Kabar Jerri kembali terdengar sampai ketelinga Zahira,mereka pernah berteman namun harus terpisah oleh jarak dan keyakinan,kabarnya Jerri sudah mualaf saat ini.
Apa ada kemungkinan mereka bertemu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Zahira menatap Jerri meski pandangan Jerri jauh berada kedepan,kedua matanya seakan ingin menembus garis batas antara langit dan bumi.Keduanya duduk menikmati sore bersama,tanpa terasa matahari segera berganti dengan gelap malam.
Beberap kali ponsel Jerri berbunyi,namun Jerri tetap tidak memperdulikan karena Jerri yakin Mamanya akan memintanya untuk kembali kerumah.
"Ayo pulang."ajak Jerri
"Kamu yakin akan pulang kerumahku?"tanya Zahira
"Sudahlah,yang pasti aku tidak ingin menemui Aira."jawab Jerri
Dirumah Zahira baru saja selesai makan malam,Arya memberikan Jerri sebuah undangan diarena balap,namun Arya tidak memaksa kali ini karena Jerri sudah memiliki segalanya.
"Jika sekedar hobi kamu cukup latihan,jangan sampai taruhan seperti dulu."kata Arya
"Aku sudah bilang,aku sudah pernah cidera jadi tidak mungkin lagi ikut arena balap."kata Jerri
"Sekedar latihan kamu juga tidak lagi?"tanya Arya
"Setahun terakhir ini aku tidak menyentuh mobil balap,karena harus menggantikan Papa."jawab Jerri
Jerri masuk kedalam kamar meninggalkan Arya,dia harus mandi dan berganti baju karena malam ini dia merasa lelah.
Selesai mandi Jerri bersandar diranjang,dia membaca pesan dari Papa,wajahnya sedikit muram karena mendapat kabar jika Mama sengaja berhutang kepada rentenir.Jerri melempar ponselnya begitu saja,tidak menyangka jika Mama sangat berani melakukan demi Aira.
Martin mengikuti perintah dari Jerri,kali ini dia mengajak dua temannya merampok dirumah Jerri,Jerri sendiri sudah bekerjasama dengan pembantunya dirumah,hal ini dia lakukan agar Mama lebih hati-hati,perampokan ini hanya untuk membuat rumah berantakan dan tidak ada mencuri apapun.
"Bos,butuh waktu untuk mengembalikan seperti semula.Apa perlu kita bawa lagi Aira?"tanya Martin
"Lain waktu saja,malam ini tugas kalian cukup membuat rumah berantakan."jawab Jerri
"Ok Bos."kata Martin
Jerri menutup ponsel dan merebahkan tubuhnya disisi Zahira yang sudah terlelap,Jerri memeluk istrinya yang sedang mengandung anaknya,meski saat ini mereka tinggal dirumah orang tua Zahira bagi Jerri sangat membuatnya nyaman dari pada dirumah yang selalu terusik oleh Aira.
****
Pembantu dirumah Jerri berteriak saat terbangun,mereka berdua memanggil Lintang dengan mengetok pintu,dengan wajah setengah sadar Lintang keluar dari kamarnya.
"Ada apa Bi?"tanya Lintang
"Maling Bu,rumah berantakan."jawab Bibi
"Maling?mana ada maling masuk kesini?"tanya Lintang tak percaya
"Ayo ibu lihat sendiri."ajak Bibi
Bibi menarik tangan Lintang,setelah melihat sendiri keadaan rumah yang berantakan membuatnya terduduk lemas disofa,Bibi membawakan minum dan memberikan kepada Lintang.
"Mereka nyari apa Bi?"tanya Lintang
"Mana Bibi tahu."jawab Bibi
"Sudah ayo kita bersihkan,butuh waktu lama,nambah kerjaan saja."ajak Bibi yang satunya
Lintang membangunkan Aira dia meminta untuk ikut membantu membereskan rumah,namun Aira malah marah karena tidurnya diganggu.
"Aira,ayo bangun cepat bantu Bibi bereskan rumah."kata Lintang
"Apa sih Tante,aku masih ngantuk,Tante saja yang bereskan!"kata Aira dengan nada keras
"Kamu bangun cepat kalau masih mau tinggal disini,kalau gak mau bantu-bantu cepat keluar dari sini!"kata Lintang tambah keras
Lintang mengambil remote AC dan mematikan,dia menyimpan didalam laci sebuah nakas,mau tidak mau dia harus mulai keras kepada Aira.
Lintang menghubungi suaminya dia bilang mau menyusulnya kali ini,meski hanya memakai piyama Lintang pergi,namun berpesa kepada pembantu untuk mengawasi Aira.
"Emangnya Ibu mau kemana?"tanya Bibi
"Pulang kampung."jawab Lintang
"Hati-hati Bu."kata pembantu yang satu
Setelah Lintang pergi rumah masih belum beres,Aira keluar beberapa jam karena merasa panas dikamarnya,dia merasa haus dan lapar.
"Bi,mana makananya?"tanya Aira
"Kamu gak lihat,rumah berantakan gara-gara kemalingan!kita jadi banyak tugas beres-beres,kamu juga cuma numpang disini tapi tidak bantu-bantu."kata Bibi
"Eh,aku calon nyonya disini ngapain juga harus beresin rumah,itu tugas kalian."kata Aira sambil membuka kulkas
Aira terkejut karena melihat kulkas kosong hanya ada air es,sayur yang biasanya melimpah juga tidak ada.
"Kenapa kulkasnya kosong?"tanya Aira
"Diambil maling."jawab Bibi
"Ya kalian harus beli lagi dong."kata Aira
"Mas Jerri belum memberi kami uang belanja."kata Bibi
Aira masih diam ditempat,satu-satunya pemegang kekuasaan dirumah ini adalah Jerri namun kini sudah sangat jauh dari jangkauannya,Jerri sama sekali tidak meliriknya hingga detik ini,bahkan dia sudah menikah meski Tante Lintang sempat menentang.
Aira mencoba membuka kamar Lintang namun gagal,begitu juga dengan kamar Jerri,tidak ada yang bisa diambil dari rumah ini,didalam kamarnya juga tidak ada barang berharga,hanya tas yang baru dia beli semalam.
Aira pergi keluar berniat untuk pulang kerumah Ibunya,meski dia akan mendapatkan perlakuan buruk lagi dari Murni,namun satu-satunya tempat pulang adalah rumah Murni.
****
Jihan mengetuk pintu kamar Kakaknya karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih bahkan Ayah sudah berangkat.
"Kakak."panggil Jihan
"Bentar."jawab Jerri
Jerri membuka pintu setelah rapi dia sendiri langsung keluar sementara Zahira masih meringkuk dibalik selimut,Jihan menunggu Zahira namun sosoknya masih juga belum terlihat.
"Mana Kakak?"tanya Jihan
"Ah,hari ini Zahira ijin tadi bilang kurang enak badan."jawab Jerri
"Sakit?sakit apa Kak?"tanya Jihan
"Enggak sakit,tapi...."kata Jerri
"Apa Zahira isi Nak?"tanya Bunda sambil menuangkan minum kedalam gelas Jerri
Jerri tersenyum mengangguk,melihat wajah penasaran Bunda dan Jihan.Zahira yang tiba-tiba keluar dengan wajah bangun tidurnya bahkan hanya memakai baju kaos dan celana pendek ikut bergabung meski dengan wajah pucat.
"Kamu pucat kali Ra."kata Bunda
"Iya Kak,mana kucel lagi."kata Jihan
"Bun,mana sarapanku?"tanya Zahira sambil membuka tudung saji namun menutup kembali karena tidak cocok
"Kamu mau makan sesuatu?"tanya Jerri
Zahira hanya mengangguk dia meminta Jerri untuk mencari sarapan diwarung ujung,karena Jerri tidak tahu tempatnya dia mengajak Jihan,Zahira kembali berbaring disofa ruang keluarga ditemani Bunda.
"Ra,apa mertuamu baik?"tanya Bunda
"Papa baik banget Bun,tapi Mama terkadang masih goyah."jawab Zahira
"Maksudnya?"tanya Bunda
"Mama punya pilihan untuk Jerri,tapi Jerri sudah menyukaiku sejak jaman kuliah."jawab Zahira
"Apa itu alasan dia pindah keyakinan?"tanya Bunda
"Ah,aku malah lupa Bun.Pernah sekali bertanya tapi belum dijawab karena masalah Mamanya."jawab Zahira
Suara Jihan terdengar bersamaan dengan suara motor miliknya,Jihan masuk lewat warung sementara Jerri menyiram mobil karena kebetulan tai burung jatuh diatasnya.
"Kak,tinggal ini."kata Jihan
Belum juga dibuka hidung Zahira sudah mencium aroma bawang mentang dan itu malah membuat kepalanya sakit perutnya mual,dia buru-buru mencari tempat untuk mengeluarkan isi perutnya.
"Huuuuuuueeeekkkk."Zahira muntah hanya air yang keluar
Jerri yang mendengar langsung masuk namun Bunda sudah memijit punggungnya,melihat Zahira tidak bisa makan Jihan langsung mengambil susu diwarung dan membuatkan untuk Kakaknya.
"Ini aja Kak."kata Jihan