Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.
Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.
Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.
ikuti kisah selanjutnya yuk!
🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memakai milik mu
Ditinggal Lucky sendirian, Sri duduk termenung di tepi ranjang. Kata-kata Amira dan Lisa masih memenuhi otaknya. Dia harus mengatur langkah kedepannya agar tidak ada lagi yang bisa menghinanya.
Tapi bagaimana caranya? Masih terlalu dini untuk merencanakan sesuatu. Sri masih buta di kata besar ini. Apa ia harus meminta pada Lucky untuk memberinya pekerjaan di kantornya?
"Aahh.. lah wong tadi aku di hina cuma jadi benalu. Mana mungkin aku minta Mas Lucky untuk kerja. Yang ada pasti mereka makin menghina aku"
Sri bergumam sendirian. Memikirkan bagaimana caranya agar bisa mendapat pekerjaan. Kenalan tidak punya. link untuk menuju ke berbagai perusahaan pun tidak ada.
"Ah.. bodoh banget toh aku Iki... Kan iso (bisa) cari di internet. Laptop! ya laptop. Hmm.. sesok (besok) aku mulai nggolek (cari) lah. Bodoh kok aku Iki Yo"
Sri mendongakkan kepalanya dan tersenyum sendiri. Merasa mendapat ide bagus. Akan memulai menyebar lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan.
"Wong tuwo ku Ndak miskin. Aku Ndak jelek-jelek banget. Aku punya sekolah. Aku harus bisa!"
Sri mengepalkan tangannya membentuk tinju dan mengacungkan keatas. Menyalurkan semangat keseluruh penjuru dirinya. Jangan pernah putus asa hanya karena masalah sepele. Tersenyum puas atas semangat barunya.
Sri segera beranjak ke kamar mandi. Membersihkan diri dulu. Tubuhnya sudah terasa lengket. Selesai mandi, kembali Sri merasa bingung. Pakaiannya tadi sudah kotor. Tapi dia tidak bawa pakaian ganti. Terus, mau pakai baju apa?
Sri melihat ada tiga pintu yang lengket ke dinding. Merasa penasaran, Sri membukanya. Ternyata itu lemari pakaian Lucky. Sri memperhatikan seluruh isi lemari pakaian itu. Tak satupun di temukan pakaian yang cocok untuknya.
Tubuh Lucky tinggi dan besar. Pastilah pakaiannya berukuran besar. Sementara tubuh Sri lebih kecil lagi. Kebanyakan baju kemeja berlengan panjang. Jangankan baju, dala man juga Sri tidak bawa.
Sri memeriksa satu persatu. Membuka laci dan menemukan pakaian da lam Lucky. Sri mengambil satu lalu merentangkannya. Wajahnya langsung bersemu merah begitu melihat ukuran dala man Lucky. Melipat lagi lalu meletakkan di tempat semula sambil terkikik geli.
Sri ragu-ragu. Antara ingin memakainya, atau tidak. Tapi Sri sangat risih kalau tidak pakai da laman bukan? Mau memakai miliknya sendiri tapi sudah kotor. Sri tidak mau. Tidak biasa memakai lagi yang sudah terlanjur di lepas. Tapi untuk memakai milik Lucky, itu sangat keterlaluan.
Akhirnya Sri hanya memakai t-shirt milik Lucky. Mencoba berdamai dengan keadaan. Naik ketempat tidur dan bersembunyi di bawah selimut. Hanya memakai kaos oblong yang kebesaran.
Mencoba memejamkan matanya agar bisa cepat terlelap. Tapi masih tidak bisa. Sri risih tidak pakai dala man.
"Aduh.. piye toh Iki (bagaimana sih ini)? ora iso turu aku (tidak bisa tidur aku)"
Sri mengeluh saking jengkelnya. Menoleh menatap lemari pakaian lagi. Meragu antara mengambil dan memakai, atau bertahan tersiksa tidak bisa tidur.
"Aahh.. mbok los la situ. Mas Lucky juga Ndak lihat kok. Dia kan Ndak turu neng kene (tidak tidur disini)"
Sri memutuskan beranjak ke lemari. Membukanya dan mengambil da laman milik Lucky. Menatap da laman itu dengan wajah merah padam. Tapi dari pada tidak bisa tidur, Sri terpaksa memakainya.
Begitu terpasang, yang pertama Sri rasakan adalah nyaman. Wajahnya merah. Otaknya jadi bertraveling liar. cepat-cepat Sri menoyor kepalanya sendiri.
"Otak mu sriiii... Sriii.. "
Sri berlari kecil ketempat tidur. Menghempaskan tubuhnya di ranjang empuk itu sambil tersenyum geli sendiri. Sekarang sudah aman. Dia bisa tidur dengan nyenyak. Meringkuk di bawah selimut tebal yang nyaman.
Ceklek!
Deg!!
Seketika mata Sri terbuka lebar. Mendelik tegang mendengar pintu kamar yang terbuka. Pelan-pelan menoleh ke sebelah kirinya. Tampak Lucky berdiri di ambang pintu. Sri langsung bangkit terduduk di tempat tidur. Sangat merasa kaget dan ngeri mengapa Lucky datang lagi ke kamar ini.
"Mase!"
Suara Sri tercekat di tenggorokan. Mendelik gusar dan gugup. Menarik selimut menutupi sampai ke lehernya.
"Kamu belum tidur?" tanya Lucky. Agak sedikit heran dengan sikap Sri yang tampak sangat gugup.
"Su- sudah.. eh.. masih mau. Aduuh.. Mak-maksudte.. mau tidur mas" jawab Sri gugup dengan wajah merah padam.
"Kamu kenapa?" tanya Lucky mengernyitkan keningnya. Heran melihat Sri yang wajahnya berubah-ubah. Merah dan pucat.
"Hehehhh.. Ndak apa-apa mas" jawab Sri cengengsan.
Lucky masuk. Di tangannya membawa bungkusan. Sri semakin tidak tenang. Takut kalau sampai tiba-tiba Lucky menarik selimut yang menutupi tubuhnya.
"Kamu bilang tadi lapar. Ini aku pesan nasi goreng. Ayo makan" ujar Lucky sambil menatap Sri menyelidik.
"Apa? nasi goreng?" Sri seperti orang linglung. Padahal sibuk memikirkan bagaimana caranya menolak agar Lucky cepat keluar.
"Iya, nasi goreng. Ayo keluar. Jangan makan di sini. Nanti bau" ujar Lucky semakin heran dengan gerak-gerik Sri.
"Anu Mase. Sri wes Ndak lapar lagi. Mase saja yang makan Yo" ujar Sri menolak.
Lucky diam saja. Merasa ada yang aneh. Sri terlihat gugup dan wajahnya tampak bersemu merah. Padahal Lucky tidak berbuat apa-apa. Hanya mengajaknya makan. Apa yang salah?
"Aku sudah beli. Sayang kalau tidak di makan" Lucky melangkah pelan mendekati Sri.
"Jangan mendekat!" seru Sri spontan.
Sontak saja Lucky menghentikan langkahnya. Semakin mengernyitkan dahinya. Kaget mendengar seruan Sri yang terlihat takut.
"Hey.. ada apa? aku hanya mengajak mu makan" ujar Lucky merentangkan tangannya. Merasa tidak mengerti dengan penolakan Sri.
Sri semakin panik saja. tidak tahu bagaimana caranya menolak pria ini dan agar dia segera keluar dari kamar. Sri sangat malu jika Lucky tahu apa yang di pakai Sri saat ini.
"Mase! jangan dekat. Mase keluar saja sana. Sri Ndak laper!" Sri sangat takut Lucky mendekat.
Bukannya keluar, Lucky malah semakin mendekat. Curiga ada apa di balik selimut yang menutupi tubuh Sri. Dengan gerak secepat kilat, Lucky menarik selimut dari tubuh Sri.
Sreett!!
"Aaaaa..."
Sri menjerit panik. Menutupi dadanya dengan menyilangkan tangannya. Saking kuatnya Sri menghentak kebelakang mempertahankan selimut yang di pegangnya, membuat tubuhnya menghentak kebelakang. Terjengkang telentang. Maksud hati ingin menutupi dadanya, reflek Sri mengangkat kedua kakinya dan menekuk sampai menutupi perut dan dada.
Tapi naas. Karena hanya memakai kaos oblong yang longgar, membuat kaos itu tersingkap keatas. Mempertontonkan kaki jenjangnya sampai ke pinggul. Terpampanglah apa yang seharusnya di tutupi Sri. Da laman Lucky!!
Lucky mendelik kaget. Tadi dia melihat Sri memakai kaosnya. Lucky berpikir Sri hanya malu dia mengetahui gadis ini memakai kaos oblongnya. Tapi siapa sangka kalau Sri juga memakai da lamannya sekaligus. Itu membuat Lucky terperangah kaget.
Sri sangat ketakutan. Cepat bangkit lagi membenahi kaosnya yang tersingkap. Wajahnya merah padam. Malunya setengah mati. Tapi sekaligus takut Lucky akan marah padanya karena tahu kalau Sri memakai da lamannya juga.
Sri beringsut ke pojok tempat tidur. Menarik kaos yang dipakainya sampai ke lutut. Menutupi apa yang seharusnya tak di lihat Lucky tadi. Menatap Lucky nanar. Sangat ketakutan sekaligus malu.
"ppphhpp... phhpp.. haha.. hahhaaaahhhhaaa..."
Bukannya marah, Lucky malah tertawa terbahak-bahak. Sangat lucu melihat Sri ketahuan memakai da lamannya. Entah apa yang di pikirkan gadis itu sampai mau memakai da lamannya.
Lucky luruh ke lantai. Memegangi perutnya yang terasa kram saking kuatnya dia tergelak terbahak-bahak. Sampai matanya berair saking gelinya.
Wajah Sri sudah seperti kepiting rebus. Malu yang akan di bawa sampai mati! Kejadian ini membuatnya ingin pingsan saat ini juga. Ingin menyembunyikan wajahnya di palung bawah laut yang terdalam, agar ia tidak akan melihat mata Lucky yang akan mengejeknya akibat kejadian ini.
"Hahaaa.. hhhahhhh... aduuhh.. perut ku sakit"
Lucky bangkit meraba sisi tempat tidur. ngos-ngosan akibat tawa yang masih belum berhenti. Melihat Sri yang meliriknya sambil menunduk malu.
Lucky berdiri. Memegangi perutnya masih sesekali terkikik geli. Mendekati Sri yang semakin beringsut mundur. Duduk di samping Sri yang kini menyembunyikan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan saking malunya.
"Jadi ini yang buat kamu tidak lapar?" tanya Lucky menggoda Sri.
"Ojo ngono Mase!" jerit Sri di balik tangannya yang tertutup rapat.
"Hahaaa.. nyaman kan?"
"😰😖"