NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH DUA

Angin sejuk berhembus lembut, menggerakkan dedaunan di sepanjang pagar kampus yang rindang. Di sudut kantin, Nara duduk termenung, menunggu pesanan yang sudah ia pesan beberapa saat lalu. Di hadapannya, Sasa asyik bermain ponsel, sesekali mereka berdua bertukar cerita ringan untuk mengusir kebosanan.

Kantin itu hari itu cukup ramai, suara canda tawa mahasiswa mengisi setiap sudut ruangan, kursi-kursi dipenuhi oleh mahasiswa yang juga menikmati waktu istirahat mereka.Tiba-tiba, suasana hangat itu terpotong oleh suara bariton yang mendalam.

"Boleh gabung?" Nara dan Sasa serentak menoleh, mata mereka bertemu dengan sosok Edo, seorang kakak tingkat yang dikenal karena kecerdasan dan kharismanya.

"Eh, Kak Edo, silahkan duduk," sahut Sasa dan Nara berbarengan, memberikan ruang di meja mereka yang. Tak lama, seorang mahasiswa lain, Reno, juga ikut bergabung, duduk di samping Edo. Ruang sempit itu kini menjadi lebih hangat dengan kehadiran mereka berempat.

Obrolan pun mengalir lebih seru, topik dari mulai tugas kuliah hingga rencana liburan akhir semester dibahas tanpa henti. Nara, yang semula hanya termangu, kini terlihat lebih ceria, tertawa lepas bersama teman-temannya. 

Angin yang berhembus kini tak hanya membawa sejuknya udara, tapi juga keceriaan yang tak terduga dari pertemuan tak sengaja di sudut kantin itu.

Tawa Nara yang terlepas karena candaan Reno tiba-tiba terhenti, seraya wajahnya pucat saat menyadari kehadiran sosok Gala yang berdiri dengan sepiring nasi dan segelas teh es di tangan.

Edo yang tanggap segera berdiri dan melirik sekeliling, mencari kursi kosong yang ternyata hanya tersisa di sebelah Nara. Nara sendiri, berharap dalam hati bahwa Gala akan mencari tempat lain untuk duduk.

"Silakan, Prof," kata Edo dengan sopan, menawarkan kursi tersebut kepada Gala. "Hmm... Terima kasih," Gala menjawab singkat sebelum duduk di sebelah Nara dan mulai menikmati makanannya.

Momen yang kurang mengenakkan itu semakin bertambah ketika mi ayam bakso pesanan Nara tiba. Gala, dengan kelakuannya yang terlalu terbuka, mencoba memberikan sendok ke dalam mangkuk mi Nara tanpa meminta izin terlebih dahulu, membuat Nara merasa was was.

"Maaf, saya bisa ambil sendok sendiri, Prof," keluh Nara dengan nada yang mencoba menyembunyikan rasa tidak nyaman. Namun, Gala tampaknya tidak peduli dengan keberatan Nara dan dengan santai memintanya untuk segera makan.

"Cepat lah makan,jangan memikirkan sesuatu yang tak perlu kamu pikir," ujar Gala.

Dan tentu saja tindakannya itu tidak luput dari perhatian para mahasiswa di kantin, yang mulai bergosip dan memperhatikan keakraban yang tidak biasa antara dosen dan mahasiswa semester dua itu.

Bisikan-bisikan spekulasi mulai beredar, meninggalkan Nara dengan perasaan seperti tenggorokannya sedang dicekik oleh kenyataan yang semakin menggantung memalukan, Membuat Nara merasa tak nyaman. Takut jika hubungannya dengan Gala terungkap.

Dengan semangat yang membara,sebagai pengalihan, Nara menyendok sambal dengan penuh antusias. Gala, yang melihat aksi itu, dengan cepat meraih pergelangan tangan Nara.

"Maaf, ada apa, Prof?" tanya Nara dengan raut keheranan.

"Itu cabai, bukan kecap," ujar Gala dengan nada datar yang menyembunyikan kekhawatiran.

"Saya sudah terbiasa makan pedas," balas Nara, mencoba meyakinkan. Namun Gala tidak tergoyahkan, tangannya masih menggenggam erat pergelangan Nara hingga ia dengan terpaksa melepaskan sendok berisi sambal yang tergantung di udara. 

Kesigapan Gala itu menarik perhatian mahasiswa yang lain, membuat mereka memandang ke arah Gala dan Nara.

"Prof, bisa tolong jangan campuri urusan saya?" bisik Nara dengan nada geram yang tercekat di kerongkongannya.

"Maaf, tidak bisa. Kalau kamu sakit, saya yang repot," Gala membalas dengan suara yang lebih rendah.

Dengan desah berat, Nara akhirnya melepaskan sendok sambal tersebut.

"Puas..." ucapnya menahan geram, hatinya bergolak, berharap tak ada yang lain yang mendengar pertengkaran kecil mereka.

Gala memandang sejenak, namun ia memilih untuk kembali menyendok nasi dalam piringnya, sementara Nara, yang duduk di sebelahnya dengan tergesa-gesa menyeruput kuah mi ayam baksonya, seakan ada beban yang mendesaknya untuk cepat meninggalkan kantin.

Tiba-tiba, kuah mi ayam yang panas membuat Nara tersedak, terbatuk-batuk mencari nafas. Edo, yang duduk di hadapan Nara, bergerak cepat dengan mata yang penuh kekhawatiran. Ia meraih gelas dan menuangkan air

"Minum ini, Na. Tarik napas, minum perlahan," kata Edo, dengan nada suara yang menenangkan. Namun, suasana mendadak menjadi tegang. Gala, yang awalnya asyik dengan nasi di piringnya, kini matanya menyala-nyala menyaksikan pria lain memberikan perhatian pada istrinya.

Dengan gerakan tegas yang dipenuhi rasa cemburu, ia segera menyambar gelas dari tangan Edo, air itu hampir tumpah.

"Biarkan saya yang mengurusnya," ucap Gala dengan nada dingin, ia menukar dengan gelas lain yang ia ambil, memberikan isyarat tak terbantah bahwa dia adalah pelindung Nara. 

"Oh...maaf Prof, saya hanya menolong, tidak bermaksud yang lain," ujar Edo menjelaskan. Karena Edo dapat melihat jika Pak Dosennya itu seperti sedang cemburu.

Suasana di kantin menjadi kaku, memotong udara yang tadinya hangat menjadi dingin mendadak.

Tiang-tiang sorotan di kantin kampus itu sekali lagi menghujam tajam pada tingkah Gala, yang tidak pernah luput dari perhatian para pengunjung. Nara, yang duduk di sebelah Gala, hanya bisa melirik gelas di tangan sebelum meneguk air dengan gundah gulana.

"Terima kasih, Prof," gumamnya, memaksa senyum yang terasa kaku mengambang di bibir Nara. Di balik masker kesopanannya, Nara sesungguhnya ingin menjerit, ingin menginjak kaki dosennya agar ia sadar bahwa setiap mata sedang tertuju pada mereka.

Ketegangan menggelayut begitu kentara di ruang udara kantin tersebut. Tiba-tiba, Nara bangkit. "Saya sudah kenyang, permisi," ucapnya dengan nada yang terpotong ketegangan. Seolah setiap kata yang diucapkan menari di udara.

"Naraaa... habiskan makananmu," suara Gala mendominasi ruang, menusuk telinga.

"Maaf, Prof, saya sudah kenyang," tolak Nara dengan nada yang mengandung setitik amarah dan frustasi, sebelum dia bergegas melangkah keluar, mencoba melarikan diri dari sengatan tatapan yang terlalu berat untuk ditahan. 

"Naraaa..." suara Gala meraung untuk kedua kalinya, namun kali ini hanya menyisakan gema dalam kesunyian, karena Nara tak menggubris, meninggalkan kegaduhan hatinya yang terusik di balik deraian langkah-langkah menjauh.

"Sial, kenapa dia bertindak seenaknya, di hadapan Kak Edo dan teman-temanku? Apa maksudnya?dan apa kata mereka?" Keluh Nara dalam hati. Langkah Nara cepat menjauh, namun Sasa dengan sigap mengejarnya. 

"Naa... tunggu!" teriak Sasa. "Kamu,  seharusnya tak bersikap seperti itu kepada Prof Gala. Bagaimanapun, dia itu suamimu," kata Sasa seraya mengatur nafasnya. Nara tiba-tiba menghentikan langkahnya dan membekap mulut Sasa dengan tangan. 

"Ih, bisa tidak, Sa, jangan bahas statusku dengan dosen itu di kampus. Bagaimana jika orang lain mendengar?" bisik Nara dengan nada khawatir yang tercampur amarah.

"Ups... maaf," Sasa mengangkat bahu, tersenyum canggung sambil menutup mulutnya sendiri.

Jam kuliah berakhir, Gala menunggu Nara di parkiran. Namun kali ini Nara tak ingin pulang bersama Gala, Nara memilih pulang diantar Sasa.

"Kamu dimana?" tanya Gala disambungan telfonnya.

"Prof tak perlu menungguku, aku sudah pulang bersama Sasa," jawab Nara.

Gala menghela nafas, pria dewasa itu benar benar kuwalahan mengatur istrinya.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!