Pernikahan seharusnya menjadi momen yang paling membahagiakan dan ditunggu oleh pasangan yang saling mencintai. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Noami dan Gilang.
Pasalnya, pernikahan mereka terjadi secara mendadak dan tak mengenakkan akibat kesalahpahaman warga yang mendapati mereka berada di dalam rumah kontrakan Naomi dalam kondisi yang cukup intim.
Warga yang mengira kalau Naomi dan Gilang sudah melakukan tindakan tercela yang mencoreng nama baik desa mereka, memaksa mereka menikah saat itu juga. Tidak punya pilihan, Gilang dan Naomi terpaksa menuruti keinginan warga demi menyelamatkan naman baik mereka sebagai pendatang di sana.
“Meski kita sudah menikah, tapi kamu tidak boleh menuntut hak apapun kepadaku!” Kata Gilang setelah tak lama mereka menjadi pasangan suami istri.
Begitu banyak kesepakatan menyakitkan yang dibuat oleh Gilang ditambah sikap Gilang yang sering mengacuhkannya setelah mereka menikah, membuat Naomi merasa pernikahan yang dijalaninya hanya membuatnya terluka.
Apakah Naomi mampu bertahan dengan pernikahan yang hanya membuat luka untuk dirinya meski sebenarnya tanpa diketahui oleh Gilang jika Naomi sudah mencintai Gilang sejak lama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PML 12 - Jangan Mengabaikannya
“Naomi, apa sekarang kamu tidak berniat untuk membuat Gilang jatuh cinta kepadamu?” Tanya Debby hati-hati.
Tatapan mata Naomi menyipit menatap wajah Debby. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” Tanya Naomi balik.
Debby tersenyum kaku. “Aku pikir sampai sekarang kamu masih mencintai Gilang. Meski dulu Gilang pernah menolak mentah-mentah rasa cintamu padanya, tapi sekarang mungkin sudah berbeda jika kamu mau berusaha untuk membuatnya cinta kepada kamu karena kalian sudah menikah.”
“Sembarangan bicara. Sudah aku katakan berulang kali kepada kamu, aku sudah tak lagi mencintainya, Debby. Perasaanku padanya sudah hilang sejak dia mempermalukan aku di depan teman-temannya saat itu!” Tegas Naomi.
“Benarkah?” Debby rasanya tak percaya meski sudah berulang kali Naomi meyakinkan dirinya.
Naomi pun mengangguk. “Aku harap kamu jangan berbicara sembarang seperti tadi lagi. Aku gak mau sampai Gilang berpikir kalau aku masih mencintainya!”
“Tapi apa salahnya? Kamu dan Gilang sudah menikah. Sudah sewajarnya kamu mencintai suami kamu sendiri!” Sahut Debby cepat.
Naomi menghela napas dalam. “Aku sudah tidak ingin menjatuhkan harga diriku di depannya lagi, Debby. Kurahap kamu mengerti.”
Debby meraih tangan Naomi dan menggenggamnya lembut. “Maaf kalau aku jadi terkesan tidak peduli dengan perasaanmu.”
Wajah Naomi yang tadinya kurang bersahabat sudah kembali ceria. “Sudahlah, tak usah membahasnya lagi. Sekarang lebih baik kamu jawab pertanyaanku, buat apa kamu datang ke sini? Jangan bilang kalau kamu mengikutiku?” Tuduh Naomi.
“Sembarangan! Siapa juga yang mengikutimu. Aku datang ke sini untuk membeli kopi pesanan kakak. Bukan karena hal lain. Tidak disangka kalau kamu lagi di sini juga!”
Naomi mengangguk-anggukkan kepalanya. “Ya sudah, kalau begitu pergilah dari sini sebelum kakakmu memarahimu!” Kata Naomi.
“Kamu mengusirku?” Kedua bola mata Debby melotot menatap Naomi.
“Tidak begitu. Aku cuma menyuruhmu pergi saja!” Koreksi Naomi.
“Alah, itu sama saja. Kau ini bagaimana!” Debby nampak kesal.
Naomi terkekeh melihat Debby yang sedang kesal padanya saat ini. Rasanya moodnya yang tadi buruk sudah kembali membaik karena kehadiran Debby saat ini.
Di sisi lain, Gilang terlihat sedang berkumpul dengan kedua sahabatnya di sebuah coffe shop. Setelah menghabiskan waktu dengan bermain basket bersama tadi, ketiganya memilih untuk nongkrong dulu sebelum pulang.
“Kamu gak kasihan ninggalin Naomi sendirian di rumah terus setiap malam?” Tanya Varel.
Gilang terdiam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Gimanapun juga sekarang Naomi sudah menjadi istri kamu, Gilang. Kasihan dia kalau terus kamu tinggalin sendirian di rumah setiap malam. Kalau terjadi apa-apa kepadanya bagaimana?” Sambung Varel. Dia sedikit menaruh rasa kasihan pada Naomi yang selalu diabaikan oleh sahabat baiknya itu.
“Apa yang dikatakan Varel benar. Kasihan Naomi terus kamu tinggal sendiri di rumah. Setidaknya sesekali kamu menemaninya di rumah.” Sahut Kala.
Gilang menatap tajam kedua sahabatnya secara bergantian. “Kalau kalian peduli padanya, kenapa tidak kalian saja yang menemaninya di rumah?” Tanya Gilang.
Kedua bola mata Varel melotot. Pun dengan Kala.
“Kamu beneran bertanya begitu sama kami, Gilang?” Tanya Varel memastikan.
Lidah Gilang berdecak. “Karena kalian suka sekali mencampuri urusanku. Makanya aku tanya begitu!”
“Kami tidak mencampuri urusan kamu. Kami hanya peduli padamu. Jangan sampai kamu menyesal mengabaikan Naomi yang sekarang sudah menjadi istrimu. Cukup kamu mengacuhkannya saat kita masih kuliah dulu karena dia menaruh perasaan padamu.” Balas Varel.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya. Terima kasih🌺
Gilang marah tidak ya Naomi pulang ke rumah mamanya untuk menemui kak Nadira tidak mengajaknya