Ketika Yang Kucintai Berkhianat
"Hap... lalu di tangkap!" dan putri kecil ku pun terkekeh sangat senang ketika aku memeluknya dengan gemas.
Akhirnya dia berhasil juga menghafalkan lagu cicak cicak di dinding yang aku ajarkan sejak tadi pagi.
"Mama, kapan kita sampai di rumah kakek?" tanya nya yang seperti nya sudah sangat bosan dengan perjalanan kami yang cukup lama.
Sambil terus memeluknya di kursi penumpang bagian belakang dan suami ku tercinta sedang fokus mengemudi di depan. Aku menjelaskan pada putri kecilku yang berusia 4 tahun yang sudah terlihat bosan ini.
"Sayang, rumah nenek dan kakek masih lumayan jauh. Bagaimana kalau kita belajar lagu lain saja?" tanya ku pada Mikaila putri kecil ku yang sekarang ini memakai dress bermotif bunga dengan warna biru muda. Dan dua kuncir di kepalanya yang membuatnya sangat lucu dan menggemaskan di mataku.
Nama ku Sila, Susilawati usiaku 25 tahun. Aku seorang ibu dengan satu orang putri cantik bernama Malaika Hadi, dan suami ku tentu saja Hadi, usianya terpaut 3 tahun lebih tua dariku. Dan tentu saja nama belakangnya di sematkan di nama putriku.
Saat ini kami sedang dalam perjalanan menuju rumah ayah dan ibu suamiku, karena adik suamiku yang bernama Zain akan menikah. Kami berangkat dari jam 5 pagi dini hari tadi, rumah ayah dan ibu mertuaku memang masih satu provinsi dengan tempat tinggal ku dan suami ku tapi jaraknya lumayan jauh, bisa sampai setengah hari perjalanan.
"Mama, Mika ngantuk!" ucap putri kecilku yang memang sudah sejak subuh tadi dia aku bangunkan.
"Sayang mama ngantuk ya, ya sudah bobo sini. Mama peluk!" ucap ku lalu merangkul Mikaila di pelukan ku dan menepuk-nepuk lengannya perlahan.
"Mama pilih kasih, masak Mika terus yang di peluk. Papanya kapan?" tiba-tiba saja mas Hadi bicara dan membuatku langsung menoleh ke arahnya.
Aku hanya tersenyum menanggapi apa yang suami ku katakan itu. Kami pun melanjutkan perjalanan kembali, hingga sekitar lebih dari tengah hari kami tiba di rumah ayah dan ibu mertua ku.
Saat kami tiba, ayah mertuaku langsung keluar dari dalam rumah. Dia langsung menuju ke arah mobil kami padahal kami belum turun dari dalam mobil.
"Mika, mana ini cucu kakek?" tanya nya sambil mengetuk kaca mobil bagian belakang. Sepertinya ayah mertuaku memang sudah hafal sekali kalau aku dan Mika pasti akan duduk di kursi bagian belakang.
Aku dengan cepat membangunkan Mika yang memang masih tertidur lelap di pangkuan ku. Aku mencium pipi putih putri kecilku dan berkata padanya.
"Sayang, Mika. Kita sudah sampai ruang kakek, itu kakek sayang. Ayo bangun!" ujar ku.
Dengan gemasnya Mika mengucek matanya pelan dan langsung duduk melihat ke arah jendela. Begitu melihat ayah mertua ku, matanya langsung melebar.
"Kakek!" teriaknya dan langsung berusaha membuka pintu mobil. Aku membantunya dan begitu pintu mobil terbuka, dia langsung lompat ke pelukan kakeknya.
"Ha ha ha cucu kakek sudah semakin besar, sudah tinggi sekali kamu nak. Ayo masuk, kakek sudah membuat puding coklat kesukaan Mika!" ucap ayah mertua ku dan langsung mengajak Mika masuk ke dalam rumah.
Aku tersenyum melihat betapa ayah mertua ku menyayangi Mika. Meski anak dari kakak ipar ku juga perempuan dan tinggal bersama dengan ayah mertua, tapi ayah mertuaku selalu memprioritaskan Mika saat kami datang berkunjung.
Saat kami menurunkan tas kami, ibu mertuaku juga keluar dari dalam rumah.
"Hadi, sudah datang?" tanya nya sambil menghampiri kami.
"Ibu!" panggil ku dan langsung menyalami dan mencium punggung tangan ibu mertua ku.
"Gimana perjalanannya, lancar kan. Ayo masuk, dan temui calon adik ipar kalian!" ujar ibu mertuaku dan aku dan mas Hadi pun masuk ke dalam rumah.
Kami bertemu dengan semua orang, ternyata sudah ramai. Ada paman, bibi dan juga semua saudara suami ku. Juga ada kedua orang tua dari gadis yang akan di nikahi Zain. Ayah masih memangku Mika sambil menyuapinya puding coklat dan memperkenalkan kami pada semua keluarga calon besan nya. Tapi saat kami sedang mengobrol, tiba-tiba ponsel mas Hadi berdering. Sebenarnya bukan hanya sekali ini tapi sejak berangkat tadi pagi, ponsel mas Hadi memang terus berdering. Tapi aku tidak tahu darimana, karena aku duduk di kursi belakang bersama Mika. Aku juga tidak bertanya, karena begitu melihat ponselnya mas Hadi meletakkan nya lagi.
"Permisi sebentar, ada telepon dari kantor!" ucapnya lalu meninggalkan ruang keluarga dan keluar dari rumah.
Aku hanya melihat mas Hadi dari jendela. Dia sepertinya sedang menjelaskan sesuatu pada orang yang menghubungi nya.
"Sila, Hadi sudah ijin kan, kalian akan menginap sampai acara selesai kan?" tanya ayah mertuaku.
Aku langsung mengangguk.
"Iya ayah, aku dan mas Hadi sudah minta cuti selama tiga hari!" jawab ku.
"Bagus kalau begitu!" sambung ibu yang juga terlihat senang mas Hadi akan tinggal disini lumayan lama.
Setelah membahas tentang acara akad nikah yang akan dilaksanakan besok. Kami semua makan malam dan istirahat. Aku juga sudah menidurkan Mika. Setelah itu aku meraih ponsel ku karena ingin menghubungi orang tua ku.
"Halo Bu, maaf aku baru telepon. Kami sudah sampai jam satu siang tadi!" ucap ku pada ibuku.
"Sila, semua baik-baik saja kan. Ibu kenapa dari kemarin rasanya perasaan ibu gak enak ya?" tanya ibu ku membuat ku termenung sejenak.
"Kami baik-baik saja ibu. Jangan cemas, Mika juga gak rewel kok. Ibu dan ayah tenang saja!" ucapku berusaha menenangkan ibu ku yang terdengar cemas dari suaranya.
"Syukurlah, kamu baik-baik disana ya. Ingat selalu sopan pada siapapun disana, jangan lupa saling sapa, dan kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan disana. Jangan diam saja!" ucap ibuku menasehati ku.
Aku tersenyum, karena ibu memang seperti ini. Dia tidak mau kalau sampai aku di anggap malas atau tidak bisa apa-apa di rumah mertuaku.
"Iya Bu, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam"
Aku menyimpan kembali ponselku, dan aku melangkah kembali menuju ke arah kamar dimana Mika sudah tertidur disana. Tapi saat berjalan dekat jendela, aku mendengar suara mas Hadi sedang bicara dengan seseorang. Rasa penasaran membuat ku ingin menghampiri mas Hadi. Tapi saat aku akan keluar dan membuka pintu, aku mendengar Mika menangis. Aku langsung berbalik dan bergegas masuk ke dalam kamar, ternyata Mika terbangun.
"Sayang, kenapa?" tanya ku melihat putri kecil ku menangis.
"Mama, Mika mimpi buruk!" jawab Mika.
Aku mengusap air matanya dan mengusap lembut kepala Mika.
"Mimpi apa sayang?" tanya ku pada Mika.
"Mika mimpi, papa di bawa pergi sama Tante jahat. Dia melotot sama Mika dan mama. Mika panggil papa tapi papa malah ninggalin Mika dan mama..!"
Aku langsung memeluk erat anakku. Entah kenapa setelah mendengar apa yang Mika katakan aku teringat pada ucapan ibuku dan hatiku menjadi sangat resah.
"Tidak apa-apa sayang, itu hanya mimpi. Papa sangat sayang sama Mika. Papa gak akan tinggalin Mika, papa gak akan tinggalkan kita!" ucapku menenangkan putriku meski hatiku sendiri sangat tidak tenang.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Sulati Cus
baru baca udah bikin curiga
2023-01-22
1
MARWAH GUMEN
aduhhh namanya anakx, sama dengan namanya anak gadisku thor🤣🤣🤣, putri yg cantik dan manies🤣🤣🤣
2022-10-26
2
先輩
Anjj🙂
2022-10-11
1