Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak penting
"Jangan terlalu dipikirkan apa yang dikatakan Ibu Suri Agung!" Kaisar memperingati Jian Ying setelah mereka berdua keluar dari kediaman Ibu Suri Agung.
"Tenang saja Kaisar. Aku juga tidak berniat memiliki seorang anak dengan mu. Biarlah Selir Li Mei yang memberimu keturunan" Jian Ying tampak lebih berani saat ini.
Jleb...
Jawaban Jian Ying bagaikan pisau yang menancap tepat di dalam hati Kaisar. Entah kenapa penolakan Jian Ying itu membuat dirinya tak nyaman.
"Apa maksudmu? Bukankah memberikan keturunan adalah kewajiban seorang Permaisuri?"
"Itu kalau Kaisar menginginkannya. Bukannya dari dulu Kaisar sendiri yang tidak mau? Jadi untuk apa? Lagipula aku juga sedang menunggu mu membebaskan ku dan keluarga ku!"
Tangan Kaisar semakin mengepal ringan kuat di belakang tubuhnya. Dia tak menyangka jika Permaisuri selalu mengejarnya, kini justru menolaknya secara terang-terangan.
"Tampaknya kau benar-benar ingin segera lepas dariku? Jadi kata-kata manismu yang selalu mengatakan kalau kau mencintaiku itu sepertinya hanya bualan sementara!"
"Semua itu bukan bualan, aku memang mencintaimu Kaisar, tapi itu dulu. Sekarang aku tidak mau lagi mengejar cinta seseorang yang tidak menginginkan ku. Membuang-buang waktu ku saja!"
Kaisar di buat melotot oleh ucapan Jian Ying yang seakan menganggapnya sebagai orang yang tak penting lagi.
"Kau!!" Kaisar menunjuk wajah Jian Ying dengan geram.
"Maaf Kaisar, aku harus pergi sekarang karena ada hal lebih penting yang harus aku urus. Permisi!" Jian Ying memberikan hormat pada suaminya sebelum dia meninggalkan pria itu dalam keadaan geram.
"Lebih penting katanya?" Gigi rapi milik Kaisar menggeretak dengan kuat.
Hari ini Jian Ying mulai mengurus lembaga pemberdayaan wanita itu. Meski dengan amat sangat berat hati, namun Jian Ying berpikir dengan cara ini dia bisa menunjukkan kalau dia bukan hanya wanita bodoh yang gila akan cinta.
🌺🌺🌺🌺🌺
Kini lembaga itu pun telah berjalan beberapa waktu dan menunjukkan kemajuan yang cukup pesat. Banyak para wanita yang mulai tertarik masuk ke dalam lembaga yang lebih patut di sebut sebagai tempat belajar para wanita.
Keberadaan Jian Ying di sana ternyata bisa menarik wanita-wanita di seluruh kerajaan untuk datang dan mulai bergabung di sana.
Mereka ingin melihat lebih dekat Permaisuri mereka yang katanya sombong dan angkuh. Tapi yang mereka dapat ternyata seorang wanita cantik, sederhana dan begitu rendah hati.
Sikap Jian Ying yang ramah dan turun tangan sendiri dalam memberikan pengarahan serta mengajarkan cara membaca, menulis atau membuat kerajinan tangan ternyata di sukai oleh mereka semua.
Jumlah wanita dalam lembaga itu bahkan dua kali lebih banyak daripada tahun lalu saat di pimpin oleh Ibu Suri.
Semua itu karena Jian Ying menerapkan sistem saling membantu. Di mana hasil dari kerajinan seperti lukisan, anyaman, kain rajut, perhiasan dari giok dan yang lainnya lagi akan mereka jual untuk membantu wanita-wanita lain menunjang bakat mereka.
Dengan sistem itu, mereka yang kurang mampu menjadi lebih bersemangat dan tak mengurungkan niat mereka untuk menjadi wanita yang cerdas hanya karena keterbatasan mereka sebagai rakyat biasa.
Keberhasilan Jian Ying meneruskan lembaga yang didirikan Ibu Suri Agung itu telah menyebar luas. Baik Ibu Suri dan Ibu Suri Agung telah mendengar semuanya.
Saat berada di gedung yang dikhususkan untuk menampung para wanita itu, Jian Ying selalu memperlihatkan wajah cerianya, tak jarang dia bahkan sampai tertawa lepas karena teman-teman barunya.
Meski Jian Ying seorang Permaisuri di sana, tapi dia tak membatasi hubungannya dengan para wanita itu. Dia hanya ingin lebih dekat dan di anggap sebagai Jian Ying, bukan seorang Permaisuri yang tak di anggap.
"Permaisuri"
Kedatangan Li Mei bersama dayangnya yang bernama Yeyen menghentikan tawa Jian Ying.
"Selir Li Mei, apa yang membawamu kemari?"
Wanita-wanita yang sejak tadi bercanda bersama Jian Ying mulai menyingkir satu per satu. Tatapan merekapun menjadi aneh karena terlihat sinis pada Li Mei.
Mungkin pandangan mereka terhadap Jian Ying dan Li Mei telah berubah karena mereka sudah begitu dekat dengan Permaisuri akhir-akhir ini.
"Hamba hanya ingin menyapa Permaisuri saja karena tadi kebetulan saya lewat di depan. Tapi sepertinya Permaisuri tidak menyukai kedatangan saya ke sini"
Bibir Li Mei memang manis mengeluarkan kata demi kata itu, tapi Jian Ying bisa melihat sorot mata Li Mei yang menyiratkan ketidaksukaan di sana.
Padahal sejak dulu, yang Jian Ying tau Li Mei adalah Selir yang lemah lembut dengan segala kebaikannya. Tapi yang dia lihat saat ini seperti bukan Li Mei yang ia kenal selama ini.
"Tentu itu tidak benar. Lembaga ini di bangun Ibu Suri Agung untuk seluruh wanita di Kerajaan ini, tentu saja Selir Li Mei bisa kapan saja datang ke tempat ini, bukankah Seli Li Mei juga seorang wanita?"
"Sungguh mulia sekali hati Permaisuri Jian Ying" Ucap Li Mei agak seru hingga membuat semua orang yang ada di sana menatap ke arah mereka.
"Aku rasa Selir Li Mei agak berlebihan" Jian Ying tersenyum miring dengan pujian dari wanita yang dicintai oleh suaminya itu.
"Tidak ada yang berlebihan untuk memuji hal yang baik Permaisuri. Oh ya, bisakah kita bicara berdua?"
Shuwan yang sejak tadi juga ada di sana sudah menebak kalau Selir Li Mei pasti mempunyai niat tersendiri sampai datang menemui Jian Ying ke sana.
Tapi tatapan memicing dari Shuwan itu di balas delikan mata oleh Yeyen.
Shuwan yang merasa tak takut sedikitpun dengan intimidasi dari Yeyen, dia malah menjulurkan lidahnya untuk mengejek Yeyen.
"Baiklah, kita bicara di luar"
Shuwan dan Yeyen pun akhirnya berjalan mengikuti junjungannya masing-masing.
"Apa yang ingin Selir Li Mei bicarakan?"
"Begini Permaisuri, satu pekan lagi Kaisar akan pergi berperang. Seperti biasa, beliau akan berangkat dengan Prosesi pemakaian perisai di tubuhnya yang akan dipakaikan oleh Permaisuri, apakah kali ini Permaisuri juga akan memakaikannya lagi di tubuh Kaisar?"
Jian Ying tau apa maksud dari pertanyaan Li Mei itu. Pastinya Li Mei ingin sekali memasangkan perisai itu untuk Kaisar.
Sementara dalam aturan Kerajaan, yang wajib memakaikan perisai adalah Permaisuri. Begitu pun dengan pemakaian jubah saat Kaisar telah kembali dari perang.
"Apa Selir Li Mei berminat menggantikan ku?" Tanya Jian Ying begitu terus terang meski dia sudah tau maksud Li Mei tadi.
"B-bukan begitu maksud ku Permaisuri. Aku hanya ingin menanyakan itu padamu"
"Kalau seandainya Selir Li Mei menginginkannya, silahkan Selir pasangkan perisai itu di tubuh Kaisar" Ucap Permaisuri dengan begitu tenang tanpa ada rasan marah sedikitpun.
"A-apa Permaisuri, aku?"
tetap semangat dan terus berkarya /Determined/
tapi apapun itu, terimakasih untuk cerita yg indah dan sangat sarat makna..
bahagia mmg hrs diciptakan bukan diangankan saja
kayaknya bakal mirip bara bere nggak ya...???
hayo Lo... bakal dihajar lagi nggak tuh...udah hamilin anak kesayangannya...