Cassandra Magnolia Payton, seorang putri dari kerajaan Payton. Kerajaan di bagian utara atau di negeri Willems yang dikenal dengan kesuburan tanahnya dan kehebatan penyihirnya.
Cassandra, gadis berumur 16 tahun berparas cantik dengan rambut pirangnya yang diturunkan oleh sang ayahanda dan mata sapphiernya yang sejernih lautan. Gadis polos nan keras kepala dengan sejuta misteri.
Dimana kala itu, Cassandra hendak dijodohkan dengan putra mahkota dari kerajaan bagian Timur dan ditolak mentah-mentah olehnya karena ia ingin menikah dengan orang yang dicintainya dan memilih kabur dari penjagaan ketat kerajaan nya dengan menyamar menggunakan penampilan yang berbeda, lalu pergi ke kekerajaan seberang, untuk mencari pekerjaan dan bertemulah dengan Duke tampan yang dingin dan kejam.
Bagaimana perjalanan yang akan Cassandra lalui? Apakah ia akan terjebak selamanya dengan Duke tampan itu atau akan kembali ke kerajaan nya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon marriove, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB II. Kesalahan Hari Pertama
"APA?! Aku diterima?! ASTAGA, AKU BEGITU MENAKJUBKAN " ucap Cassandra dengan volume yang keras, seketika melupakan tata kramanya. Ia melompat kecil saking senangnya, dan tak lama Cassandra langsung ditegur oleh orang disebelah kamarnya.
" Hihi, waktunya untuk tidur nyenyak. Besok aku sudah mulai bekerja dan bertemu dengan Duke jelek itu"
...****************...
Pagi hari telah tiba, ini adalah hari yang ditunggu-tunggu olehnya. Cassandra mulai merapihkan pakaiannya dan bergegas pergi ke kediaman Hexton. Ia diberikan seluruh keperluannya saat bekerja dan diberikan peraturan bekerja untuk kedepannya. Setelah semuanya selesai, Cassandra pun duduk manis menunggu tugas pertamanya.
"Hei kau, Laviora. Buatkan kopi hitam untuk Duke Alaric, lalu antarkan ke kamarnya" titah dari pelayan senior, atau bisa dipanggil Seila. Wajahnya lumayan, tapi mimik wajahnya begitu tidak bersahabat.
"Baik, Sei. Aku akan menyiapkannya, serahkan kepadaku! " ucapnya percaya diri, dan segera membuatkan kopinya. Selesai membuat kopi hitam untuk sang Duke, Cassandra alias Laviora pergi ke kamar Duke Alaric. Tak lupa, ia mengetuk pintunya perlahan. Sudah berkali-kali Cassa ketuk, tetapi tak kunjung ada jawaban.
"Duh, mana sih Duke sialan itu. Lama sekali, dia tidak tahu apa kalau kopi ini lumayan panas huh! " gerutu Cassa tidak sabar.
Satu menit, dua menit, tak ada jawaban. Menit ketiga, Cassandra baru saja mendapat jawaban dari dalam kamar yang sunyi itu.
"Masuk" suara berat itu menyapa telinga Cassa, Cassandra dengan ogah-ogahan untuk masuk kekamar tersebut. Alangkah sudah masuk kekamar yang dipuja-puja sebagai Raja perang itu, dalam beberapa detik mata Cassandra melotot, mulutnya terperangah. Ia begitu terkejut! Bagaimana mungkin, Duke jelek itu berdiri didepan kamar mandi hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawahnya. Rambut hitam legamnya basah apalagi mata merahnya itu, membuat dia semakin tampan berkali-kali lipat.
*Pyarr
Cangkir kopi ditangan Cassa sudah tak berbentuk lagi, pecahan kaca itu mengenai kaki Cassa hingga kaki Cassa mengeluarkan setitik darah.
"Aduh, aduh. Kakiku berdarah, untung saja hanya sedikit. Sialan kau, cangkir jelek" umpat Cassa, lalu berjongkok ke arah kakinya. Rasanya ia ingin menangis, dulunya ia hanya lah Tuan Putri yang manja dan keras kepala. Lalu tiba tiba saja menjadi sok mandiri karena kabur dari perjodohan yang diajukan Ayahnya.
"Ayo, Cassa. Kamu pasti bisa! " itulah kata² yang selalu terucap dibenak Cassa. Ia tidak mau dianggap sebagai Tuan Putri yang lemah.
Cassa yang sibuk meniupi kakinya, tidak menyadari tatapan lelaki didepannya itu. Sangat tajam seperti tujuh belah pedang yang ingin menusuk Cassa. Kaki laki-laki itu perlahan maju, lalu ikut jongkok dan tangannya mengangkat dagu lawan dihadapannya. Mata hijau emerald yang indah bertemu dengan mata merah ruby yang tajam. Mereka saling bertatapan dengan waktu yang sedikit lama.
Seakan terhipnotis, mereka betah untuk saling menatap. Tidak kunjung untuk saling melepaskan tatapan mereka satu sama lain. Hembusan angin menerpa diantara mereka, burung yang berkicauan menjadi saksi dua pasangan berbeda jenis kelamin tersebut. Seakan sadar, Cassandra menyingkirkan dengan memukul tangan Duke Alaric agar tidak memegang dagunya lalu otomatis berdiri.
"Apa-apaan anda, Duke?! Jangan mendekat, tolong jaga batasan anda" ucap Cassa mundur, lalu menyilangkan tangannya didepan dadanya. Matanya menatap nyalang lelaki didepannya tanpa rasa takut, lupa bahwa dia sekarang hanyalah pelayan disini.
Alaric yang sadar pun ikut bangkit, menatap nyalang balik pelayan barunya itu kemudian tersenyum smirk. Sepertinya ia menemukan barang yang menarik di hidupnya, karena baru ini ada seseorang yang tidak takut dengannya.
"Hahaha, kau sangat lucu, Nona Pelayan. Baru pertama kali kau bekerja disini, tapi sudah berani membuat berbagai kesalahan. Pertama, memecahkan cangkir kopi yang akan diminum olehku. Kedua, mengumpat di depan seorang Duke. Ketiga, tidak memberi salam. Keempat, memukul tangan seorang Duke. Hukuman apa yang cocok untuk dirimu, Nona Pelayan? " tanya Alaric dengan wajah yang menggelap, tangannya bersendekap. Melihat reaksi gadis didepannya yang sedang panik, tak sadar bibirnya menyunggingkan senyuman yang begitu tipis.
"Sialan, aku lupa. Bagaimana ini?! Aku mempunyai banyak kesalahan di hari pertama, Ayah tolong Cassa hiks.. " Cassa berperang dengan pikirannya, begitu panik. Ia takut diberhentikan dari pekerjaan nya di hari pertamanya.
"Salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan Dewa melimpahkan berkah kepada Anda.
Tolong ampuni saya Duke, saya bersalah di hari pertama saya bekerja. Tapi, tolong jangan berhentikan saya menjadi pelayan anda, " pinta Cassa dengan menatap pria didepannya dengan sungguh-sungguh, tubuhnya menunduk 90°.
"Hmm, sebentar. Biarkan aku memikirkan hukuman yang cocok untuk gadis lancang sepertimu. Biasanya, aku akan langsung membunuh pelayan yang melakukan kesalahan, jadi apakah kau mau seperti mereka? " tanya Duke sambil tersenyum iblis, entah kenapa dia sangat senang menjahili gadis itu.
"A-apa?! Duke, tolong jangan seperti itu. Duke kan tampan, baik hati, tidak menyeramkan. Saya akan berjanji untuk berubah menjadi lebih baik, jikalau kinerja saya masih buruk anda bisa memberhentikan saya, tapi jangan bunuh saya" ucap Cassa dengan mata yang ingin menangis, berakting agar Duke jelek itu memaafkannya. Tapi Alaric hanya diam saja, bibirnya berkedut seakan ingin tertawa.
"Hahaha, astaga. Baiklah, kau aku maafkan kali ini. Tapi jangan diulangi! Besok aku akan memberimu hadiah. Sekarang, cepat bereskan kekacauan yang kau buat, lalu kembalilah nanti," setelah tertawa dengan kencang, wajah Duke itu seketika menjadi dingin lagi. Dia berbalik ke lemarinya dan ingin segera berpakaian.
"Berbaliklah, jangan melihatku saat sedang memakai baju! " titah sang Duke Kejam itu, Cassa hanya bisa menurut. Setelah semua pecahan itu terkumpul, Cassa bergegas keluar. Tetapi langsung dikejutkan oleh seorang lelaki yang cukup tampan dengan kacamatanya, anehnya mata lelaki didepannya itu seperti terkejut.
"Ah, Nona Pelayan. Perkenalkan saya Nathanio, tangan kanan dari Duke Alaric, " ucap Nathanio dengan senyum tipisnya. Begitu menawan! itulah yang ada didalam pikiran Cassandra, tetapi Atasannya lebih menakjubkan, pikirnya lagi.
"Astaga, kenapa aku bisa memikirkan Duke jelek itu" Cassandra menggelengkan kepalanya dengan cepat, membuat Nathanio bingung.
"Kenapa anda menggeleng seperti itu, Nona? "
"Ah tidak apa-apa, Tuan. Saya Laviora, senang bertemu anda. Tapi saya harus kembali ke dapur" setelah mengucapkan itu, belum ada jawaban Cassa langsung lari terbirit-birit.
Nathanio yang melihatnya terbengong, dan menghilangkan pikiran anehnya. Ia mengetok pintu kamar Alaric dan langsung masuk.
"Permisi, salam kepada Yang Mulia Duke, semoga langit dan Dewa melimpahkan berkah kepada Anda. " ucap Nathanio dengan menunduk 90° dan hanya dibalas deheman oleh Alaric.
"Hari ini aku ada jadwal apa, Nath?, " tanya Alaric sambil mengacingkan bajunya.
"Hari ini pukul 9, anda ada rapat dengan Marquess tentang persenjataan, " jawab Nathanio dengan penuh hormat. Setelah ini ia sangat ingin menanyakan yang sudah ia pendam sejak berada didepan pintu tadi.
"Oh, baiklah. Keluarlah, aku sedang tidak ingin diganggu. Datanglah setengah 9, dan siapkan keperluannya nanti" perintah Alaric kepada kanan tangannya itu.
"Baik, Yang Mulia. Saya ingin bertanya sesuatu, Duke. Apa boleh?, " tanya Nathanio perlahan, takut menyinggung dan takut kepalanya akan dipenggal.
"Hm, tanyakan saja"
"Apakah anda tadi tertawa karena Nona Laviora? " tanya Nathanio. Ya benar, itu adalah pertanyaan yang sangat ia ingin keluarkan dari mulutnya.
"Laviora siapa? " Alaric mengangkat satu alisnya, menatap tangan kanannya dengan penuh tanda tanya.
"Pelayan yang baru saja keluar dari kamar anda. Benarkah, Duke? Jangan-jangan anda jatuh cin.. " Nathanio menatap atasannya dengan tatapan menyelidik, sambil tersenyum jahil.
"Kau jangan mengarang hal yang aneh seperti itu! Hanya saja aku tadi kerasukan roh dan menjadi gila" balas Alaric cepat, tapi tidak memungkiri bahwa telinganya sedikit memerah.
"Anda gila, Duke?! Astaga, aku akan memanggilkan tabib yang terbaik saat ini juga"
"KELUAR KAU NATHANIO, KERJAKAN TUGAS DI PERPUSTAKAAN, DI RAK 65, " teriak Alaric dengan menggelegar.
"TIDAAAAAAAKKKK"
...— Bersambung —...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...