Jerat Dendam Sang Mafia

Selamat membaca ...

...****************...

Davina yang ketakutan saat melihat Deva melangkahkan kaki ke arah dirinya, sambil menatap dengan tatapan yang sangat tajam. Davina menggelengkan kepalanya sambil meneteskan lelehan bening di pelupuk matanya, tanda ia berusaha menahan Deva agar tidak melakukan tindakan bodoh seperti sebelumnya.

“Kenapa kau menangis? Apa kau merasa takut?” tanya Deva sambil menampilkan senyum smirk nya.

“Deva, maafkan aku. Tolong jangan lakukan apapun, anak mu masih selamat dalam rahim ku,” pinta Davina dengan lirih, memohon agar Deva mau memaafkan dirinya.

“Sekarang kau berani menggunakan bayi itu sebagai alasan agar aku memaafkan mu? Cih! kau sangat menjijikan,” ucap Deva mendesis dengan menekan akhir kalimatnya.

“Akhh, Dev!” ringis Davina saat tangan kekar dan kokoh milik Deva mencekik lehernya, hingga wajah Davina mulai memerah dan terbatuk-batuk. Deva yang melihat hal itu, teringat bayi yang ada dalam kandungan Davina, hingga ia melepaskan tangannya yang mencekik leher istrinya tersebut.

“Jaga anakku dengan baik,” ucap Deva tegas. Namun, Davina hanya diam tak menanggapi ucapan suaminya tersebut.

“Apa kau tidak mendengar ku?” tanya Deva kesal sambil menatap Davina dengan tajam.

“Dengan alasan apa aku tidak mendengarkan mu, bukankah setiap ucapan mu adalah perintah yang mutlak tanpa bantahan,” jawab Davina sarkas, sambil menatap Deva dengan tatapan dingin.

Saat Deva hendak bangkit dari samping Davina, tiba-tiba kepalanya terasa pusing dan berdenyut, membuat pria kejam itu meringis kesakitan. Davina yang melihat Deva meringis hanya menatap heran tanpa berencana untuk bertanya, apalagi untuk menolong pria itu, sungguh Davina tidak sudi.

“Erika,” ringis Deva sambil menyebut nama sang adik, yang mana hal itu membuat Davina langsung menoleh ke arah suaminya.

“Dev, ada apa dengan dirimu?” tanya Davina yang penasaran tentang adiknya tersebut.

“Erika,” gumam Deva kembali. Bahkan kini pria kejam itu sudah meneteskan air matanya.

Merasakan sakit di bagian kepalanya, membuat Deva tak sadarkan diri di samping Davina. Ya, Deva terbaring di samping Davina dengan wajah tampannya yang sudah pucat, membuat Davina penasaran dengan apa yang terjadi pada suaminya.

“Dev, Deva! Bangun! Ada apa dengan dirimu. Kau ini semakin merepotkan aku, membuat masalah dalam hidupku, dan sekarang kau malah menampilkan sisi lemah mu di hadapan ku. Kau ada pria bodoh yang pernah aku temui,” gerutu Davina yang tidak berencana menolong Deva sedikit pun.

Deva memang sering pingsan jika terkena depresi ringan setelah kematian sang adik, Erika. Kali ini Deva tak sadarkan diri setelah jiwanya terguncang, saat mendengar calon anaknya akan di bunuh oleh ibunya sendiri.

Flashback on ...

“Kakak, apa aku boleh mengenalkan seseorang padamu?” tanya seorang wanita cantik pad sang kakak.

“Erika, adik kakak ternyata sudah besar, hum,” ucap Deva sambil mengecup puncak kepala sang adik.

“Haiss, bukan aku yang sudah besar, tapi kakak yang sudah tua. Katakan jika kau akan merestui hubungan kami,” ucap Erika meminta agar sang kakak menerima pria pilihannya, pria yang sangat ia cintai.

“Kakak akan selalu mendukung keputusan tuan putriku ini. Bawa pria itu kehadapan ku,” ucap Deva dengan nada perintah.

“Baik kak, tapi kakak jangan galak-galak ya. dia pria yang sangat baik, aku belum pernah mengatakan tentang dia pada siapapun, kecuali pada kakak,” ucap Erika dengan sangat antusias.

“Ya, kakak akan melakukan hal yang seharusnya kakak lakukan. Kakak tidak mau kau bergaul dengan pria tidak jelas,” ucap Deva tegas tanpa membuat Erika ketakutan.

...----------------...

Beberapa hari kemudian, setelah Erika mengungkapkan keinginannya. Wanita itu tak lagi membahas pria yang akan ia kenalkan pada Deva. Erika malah terlihat menghindari sang kakak dengan wajah murungnya.

Namun, hal itu sangat jelas di pandangan Deva, membuat pria dewasa itu tak tahan untuk bertanya apa masalah sang adik sebenarnya. Akhirnya Deva mengajak Erika untuk berbincang setelah makan malam di balkon kamar wanita tersebut.

“Katakan padaku, ada apa sebenarnya dengan dirimu?” tanya Deva sambil menatap Erika dengan penuh selidik, tapi Erika hanya menundukkan kepalanya, tak berani menatap sang kakak.

“Erika, cepat katakan padaku. apa ada orang yang menyakiti dirimu?” tanya Deva dengan sedikit meninggikan volume suaranya, membuat wanita itu tersentak kaget dan menoleh ke arah Deva, dengan mata yang berkaca-kaca, karena menahan cairan bening di pelupuk matanya.

“Dia meninggalkan aku kak, dia mengkhianati ku,” ucap Erika yang pecah tangisannya, wanita itu langsung memeluk sang kakak dengan sangat erat.

Degg!

Jantung Deva seolah berhenti berdegup, saat mendengar adik yang sangat ia sayangi di khianati oleh pria lain.

“Katakan padaku, kenapa dia meninggalkan mu?” tanya Deva datar dengan pandangan yang lurus ke depan. Namun, Erika hanya diam tak berniat untuk menjawab pertanyaan sang kakak. Sadar jika sang adik tidak mau menjawab pertanyaannya, Deva langsung melepaskan pelukan Erika dan pergi meninggalkan adiknya.

...----------------...

Hingga suatu hari, Erika yang sepulang kerja langsung masuk ke dalam kamar tanpa memperhatikan sang kakak, membuat Deva jadi geram. Betapa terkejutnya ia, saat akan berbicara dengan Erika, tapi ia melihat wanita yang ia sayangi sudah tergeletak tanpa nyawa.

Kekasih yang ia cintai tega meninggalkannya demi wanita lain, yang tak lain adalah temannya sendiri. Lebih sakit lagi ternyata, kekasihnya mempunyai rencana untuk membunuh kekasih sekaligus keluarga wanita yang menjadi temannya tersebut.

Kematian Erika adalah, karena sebuah ancaman. Kekasih yang ia cintai mengancam jika ia akan melukai kakaknya, jika Erika membocorkan segala rencananya. Rasa cinta Erika, membuat ia tidak sanggup memilih orang-orang yang ia sayangi.

Hingga Erika memilih untuk bunuh diri. Erika berpikir, jika ia mati, ia akan membawa rahasianya seorang diri, ia juga tidak akan sanggup jika melihat orang-orang yang ia cintai terluka.

Hingga sepucuk surat yang baru saja bertuliskan nama DAVINA EMERY, terlihat oleh Deva dan menjadikan wanita tak bersalah itu sebagai tersangka.

Flashback off ...

...****************...

Terima kasih.