kamu ada telur nggak?" tanya ibu seraya membuka kulkas di dapur.

Untuk apa bertanya jika se lancang itu buka kulkas tanpa ijin.

"Telur kamu masih banyak, minta ya buat ibu masak balado."

Ibu mengambil beberapa butir telur tanpa menunggu jawaban dariku.

"Bu, jangan banyak-banyak. Itu kan buat persediaan kalau kebutuhan sehari-hari di kulkas udah habis. Ibu kan juga di beri uang sama mas Anang." Entah sudah ke berapa kali aku memohon seperti ini. Mungkin sudah ribuan kali terhitung sejak aku dan mas Anang menikah.

"Kamu ini nggak bosen-bosennya larang ibu buat minta sesuatu. Lagian kan kamu ada penghasilan juga dari jualan jajan. Uang ibu nggak seberapa juga yang di kasih Anang. Uang nggak seberapa aja di ungkit-ungkit."

"Jelas mas Anang ngasih uang lebih banyak ke ibu. Aku hanya diberi lima puluh ribu per minggu bu. Kalau tidak jualan aku dan anak-anak nggak akan makan. Lagian hasil jualan aku berapa sih bu. Belum juga jajan anak-anak."

"Lagian siapa suruh buat anak banyak-banyak. Ekonomi belum mapan, hamil-hamil terus."

"Apa aku bisa hamil sendiri tanpa campur tangan mas Anang bu? Apa dengan aku bermain solo aku bisa hamil?"

Sungguh geram sekali aku pada ibu mertuaku ini. Bukannya aku durhaka padanya. Tapi aku sudah bosan jika beliau selalu saja meminta bahan persediaan rumah.

Aku sudah mengadukan ini pada mas Anang. Tapi kalian tahu jawabannya apa? Dia masih saja membela ibunya. Bahkan ketika aku melawan seperti ini, pasti nanti ibu akan mengadu pada mas Anang dan aku ujung-ujungnya di nasihati olehnya.

"Kamu jangan pelit-pelit sama ibu dek. Biarin aja ibu ambil apapun dari rumah. Toh kita masih bsa makan pakai bahan yang lain. Aku mau kok makan apapun yang tersedia di meja kamu. Meskipun sama sambel dan krupuk doang. Tetap aku makan."

"Kita bisa makan apapun bahkan kalaupun kita nggak makan nggak jadi soal mas. Tapi anak-anak kita, aku sedia bahan makanan banyak biar cukup buat seminggu dan biar kita bisa makan yang bergizi."

"Ibu kan hanya minta sesekali dek. Nggak tiap hari. Udah ya, nanti cantiknya ilang kalau marah-marah terus."

Selalu begitu jika aku mengadu mengenai perihal sikap ibu saat tak ada mas Anang di rumah.

Terpopuler

Comments

Kanaya yasmine

Kanaya yasmine

gak kebayang gmn stres nya ketika gas,token listrik,beras dan bahan dapur habis secara bersamaan🙄 dasar suami mokondo

2023-01-22

1

Devia Ratna

Devia Ratna

mampir aku

2022-12-23

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

seminggu kok cuma lima puluh ribu..?
mna cukup..

2022-10-27

0

lihat semua
Episodes
1 1. Tak Adil
2 2. Suami Tak Pengertian
3 3. Ibu Mertua Menyebalkan
4 4. Fakta Tersembunyi
5 5. Terbongkarnya Penipuan
6 6. Mulai Usaha Baru
7 7. Suami Tak Tahu Malu
8 8. Winda Ku
9 9. Ketahuan
10 10. Karma Kecil Ibu Mertua
11 11. Hinaan Suami
12 12. Bertemu Lagi
13 13. Terungkap
14 14. Misi Rahasia
15 15. Luka Yang Dalam
16 16. Cahaya Dalam Gelap
17 17. Suami Tak Tahu Diri
18 18. Babak Belur
19 19. Pergi
20 20. Teman Rasa Keluarga
21 21. Karma Instan
22 22. Ada Yang Berbeda
23 23. Kehilangan
24 24. Sakit
25 25. Dara
26 26. Dipermalukan Lagi
27 27. Kenapa Jadi Sewot?
28 28. Berubah Pikiran
29 29. Perhatian
30 30. Misterius
31 31. Bertemu Om Lagi
32 32. Penolakan
33 33. Wanita Tua Kembali Berulah
34 34. Kehilangan Anak
35 35. Terkejut
36 36. Murka
37 37. Kritis
38 38. Pamit
39 39. Bertemu
40 40. Janji Alif
41 41. Mulai Merasa Kehilangan
42 42. Insecure
43 43. Tenggelam Dalam Penyesalan
44 44. Membawa Perubahan
45 45. Jaka Patah Hati
46 46. Pendirian Yang Masih Sama
47 47. Bucin
48 48. Aneh
49 49. Merindukan Ibu
50 50. Ulang Tahun
51 51. Melamar
52 52. Karma Tak Semanis Kurma
53 53. Penyesalan Tiada Akhir
54 54. Penolakan
55 55. Sekarat
56 56. Duka
57 57. Sudah Takdir
58 58. Gara-gara Maling
59 59. Janji Jaka
60 60. Di Luar Rencana
61 61. Sudah Dewasa
62 62. Harga Diri Rifki Terluka
63 63. Kekasih Semalam
64 64. Ribut
65 65. Sah
66 66. Rintihan Malam
67 67. Modus
68 68. Bertemu
69 69. Hampir
70 70. Terus Terang
71 71. Dara Kumat
72 72. Firasat
73 73. Rumah Sakit
74 74. Kelahiran Dan Kematian
75 75. Surat
76 76. Caper
77 77. Caper Berakhir Baper
78 78. Kumpulan Keluarga
79 79. Musibah
80 80. Ditemukan
81 81. Ujian
82 82. Sentuhan Rindu
83 83. Sayang Kembali
84 84. Bahaya
85 85. Bahaya 2
86 86. Khawatir
87 87. Usaha Yang Gagal
88 88. Kecurigaan Jaka
89 89. Hilang
90 90. Terlantar
91 91. Serba Salah
92 92. Trauma
93 93. Histeris lagi
94 94. Diuji untuk kuat
95 95. Hancurnya Hati Seorang Kakak
96 96. Nekat
97 97. Awal Yang Baik
98 98. Rasa Sesungguhnya
99 99. Cinta Seorang Kakak
100 100. Sekarang Jam Berapa, Bu?
101 101. Seperti Lahir Kembali
102 102. Bertemu
103 103. Aku Sayang Kamu
104 104. Jalan-jalan
105 105. Taman
106 106. Dek
107 107. Bertemu Lagi
108 108. Lamaran
109 109. Kekhawatiran Dara
110 110. Belum siap
111 111. Hampir
112 112. Dara Yang Polos
113 113. Selesai Sudah
Episodes

Updated 113 Episodes

1
1. Tak Adil
2
2. Suami Tak Pengertian
3
3. Ibu Mertua Menyebalkan
4
4. Fakta Tersembunyi
5
5. Terbongkarnya Penipuan
6
6. Mulai Usaha Baru
7
7. Suami Tak Tahu Malu
8
8. Winda Ku
9
9. Ketahuan
10
10. Karma Kecil Ibu Mertua
11
11. Hinaan Suami
12
12. Bertemu Lagi
13
13. Terungkap
14
14. Misi Rahasia
15
15. Luka Yang Dalam
16
16. Cahaya Dalam Gelap
17
17. Suami Tak Tahu Diri
18
18. Babak Belur
19
19. Pergi
20
20. Teman Rasa Keluarga
21
21. Karma Instan
22
22. Ada Yang Berbeda
23
23. Kehilangan
24
24. Sakit
25
25. Dara
26
26. Dipermalukan Lagi
27
27. Kenapa Jadi Sewot?
28
28. Berubah Pikiran
29
29. Perhatian
30
30. Misterius
31
31. Bertemu Om Lagi
32
32. Penolakan
33
33. Wanita Tua Kembali Berulah
34
34. Kehilangan Anak
35
35. Terkejut
36
36. Murka
37
37. Kritis
38
38. Pamit
39
39. Bertemu
40
40. Janji Alif
41
41. Mulai Merasa Kehilangan
42
42. Insecure
43
43. Tenggelam Dalam Penyesalan
44
44. Membawa Perubahan
45
45. Jaka Patah Hati
46
46. Pendirian Yang Masih Sama
47
47. Bucin
48
48. Aneh
49
49. Merindukan Ibu
50
50. Ulang Tahun
51
51. Melamar
52
52. Karma Tak Semanis Kurma
53
53. Penyesalan Tiada Akhir
54
54. Penolakan
55
55. Sekarat
56
56. Duka
57
57. Sudah Takdir
58
58. Gara-gara Maling
59
59. Janji Jaka
60
60. Di Luar Rencana
61
61. Sudah Dewasa
62
62. Harga Diri Rifki Terluka
63
63. Kekasih Semalam
64
64. Ribut
65
65. Sah
66
66. Rintihan Malam
67
67. Modus
68
68. Bertemu
69
69. Hampir
70
70. Terus Terang
71
71. Dara Kumat
72
72. Firasat
73
73. Rumah Sakit
74
74. Kelahiran Dan Kematian
75
75. Surat
76
76. Caper
77
77. Caper Berakhir Baper
78
78. Kumpulan Keluarga
79
79. Musibah
80
80. Ditemukan
81
81. Ujian
82
82. Sentuhan Rindu
83
83. Sayang Kembali
84
84. Bahaya
85
85. Bahaya 2
86
86. Khawatir
87
87. Usaha Yang Gagal
88
88. Kecurigaan Jaka
89
89. Hilang
90
90. Terlantar
91
91. Serba Salah
92
92. Trauma
93
93. Histeris lagi
94
94. Diuji untuk kuat
95
95. Hancurnya Hati Seorang Kakak
96
96. Nekat
97
97. Awal Yang Baik
98
98. Rasa Sesungguhnya
99
99. Cinta Seorang Kakak
100
100. Sekarang Jam Berapa, Bu?
101
101. Seperti Lahir Kembali
102
102. Bertemu
103
103. Aku Sayang Kamu
104
104. Jalan-jalan
105
105. Taman
106
106. Dek
107
107. Bertemu Lagi
108
108. Lamaran
109
109. Kekhawatiran Dara
110
110. Belum siap
111
111. Hampir
112
112. Dara Yang Polos
113
113. Selesai Sudah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!