Jerat Dendam Sang Mafia
Selamat membaca ...
...****************...
Brakk!
Suara dobrakan pintu, membuat semua orang yang sedang bersantai di ruang tamu merasa terkejut.
“Siapa kalian!” geram tuan Darian, saat melihat kelompok berbaju hitam menyerang rumah mereka dengan membawa senjata api.
“Siapa kalian sebenarnya!” teriak Elina, istri Darian.
“Pah, siapa mereka?” tanya Derick, putra sulung tuan Darian.
“Entahlah, papah juga tidak tahu,” jawab tuan Darian yang memang tidak mengetahui kelompok berbaju hitam tersebut.
Dorr! Dorr! Dorr!
Tiga tembakan dari arah luar, melesat mengenai dada kiri sang putra, Derick. Elina dan Darian pun teriak histeris saat melihat putra mereka jatuh tak sadarkan diri lagi.
“Derick! Bangun Nak! Bangun sayang!” teriak Elina histeris.
“Derick sudah tiada mah. Bedebbbahh! Siapa kalian sebenarnya!” teriak tuan Darian dengan mata yang sudah memerah dipenuhi kabut amarah. Ia tak sanggup melihat putra semata wayangnya mati mengenaskan di depan matanya sendiri.
Hahaha!
Suara tawa menggelegar dari seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah mewah tersebut.
“Apa kau puas melihat kejutan dariku?” tanya seorang pria dengan senyum devil nya.
“Siapa kau! Berani sekali kau membunuh putraku!” geram tuan Darian saat melihat seorang pria, yang ia yakini sebagai ketua kelompok baju hitam itu.
“Tanyakan pada putrimu. Kemana putri sialan mu itu!” gertak seorang pria tersebut dengan tatapan mautnya.
“Siapa kau? Kenapa kau mencari putriku. Ada urusan apa kau dengannya!” geram tuan Darian pada sosok pria yang tidak tahu asal muasalnya.
“Aku Deva, kakak seorang perempuan, yang sudah dibunuh oleh putrimu!” ucap Deva dengan penuh tekanan.
Mendengar hal itu, tuan Darian Dan Elina menggelengkan kepala, karena merasa hal itu tidak mungkin dilakukan oleh putrinya yang lemah lembut, bahkan pada lalat pun, wanita itu selalu merasa kasihan. Lalu, bagaimana bisa putri mereka membunuh seseorang.
“Kau berbohong! Putriku tidak mungkin membunuh adikmu!” ujar tuan Darian menggeleng tak percaya.
Bugg! Bugg! Bughh!
Tanpa berbasa-basi lagi, Deva memukul pria paruh baya tersebut, hingga tak berkutik dan megeluarkan banyak darah dari sudut bibirnya.
“Kalian habisi mereka sekarang juga, jangan sampai ada yang tersisa. Cari gadis itu secepatnya di seluruh penjuru rumah ini. Cepat!” titah Deva dengan tegas tanpa bantahan sedikitpun.
“Apa yang akan kalian lakukan! Lepaskan aku! Pah! Papah!” teriak Elina meminta pertolongan suaminya.
Aarrgghh! Elina menjerit.
Kedua tangan Elina dipotong hingga terputus.
Dorr! Dorr! Dorr!
Deva langsung menembak mati Elina.
“Ck! Berisik sekali,” Deva berdecak.
“Biad dab! Elina!” teriak tuan Darian histeris.
“Apa kau sedang memujiku. Terdengar sangat indah,” ucap Deva sambil tersenyum smirk ke arah tuan Darian.
“Aku bahkan tidak tahu apa kesalahan keluarga ku padamu, hingga kau tega membunuh kami tanpa alasan,” ucap tuan Darian terisak. Kini yang ada dalam pikirannya adalah keberadaan putrinya.
Ia berharap putrinya tidak akan pulang malam ini, berharap putri kecilnya tetap hidup dan bahagia seperti yang ia inginkan.
“Aku sudah memberitahu mu, aku hanya ingin, keluargamu membayar semua perbuatan yang telah dilakukan putrimu,” ucap Deva dengan santai dan menatap tuan Darian dengan sangat dingin.
“Tolong, jangan sakiti putriku, cukup kami saja yang mati, tapi tolong biarkan putriku hidup,” pinta tuan Darian memelas.
“Kau terlalu banyak bicara,” ucap Deva malas.
Dorr! Dorr! Dorr!
Kini seluruh keluarga Darian sudah bersimbah darah, mati mengenaskan di tangan pria yang tak punya hati. Deva yang melihat segala penjuru sudah kosong, akhirnya sadar, jika putri keluarga Emery yang tersisa, kini tidak ada.
“Galen, kemana perginya wanita itu?” tanya Deva sambil menatap tajam ke arah sang Asisten.
“Sepertinya masih di Rumah Sakit Bos,” jawab Galen sang asisten. Deva juga tahu, jika putri Darian itu adalah teman adiknya, Erika.
Deva yang tahu akan hal itu, akhirnya memilih menunggu di rumah yang sudah bersimbah darah tersebut. Ia hanya ingin melihat reaksi wanita yang sudah membunuh adiknya, saat melihat mayat keluarganya nyata di depan mata.
“Pah, mah! Aku pulang,” Deva mendengar suara seorang wanita, yang ia yakini putri Darian, pembunuh adiknya.
“Selamat datang, jal lang,” sapa Deva membuat wanita yang baru saja masuk terkejut melihat isi rumahnya.
“Papah! Mamah! Kak Derick!” teriak wanita tersebut langsung berlari menuju mayat keluarganya. Namun, wanita itu terhenti saat tangan kekar melingkar di lehernya.
“Apa kau bahagia, melihat keluargamu?” tanya Deva sambil menampilkan senyum devilnya.
“Gila! Kau seorang pembunuh! Kenapa kau membunuh keluargaku, kenapa!” teriaknya sambil terisak.
“Ini adalah balasan mu, karena sudah berani membunuh adikku,” bisik Deva dengan menekan setiap ucapannya, matanya memerah menahan amarah. Tak tahan dengan api amarahnya, Deva langsung mencekik leher wanita tersebut.
Akkhh! Ringis wanita yang dicekik oleh Deva.
“Davina Emery, aku akan membuatmu membayar semua penderitaan dan rasa sakit yang diterima oleh adikku,” desis Deva tanpa melepaskan cekikan yang ada di leher Davina.
“Apa salahku! Kenapa harus keluargaku, hah! Kenapa!” geram Davina berusaha berteriak dengan suara tercekat, tapi Deva yang mendengar hal itu malah tersenyum smirk, membuat Davina semakin takut dibuatnya.
“Kau masih berani mencoba berteriak padaku. Apa kau tidak tahu malu menanyakan apa kesalahan mu sendiri, hum,” desis Deva menatap tajam ke arah tawanannya.
“Aku tidak tahu! Bunuh saja aku! Cepat!” Davina memberontak, tapi Deva tak bergeming sedikitpun.
Krekk! Deva mengilirkan tangan Davina.
Arrghhh! Davina menjerit.
“Galen, kau urus semuanya tanpa ada yang tersisa sedikitpun. Kabari aku jika sudah selesai,” titah Deva pada sang asisten.
“Baik Bos,” ucap Galen tegas dan segera bergerak dengan anak buahnya yang lain, untuk mengurus kekacauan tersebut.
Setelah memberi perintah pada sang asisten, Galen. Deva segera menyeret Davina keluar secara paksa, ia tidak peduli pada wanita yang tengah menjerit sambil memberontak.
“Papah! Mamah! Kak Derick! Maafkan aku,” teriak Davina yang terus diseret secara paksa.
Brakk!
Deva mendorong tubuh mungil wanita itu ke dalam mobil miliknya.
“Aku pikir kau cukup untuk memuaskan aku beberapa hari ini,” ucap Deva sambil menampilkan senyum smirknya.
“Ap-apa yang akan kau lakukan! Cepat keluarkan aku dari sini!” bentak Davina berani dengan lelehan bening di pipi indahnya.
“Sebelum kau mati di tanganku. Akan lebih baik jika kau melayani aku. Anggap saja kau menebus semua rasa sakit yang diderita Erika,” ucap Deva menekan setiap ucapannya.
Degg!
“E-erika, kenapa dengan erika? Ada apa dengan dirinya?” tanya Davina yang tak tahu apa-apa. Davina dan Erika memang berteman. Mereka bekerja dalam satu Rumah Sakit swasta di kota tersebut.
“Kau tidak perlu berlaga polos di hadapanku, karena kau tak lebih hanya seorang wanita murahan di mataku,” ucap Deva sambil mendekati Davina, berusaha menjamah tubuh wanita yang ada di hadapannya tersebut.
...****************...
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Harlina Mami
wow, cerita yg membuat deg-degan, good story Thor
2023-08-30
1
Aku mampir kak baca bab satu langsung tertarik biarpun Kary mu sudah tamat langsung aku subscribe
2023-01-06
1
revan ramadhan
aku baca nya durian mulu buksn darian
2022-12-22
1