" Maaf Al, kita nggak bisa lanjutin hubungan kita ini."
Sakit hati Alna, tiba-tiba diputuskan oleh sang tunangan yang merupakan seorang tentara. Tanpa ada alasan yang jelas, hubungan yang sudah berjalan 3 tahun itu pupus begitu saja.
Sebenarnya Alna bukan lah korban "Hallo Dek!", karena dia juga merupakan seorang tentara. Ia dan Bimo berada di kesatuan yang sama.
Untuk mengobati sakit hatinya, Alna mengusulkan dirinya sendiri untuk pergi melakukan tugas sebagai seorang dokter di sarang mafia besar yang disinyalir mendanai perang. Tapi siapa sangka sang mafia malah jatuh cinta kepada Alna.
" Aku akan terus mengejarmu meskipun kau menolak ku. Aku bahkan rela membuang semua ini asalkan kau mau menerimaku." Ahmed Yusuf Subrata.
" Tapi aku adalah orang yang ingin menangkap mu." Alna Gyantika Kalingga
Bagaimana kisah cinta Mayor Alna?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentara dan Mafia 21
" Hei kalian, janan suka ganggu olang ya. Belaninya ganggu olang yang lemah. Sini kalau belani, ku pukul kalian semua."
" Ayo pergi, cepet. Mak sama bapak dia tentara, takut woi. Ayo kabur kabur."
Seorang bocah perempuan kecil berusia 6 tahun tapi masih cadel berdiri sambil berkacak pinggang. Tampaknya dia adalah pembela kebenaran sejati. Melihat ada anak lain yang ditindas, jiwa pembela bocah itu langsung keluar dan menggebu-gebu.
" Hei, kamu nda apa-apa. Tck tck tck, kamu tuh udah gede. Masa nda dilawan sih. Badan meleka sama kamu aja gedean kamu. Janan diem aja kalau diganggu olang tuh. Umul kamu belapa, masa kalah sama bocah-bocah itu."
Dia berjongkok sambil melihat luka di siku si anak lelaki yang saat ini masih terduduk di tanah. Bocah perempuan itu juga segera mengelap luka dan menempel plaster yang ia ambil dari saku bajunya.
Baju loreng warna hijau dan coklat, khas seragam milik TNI angkatan Darat dikenakan oleh bocah itu.
" Makasih, namaku Ahmed umurku 9 tahun. Aku bukanya tidak mau melawan, cuma mereka masih kecil. Kalau aku lawan takutnya mereka yang luka."
" Hohooo telus kamu malah milih kamu yang telluka begitu. Dasar Aneh. Ah iya namaku Alna, aku 6 tahun tapi lebih kuat dari pada kamu yang udah 9 tahun. Besok kalau sudah besal aku mau jadi tentara dan dokter. Aku mau jadi olang yang kuat dan juga mau jadi olang yang bisa menyembuhkan olang sakit. Kamu juga halus jadi kuat bial kamu ndak diganggu oleh olang lain. Oke."
" Alnaaa!"
" Woaah kakak aku udah nyaliin. Bye, jadi olang yang kuat ya Ahmed. Sampe jumpa. Sampai beltemu kembali."
Drap drap drap
Ahmed sedari tadi hanya terpaku melihat bocah perempuan itu berbicara. Cara bicaranya masih cadel tapi sudah sangat berlagak, itulah yang dipikirkan Ahmed Yusuf Subrata saat usianya 9 tahun.
Kala itu dia tengah berada di Indonesia. Dia tidak paham mengapa tiba-tiba di ajak ke negata tersebut. Tapi yang jelas, dia yang dati kecil sudah tinggal di Dubai, mampu menggunakan bahasa indonesia dengan baik.
Dan pertemuan dengan bocah kecil itu begitu membekas di hati dan pikirannya hingga sekarang.
" Jadi kamu beneran udah jadi dokter sekarang Al, lalu apakah kamu juga jadi tentara? Hmmm, untuk apa kamu kemari, apa untuk menyelidiki ku?"
Yusuf baru saja terbangun dari tidurnya. Ingatan masa kecil yang sudah lama tidak muncul itu, malam ini tiba-tiba hadir dalam mimpinya.
Ketika Ted memberinya CV milik Alna, ia langsung bisa mengenali gadis itu. Dari usia yang terpaut 3 tahun, dan wajah Alna di masa kecil yang menurutnya tidak banyak berubah, serta satu lagi yakni tahi lalah kecil yang ada di bawah mata sebelah kanan, semua hal tersebut membuat Yusuf yakin bahwa Alna yang dulu pernah ia temui saat masih kecil adalah orang yang sama yang saat ini ada di rumahnya dan menjadi dokternya.
Sraak
Tap tap tap
Yusuf berjalan perlahan menuju pintu yang ada si sebelah sisi kamarnya. Pintu terebut berada persis dekat televisi yang tergantung.
Klaak
Yusuf menggerakkan gagang pintu dengan sangat pelan. Dia juga meninggalkan alas kakinya, dan melangkah dengan perlahan.
Jika Alna memang seroang tentara, maka sudah pasti dia memiliki kepekaan yang sangat tinggi.
Ternyata kamar Alna yang ada di berada persis di sebelah kamar Yusuf terhubung dengan sebuah pintu. Dan Yusuf sekarang masuk melalui pintu itu.
Slaap
Yusuf mencondongkan tubuhnya untuk melihat secara seksama wajah gadis kecil yang dulu membelanya. Gadis kecil itu kini tumbuh menjadi wanita dewasa yang sangat cantik.
" Dulu aku menganggap mu sok berani, tapi sekarang aku mengganggap apa yang kamu lakukan itu sangat manis. Fyuuh, hatiku rasanya tidak tenang sekarang kalau lama-lama melihat wajahmu yang menggemaskan itu."
Yusuf berbicara dalam hati, dia tentu tidak mau membuat Alna terbangun dan memergokinya.
Sebagai seroang ketua mafia, Yusuf juga ahli dalam menyusup. Maka dari itu dia sangat hati-hati agar apa yang dilakukannya itu tidak ketahuan oleh Alna.
Tangan Yusuf mengulur, ia hendak menyingkirkan rambut Alna yang menutupi wajah. Namun ia urung melakukannya karena takut gadis itu terbangun.
" Aku ingin tahu banyak tentang mu, Alna. Aku ingin mendengar cerita tentang dirimu."
Sreek
tap tap tap
Yusuf segera kembali ke kamarnya melalui pintu yang sama. Dia tidak boleh berlama-lama di sana. Karena dia sendiri tidak yakin bisa menahan dirinya sendiri untuk tidak menyentuh wajah Alna,
Bruuk!
Helaan nafas panjang keluar dari mulut pria itu saat kembali merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia teringat ucapan Ted bahwa dirinya sedang dicurigai.
" Apa mereka mengirim Alna untuk memata-matai ku. Haruskan aku bilang langsung ke dia kalau aku tidak terlibat. Aah ini sulit. Kalau aku bilang begitu dia langsung akan tahu kalau aku sudah mengetahui tentang dirinya. Meskipun masih sekedar dugaan, tapi mungkin benar bahwa Alna adalah tentara. Dan aku juga yakin, malam itu yang menolongku juga Alna."
Dugaan Yusuf itu sangat berdasar. Seorang wanita biasa, pasti tidak sesempurna itu postur tubuhnya ketika berdiri. Wanita biasa juga akan kesulitan mengeluarkan tubuh Yusuf dan Norman dari dalam mobil. Dan terakhir, Alna nampak biasa saja serta kuat ketika Yusuf pura-pua lemas saat di perusahaan. Cengkeraman tangan Alna pada pinggangnya pun juga kokoh.
" Apa yang harus aku lakukan untuk menunjukkan bahwa diriku ini tidak ada kaitannya dengan perang atau apapun itu. Ah iya, lebih dulu adalah mencari siapa tikus yang bersarang di organisasiku. Itu yang penting."
Yusuf sadar, kecurigaan intelejen tidak mungkin tidak berdasar. Pasti ada sesuatu yang membuat mereka langsung tertuju pada dirinya.
Pengeboman tiba-tiba, penyerangan ketika di pulang dari markas hingga masuknya penyusup di kantor miliknya, semua itu pasti memiliki benang merah.
Tak tik tak tik
Yusuf bangun dari posisi berbaringnya. Ia lalu mengambil tabletnya dan membuka kembali rekaman kamera pengawas yang ada di ruangannya pagi tadi.
Di sana tampak Alna yang tengah mencari-cari sesuatu. Dia paham bahwa dokter pribadinya itu pasti sedang mencari petunjuk. Namun dia acuh karena memang dirinya tidak bersalah. Fokus Yusuf adalah kepada wanita yang tiba-tiba masuk.
Ia mencoba mengingat-ingat wajah wanita yang familiar di matanya,
" Ini siapa ya, seperti pernah lihat. Tapi dimana. Yang jelas dia bukan karyawan AYSoil. "
Yusuf berpikir keras, ia mencoba mengingat-ingat tentang wanita itu. Hingga sebuah senyum terukir di bibinya.
" Gotcha! Ketemu! Aaah ternyata dia, hmm baiklah. Ada yang mau bermain dengan ku sepertinya. Okeee, mari kita bermain dengan sangat menyenangkan."
TBC
semangat ya