Duar duar duar
Huhhhhhhhhh
suara party Popper dan teriakan para teman-teman sang pemilik pesta memeriahkan malam ulang tahun itu.
malam di mana Seorang wanita cantik mengetahui fakta menyakitkan di dalam hidupnya.
"Aku bersumpah akan merebutnya darimu, cepat atau lambat!" begitulah isi pesan yang di kirim selingkuhan suaminya malam itu
"Lakukan apa maumu! tapi jangan harap bisa mengalahkan ku." Jawab Arneta tak terpengaruh sedikit pun
jika biasanya istri sah akan meraung bahkan tak segan melabrak selingkuhan dari suaminya, Delisa sangat berbeda. ia brani melawan hingga membuat rivalnya berniat untuk mencelakainya.
akankah Arneta dapat mempertahankan pernikahannya? ataukah, Arneta justru kehilangan nyawanya?
simak kisahnya hanya di Novel "Takdir Ke dua"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Reyhan sesungguhnya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu, Arneta telah tiba di rumah yang baru saja dirinya Beli. rumah yang akan menjadi saksi perjalanan hidupnya setelah berpisah dengan Vincent.
Pintu gerbang utama terbuka, lalu seorang muncul dari pintu utama menyambut kedatangan nya.
Mira, nyatanya sudah lebih dulu tiba di rumah itu untuk mengatur semua yang di butuhkan Arneta sebelum menetap di sana.
Ketika Arneta turun, Mira bergegas menghampirinya dengan mengambil alih koper yang baru di turunkan oleh wanita itu.
"Selamat datang Nona," Ucap Mira dengan bahagia
Arneta menyambutnya dengan tersenyum, setelah semuanya beres. kini keduanya duduk di ruang keluarga untuk sekedar bersantai setelah merapikan barang-barang milik Arneta.
Tiba-tiba Mirna mengajukan sebuah amplop berwana hijau muda ke arah Arneta, yang tengah meminum coklat hangatnya.
"Apa itu?" Tanya Arneta dengan kening yang mengerut
"Itu surat panggilan dari pengadilan untuk sidang pertama perceraian anda Nona." jawab Mira
UHUK
Arneta sampai tersedak minumannya sendiri mendengar kabar itu, kabar yang menurutnya sangat cepat dari perkiraan nya selama ini.
Melihat itu, Mira sontak menghampiri Arneta dengan wajah panik. "Nona, tolong hati-hati!" Dengan penuh perhatian Mira mengusap punggung Arneta dengan lembut
"Aku baik-baik saja, Mira. aku hanya terkejut, bagaimana bisa secepat itu?"
"Kalau soal itu, saya juga kurang paham, Nona. sepertinya, Reyhan bergerak cepat untuk menyelesaikan kasus anda, mungkin karena dia masih memiliki hati pada Anda." jawab Mira dengan tersenyum
"Hus, jangan sembarang bicara Mira!" Tegur Arneta sembari membuka amplop yang di berikan Mira padanya
Mira menghela nafasnya dalam-dalam karena lagi-lagi Arneta memungkiri fakta jika Reyhan memiliki hati padanya.
"Andai saja anda tahu, kenapa Reyhan tak kunjung mengakhiri masa lajangnya sampai detik ini, karena masih berharap kepada Anda. meskipun, ia sudah di jodohkan dengan wanita lain?"
Gumam Mira, namun hanya di dalam hati.
Sejujurnya, Mira tak berani mengungkapkan fakta itu. sebab, menunggu sang sepupu sendiri yang mengungkapkan perasaanya terlebih dahulu kepada Arneta. Namun, sepertinya akan sangat sulit jika Arneta masih menutup diri dan berupaya menjaga jarak dengan semua pria yang mendekatinya termasuk Reyhan.
*****
Bulan pulang dengan tangan kosong hingga membuatnya begitu marah.
BRAK
Deg
Susan yang berada di dalam rumah nampak terkejut hingga sampai berdiri dari duduknya sembari mengelus dada.
Sedangkan Bulan kini melempar tasnya ke sembarang arah demi meluapkan kekesalannya sembari Berteriak.
"Brengsek kau Vincent, aku tidak terima di perlakukan seperti ini. aku tidak terima!!"
Melihat itu, Susan bergegas menghampiri sang Putri untuk menanyakan apa yang telah terjadi.
"Hey, hey. kau ini kenapa? apa yang terjadi, kenapa datang langsung berteriak seperti itu?" Tanyanya penuh selidik
Ini kali pertama kalinya Bulan pulang dalam keadaan marah seperti itu. sebagai seorang ibu, jelas Susan merasa begitu penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada Putrinya.
Bulan menatap sendu ke arah sang ibu dengan wajah terluka. "Vincent, Bu. dia sudah mengusir ku dari kantornya. aku di permalukan di sana Bu, Aku tidak terima!" Jawab Bulan sebelum kehilangan kesadaran hingga akhirnya luruh
Beruntung, Susan sempat menangkap tubuh Putrinya hingga tak sampai jatuh ke atas lantai.
"Bulan, Nak, sadarlah! kau ini kenapa?" Poppy yang panik bergegas membawa tubuh Bulan ke arah sofa dan menidurkannya di sana.
Ia pun segera mengambil kotak P3k sembari berupaya untuk menghubungi dokter, agar segera datang ke Apartemen mereka.
Sembari menunggu dokter tiba, Susan berupaya membuat Bulan sadar dari pingsannya. ia menggosok, lalu memberikan wewangian minyak angin pada putrinya ,hingga pada akhirnya usahanya berhasil.
Bulan mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya bangkit sembari memegangi perutnya yang terasa sakit. "Aduh...... " keluhnya dengan wajah yang meringis
Melihat itu, Susah semakin khawatir. "Nak, kau kenapa?"
Sembari meremas tangan sang ibu, Bulan terus merintih kesakitan. "Bu, perutku sakit. tolong aku bu!"
Susan semakin panik hingga mengamati sang Putri yang terus meremas perutnya. "Ayo kerumah sakit saja Nak! Sepertinya ada yang tidak beres dengan mu."
Bergegas Susan membantu Bulan untuk berdiri. nampaknya, ia tak sabar menunggu dokter yang tadi sempat di panggilnya hingga memutuskan untuk membawa putrinya ke rumah sakit sendiri.
Namun di tengah jalan, Susan terkejut ketika melihat bercak merah nampak mengalir cukup deras pada kaki sang Putri.
"Bulan, Apa itu?"
Bulan pun ikut menatap ke arah kakinya sendiri, hingga pada akhirnya ia terbelalak kaget saat menyadari apa yang tengah terjadi padanya saat itu.
" Tidak. Bu, Tolong anakku, Bu. tolong, selamatkan kandunganku!"
Deg
Susan terbelalak tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, Ia terkejut bukan main. meskipun Susan tau benar dengan apa yang di lakukan sang putri selama ini, namun ia tak menyangka jika Bulan sampai hamil seperti ini.
"A... apa? kau..... hamil?" Dengan tergagap, Susan berupaya untuk mencerna semuanya sampai-sampai ia tidak menyadari jika wajah Bulan berubah memucat
"Ya, A.... aku hamil Bu. A... aku hamil anak Vincent, oleh karena itu aku datang ke kantornya untuk meminta pertanggungjawaban. namun, aku justru di usir dan di perlakukan tidak baik seperti sampah."
Kini Bulan menangis, Sedangkan Susan mulai sadar dari kebodohannya setelah mendengar suara Bulan yang semakin tercekat. Lalu, tanpa banyak bicara lagi, Susan segera membawa Bulan ke rumah sakit.
Sekitar empat puluh menit berselang, Barulah mereka sampai di rumah sakit dan Bulan segera mendapatkan pertolongan medis.
Sebelumnya, Susan memberi kabar pada dokter yang tadi sepat ia hubungi untuk bertemu di rumah sakit, setelah memutuskan membawa Bulan ke rumah sakit di mana dokter itu bekerja.
Kini ia tengah berada di depan sebuah ruangan sembari menunggu kabar dari dokter yang masih menangani Bulan.
Tangannya terkepal kuat, Niat hatinya mendukung sang Putri menggoda Vincent salah satunya untuk membalaskan dendamnya kepada Arneta.
Dendam yang mulanya ia rasakan karena Ayah kandung Arneta mencampakkan nya, setelah ketahuan berselingkuh dengan pria lain hingga mengusirnya.
entah atas dasar apa Susan berambisi menyakiti Arneta. padahal sebelumnya, dirinya lah yang menjadi orang ketiga di antara Ayah dan Ibu Arneta, hingga membuat Ayah Arneta tega meninggalkan sang ibu ketika Arneta masih kecil.
Sebab itulah, Ibu Arneta mengalami trauma mendalam jika berhubungan dengan laki-laki. hingga membuatnya menentang hubungan sang Putri dengan Vincent, yang menurutnya bukanlah pria yang baik. sebab, memiliki latar belakang yang sama dengan mantan suaminya, yang sama-sama berprofesi sebagai pengusaha.
Dan sekarang, apa yang di khawatir kan ibunya itu benar-benar terjadi. berkat campur tangan Susan pula lah, hidup nya dan putrinya sama-sama berantakan.
Bukankah di sini Susan lah yang harus di salahkan?
Lalu, kenapa wanita tua itu justru menyalahkan Arneta dan ibunya atas nasib yang di alaminya saat ini?
Begitu lah isi otak seorang NPD seperti Susan. duh Author ikutan gemas jadinya, pengen banget menghujat Susan. 🤣