Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Tragedi Keluarga Zhang 3
Ternyata orang yang berada dalam gendongan itu adalah Zhang Anming, pemimpin keluarga Zhang.
Beberapa waktu lalu sebelum datangnya para penyerang ini, dia sedang berjalan memutari wilayah keluarga Zhang untuk sekedar berkeliling dan melihat-lihat keadaan. Wilayah keluarga Zhang memang terbilang cukup luas, pemukiman tempat tinggal para anggota keluarga itu luasnya kurang lebih seukuran sebuah desa besar.
Namun tiba-tiba terdengar suara teriakan disusul dengan suara beradunya senjata dari arah gerbang timur. Bergegas Zhang Anming langsung berlari ke tempat tersebut.
Ketika sampai disana, betapa terkejutnya dia melihat beberapa anggota keluarga yang hanya seorang warga biasa tergeletak tak bernyawa di depan rumah mereka. Tak jauh dari mereka terlihat beberapa orang pendekar keluarga Zhang yang sedang bertempur melawan orang-orang berpakaian hitam.
Merah wajah Zhang Anming saking marahnya. Sekali berkelebat dirinya sudah melompat masuk ke dalam gelanggang pertarungan dan ikut membantu para pendekar itu.
Sambil terus bertarung dia lalu memerintahkan salah satu pendekar yang berada di dekatnya. "Hei kau, panggil seluruh pendekar dan tetua kita kesini, dan perintahkan para pengawal elit untuk pergi melindungi istriku di rumah!! Juga evakuasi seluruh warga ke rumah pengungsian!!"
Zhang Anming memerintahkan untuk membawa seluruh pendekar ke tempat itu karena dia berpikir jika para musuh yang ia hadapi saat ini hanyalah pembukaan saja. Dia juga memiliki firasat bahwa seluruh penyerangan akan dipusatkan di gerbang timur keluarga Zhang, karena memang gerbang timurlah yang paling dekat dengan kediamannya.
"Baik Pemimpin." Orang itu segera menjura dan langsung pergi menjalankan perintah.
Lalu kembali Zhang Anming membalikkan tubuh menghadapi musuh-musuhnya.
"Hiaatt...!!" Teriak Zhang Anming disusul robohnya beberapa orang akibat hawa pukulannya yang dahsyat bukan main.
"Swiingg....swiiingg...." Terdengar angin bersiutan yang datang dari atas kepala Zhang Anming. Saat lelaki ini mendongakkan kepalanya, ternyata disana sudah ada seseorang bertopeng yang melayang hendak membacokkan pedang kearah ubun-ubunnya.
Segera Zhang Anming melompat kebelakang untuk menghindari bacokan itu, serangan itu gagal mengenai Zhang Anming dan menghantam tanah, akibatnya sungguh mengerikan, tanah yang terbacok pedang itu menjadi retak dan terbelah.
Zhang Anming terkejut dan bertanya-tanya siapakah gerangan orang bertopeng itu?
Baru saja Zhang Anming mampu berdiri tegak di atas tanah, kembali terdengar suara bersiutan namun kali ini datangnya dari sebelah kanannya. Kiranya orang yang menyerang dari kiri itu mengenakan jubah yang serba hitam sama seperti penyerang pertama dan menggunakan sabit panjang sebagai senjatanya.
Karena jarak yang terlalu dekat, Zhang Anming tak mampu mengelak lagi. Akan tetapi dia tidak mau dijadikan daging cincang oleh orang itu, segera ia mencabut pedangnya dan menangkis sabit itu disertai pengerahan tenaga dalam.
"trriingg....!!!"
Terlihat percikan bunga api berterbangan di udara akibat benturan dua senjata. Ketika pedang dan sabit itu bertemu, pergelangan tangan Zhang Anming tiba-tiba terasa sangat panas dan nyeri. Tahulah dia sekarang bahwa musuhnya ini bukan pendekar rendahan. Setelah itu Zhang Anming langsung membuang dirinya ke belakang untuk mengambil jarak.
"Siapa kalian!??" Tanya Zhang Anming sambil membentak melihat kedua orang itu bergantian.
Dua penyerang misterius itu sama-sama mengenakan topeng tapi dengan warna yang berbeda. Orang pertama yang bersenjatakan pedang memakai topeng warna putih dengan hiasan bulat kecil berwarna hitam di bawah mata kirinya, sedangkan orang kedua yang bersenjatakan sabit memakai topeng warna merah gelap.
Kedua orang ini memakai topeng dengan bentuk wajah manusia namun datar tanpa ada bentuk hidung dan mulut, yang ada hanyalah lubang di kedua mata yang berfungsi agar pemakainya bisa melihat.
Mendengar pertanyaan Zhang Anming, orang pertama hanya mendengus dan orang kedua hanya terkekeh. Kemudian si topeng merah tiba-tiba bersiul dan munculah ratusan orang yang seketika langsung mengurung tempat itu. Mereka berniat untuk mengeroyok Zhang Anming dan membunuh kepala keluarga Zhang Itu di tempat ini.
Benar dugaan Zhang Anming, serangan tadi hanyalah pembuka dan melihat betapa banyaknya jumlah musuh saat ini, dia yakin kalau memang penyerangan akan difokuskan di wilayah timur yang menjadi tempat kediamannya.
Akan tetapi bertepatan dengan munculnya ratusan orang itu, dari arah sebaliknya muncul pula para pendekar keluarga Zhang yang tak kalah banyaknya dengan para penyerang itu.
"Lindungi keluarga Zhang!!!" Teriak salah satu tetua yang ikut pula dalam rombongan.
Akhirnya bentrokan pun tak dapat dihindari lagi antara keluarga Zhang dan orang-orang tak dikenal itu. Saat itu gerbang timur keluarga Zhang berubah menjadi medan pertempuran yang penuh dengan bau amis darah dan teriakan menyanyat hati.
*******
"Trang-trang-tingg!!" Terlihat berkelebatan tiga bayangan yang saling bertubrukan. Mereka ini bukan lain adalah dua orang bertopeng misterius tadi melawan Zhang Anming.
Karena memang kepandaian silat tiga orang itu sudah amat tinggi, sehingga pertarungan mereka hanya terlihat seperti tiga bayangan yang saling bertumbukan.
"Tring!! ouch!" Pedang di tangan si topeng putih terlepas dari genggaman akibat tendangan kaki kanan Zhang Anming yang mengarah tepat pergelangan tangannya.
Zhang Anming hendak melanjutkan serangannya dengan cara menebaskan pedangnya ke arah leher topeng putih itu.
Tapi sebelum pedang itu mengenai leher, dari arah kiri terlihat sebuah sabit yang hendak memotong tangan kanannya yang memegang pedang. Zhang Anming mendengus dan segera menarik tangannya kembali.
"Hiaatt...!! Haaa!!" Karena tebasan sabitnya melesat, si topeng merah lalu membelokkan arah tebasan sabit itu menuju kaki Zhang Anming.
Zhang Anming langsung bergerak cepat melompat kebelakang sambil memutar tubuhnya. Ia berhasil mendarat kembali ke tanah dalam posisi kuda-kuda sempurna.
Segera topeng putih mengambil pedangnya dan kembali mengeroyok Zhang Anming bersama topeng merah. Pertarungan sengit kembali terjadi, mereka bertiga bertarung hingga ratusan jurus banyaknya namun belum terlihat siapa yang akan kalah.
Setelah beberapa menit Zhang Anming dan dua orang itu beradu ilmu, akhirnya Zhang Anming mulai terdesak hebat oleh terjangan sabit dan pedang musuhnya. Memang Zhang Anming seorang pendekar yang kuat, tapi karena dia dikeroyok oleh dua orang yang tak kalah kuatnya tentu saja lambat laun dia akan kerepotan juga.
Saat pertarungan mencapai jurus yang ke seratus lima puluh, sabit di tangan topeng merah berhasil melukai pundak dan pedang di tangan topeng putih berhasil merobek perut Zhang Anming.
"Crraaass!!"
"Pemimpin...!!" Teriak salah satu tetua yang melihat keadaan Tuannya.
Sebenarnya jumlah antara para penyerang dan pendekar keluarga Zhang bisa dibilang sama, namun kepandaian perorangan dari setiap pendekar, keluarga Zhang kalah setingkat. Sehingga para pendekar keluarga Zhang berhasil didesak oleh para musuh tersebut.
"Uhukk....uhukk..." Zhang Anming muntah darah karena saking parahnya luka yang diterimanya. Darah mengalir deras dari pundak dan perutnya membuat ia menjadi lemas dan kehilangan tenaga.
Tetua tadi yang melihat hal itu langsung berlari menghampiri Tuannya dan menggendongnya, setelah itu dia berteriak kepada rekan-rekannya "Semuanya mundur...!! Pemimpin telah terluka...!!"
Para pendekar keluarga Zhang terkejut mendengar hal itu dan spontan mereka langsung menolehkan kepala untuk memastikan kebenaran ucapan tersebut.
Disitu terlihat Tuan mereka sudah dalam keadaan yang sangat payah, wajahnya pucat serta perut dan pundaknya sudah menganga lebar mengeluarkan darah. Serentak mereka lalu merapatkan diri satu sama lain untuk membuat formasi bertahan sambil terus berjalan mundur secara perlahan.
Itulah yang terjadi hingga membuat pemimpin keluarga Zhang yang terkenal kuat bisa sampai terluka parah seperti itu.
"Ayaaahh....!!" Teriak Zhang Qiaofeng disertai tangisan sambil menghampiri ayahnya dan memeluknya.
"Ayahh....huhu...." Gadis ini menangis sesenggukan di dada ayahnya.
Zhang Anming tak mampu membalas pelukan putrinya karena dirinya sudah terlalu lemas dan lelah. Dia hanya bisa menggerakkan bola matanya untuk melihat keadaan sekitar.
Kemudian tiba-tiba matanya membulat sempurna menunjukkan ekspresi kekagetan yang luar biasa, dia melihat betapa istrinya sudah terduduk lemas dalam keadaan tak bernyawa.
"An'er...?"
"Huhu....maafkan aku ayah...ibu sudah...huaaaa!!" Tangis Zhang Qiaofeng semakin kencang mengingat keadaan ibunya.
"Ssstt...jangan menangis feng'er, maaf saja tapi....ayahmu ini sebentar lagi akan menyusul ibumu..."
"Jangan....jangan pergi ayahh!!" Semakin kencang tangis Zhang Qiaofeng ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut ayahnya itu.
Zhang Anming hanya tersenyum tipis tetapi ia tidka membalas ucapan putrinya, malah dia mengalihkan pandangannya kearah Lin Tian dan berkata.
"Lin Tian....jagalah putriku." Ucapnya singkat sebelum nafasnya berhenti untuk selamanya, Zhang Anming telah meninggal.
"Ayah....ayah...bangun ayahh!! Ayaahhh!!!" Tangis Zhang Qiaofeng semakin menjadi-jadi setelah menyadari ternyata ayahnya telah pergi menyusul ibunya.
Zhang Qiaofeng sama sekali tidak pernah menyangka bahwa dia akan menyaksikan kepergian dua sosok orang tua dalam waktu yang sama dan dalam keadaan mengenaskan seperti itu.
Semua orang yang berada di tempat itu termasuk Lin Tian dan Zhang Jun hanya bisa menangis tanpa bisa melakukan apa-apa.
*******
"Hahahaha....!! Hanya beginikah kekuatan kalian orang-orang Zhang!??" Tanya si topeng merah merendahkan saat dia dan rombongannya sudah sampai di halaman depan kediaman Zhang Anming.
Rombongan para penyerang masih tersisa sekitar seratus orang sedangkan dipihak keluarga Zhang hanya tersisa kurang lebih lima puluh orang.
Para pendekar keluarga Zhang sudah berdiri berjajar membuat pagar manusia di depan pintu kediaman Zhang Anming, karena pemimpin mereka baru saja tewas maka sekarang ini kepemimpinan pasukan diambil alih oleh Zhang Jun, seorang tetua yang paling dihormati seluruh keluarga Zhang.
"Siapa dan mau apa kalian mengacau keluarga Zhang kami?? kami tak ingat pernah berhubungan apalagi menyinggung keberadaan kalian berdua." Ucapan Zhang Jun disertai pengerahan tenaga dalam sehingga suaranya menggema terdengar oleh semua orang yang berada di situ.
"Heheh...memang kalian tak pernah sekalipun menyinggung kami, namun karena ambisi besar kami, keluarga Zhang harus punah hari ini!!! Serang...!!" Kata si topeng merah yang juga menggunakan pengerahan tenaga dalam untuk memamerkan kehebatannya.
"Cih...Seraaang!!" Zhang Jun memerintahkan pasukannya.
Kembali pertempuran mati-matian terjadi. Tapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada keluarga Zhang saat ini, karena para pasukan sudah banyak yang terluka dalam pertempuaran di gerbang timur sebelumnya, sehingga sebentar saja mereka sudah terdesak dan terbantai satu persatu.
Begitupun dengan Zhang Jun, kakek ini gugur dalam pertempuran dalam keadaan kepala yang sudah terpisah dari tubuhnya.
Tak hanya sampai disitu, ternyata si topeng putih sudah memiliki banyak sekali informasi tentang keluarga Zhang, dan karenanya dia juga mengetahui persis dimana rumah pengungsian berada.
Rombongan itu lalu berangkat ke rumah pengungsian dan membantai setiap orang di sana tanpa pandang bulu, baik laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa, tua dan muda semua terbunuh oleh para pendekar hitam yang dipimpin dua pendekar bertopeng itu.
Siang hari itu keluarga Zhang hancur lebur tak menyisakan satupun manusia di dalamnya, yang ada hanyalah bangkai-bangkai manusia yang dibiarkan seenaknya tanpa ada orang yang mau menguburnya.
|•BERSAMBUNG•|