Jodohku

Ya Tuhan, benarkah yang aku dengar tadi. Apakah aku sedang tidak bermimpi. Situasi macam apa ini.

Mika masih terpaku. Kedua bola matanya saling beradu pandang dengan kedua bola mata Ata. Mika masih terpaku. Lidahnya serasa kaku. Membuka sedikit saja rasanya berat sekali. Seperti terkunci.

"Mikaaa......" pangil Ata dengan lembut. Kali ini ia mendekatkan wajahnya di depan Mika. Menilik setiap senti bagian wajahnya yang berbentuk bulat menggemaskan dengan bola mata yang bulat seperti boneka. Kesadaran Mika kembali pulih. Lalu memejamkan matanya sekejap.

"I.... Iya Ata, coba kamu ulangi lagi apa yang barusan tadi aku dengar..." pinta Mika.

"Mikaila Anindita, bolehkah aku, Ata Ardiansyah menyayangimu dengan sepenuh hatiku...?" ucapnya dengan tegas dan jelas.

"Bolehkah aku bertanya sebelum aku menjawab pertanyaanmu...?" tanya Mika balik.

"Boleh, tanya saja apa yang membuatmu penasaran..."

"Em..." Mika terdiam sebentar dan masih menatap Ata dengan seksama. Mencoba mengartikan setiap ekspresi dari wajah cowok yang berdiri di depanya dan masih memegang kedua tanganya. Lalu kembali ia melanjutkan.

"Kenapa kamu bisa begitu ingin menyayangi aku, sedangkan kamu sendiri tau, umur aku jauh di atas kamu, aku tidak cantik, sedangkan di luar sana masih banyak cewek cantik muda bahkan seusia dengan kamu yang bisa dengan mudah kamu dapatkan tanpa kamu mengejarnya dann....." ucapan Mika terhenti saat telunjuk Ata menutup bibirnya yang mungil nan merah itu.

"Cinta tak butuh alasan. Cinta tak mengenal usia, cantik atau status. Rasa yang tak dapat di hindari oleh setiap manusia. Aku menyayangi kamu tanpa alasan dan mengalir begitu saja sejak pertama aku melihatmu. Jadi jangan bertanya kenapa aku bisa begini dan kenapa aku bisa begitu padamu, karena semua itu tak ada jawabanya..." jawab Ata dengan sorot mata yang sangat sangat sulit di artikan oleh Mika.

"Tapi Ta..."

"Nggak ada kata tapi, jawab saja boleh atau tidak..." ujar Ata sekali lagi. Mika tidak dapat berkata apa apa lagi. Seolah sudah terkunci dan nggak bisa bergerak dengan semua perkataan Ata. Cowok yang selama ini selalu mengganggunya dan jail padanya. Mika memejamkan mata sejenak. Mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Mengatur nafasnya untuk kemudian menjawab perkataan Ata.

"Ata Ardiansyah, aku jawab, kamu boleh kok menyangi aku..." jawab Mika lalu tertunduk malu.

"Horeeeeee!!!!! Congratulation Ata, akhirnya kamu berhasil...." ucapan rame rame itu mengejutkan Mika. Betapa tidak, semua teman teman kantornya ternyata belum pulang dan menyaksikan Ata menembaknya.

"Kalian....?" ujar Mika dengan wajah memerah. Didepanya, sudah berdiri, Rere, Gilang, Juna, Cindy, Kevin dan juga Sania yang menyaksikan drama percintaan Reel itu.

"Iya Mik sori, ini semua ide Ata, tadi sewaktu gua chat dia tanyain kabar tentang kamu, dia ngomong kalo masih di rumah kamu, alhasil dia merencanakan ini semua. Waktu tadi pas pulang kami hanya pindahin parkiran aja kok, terus bela belain deh jalan ke sini, ngendap endap kaya detektif aja, sungguh besar kan pengorbanan kami..." jelas Juna dengan gaya tengilnya. Mika mengalihkan pandanganya ke Ata. Sorot matanya minta penjelasan dengan semua yang baru saja di ucapkan oleh Juna.

"Aku sangat bangga lo Mik dengan effort nya Ata, sungguh luar biasa, gentle sekali sebagai laki laki...." sahut Rere yang ikut bahagia melihat dua temanya kini di hinggapi rasa bahagia. Gilang yang berdiri di belakang Rere, menatap wanita yang berdiri di depanya. Sebuah senyuman tersungging di kedua sudut bibirnya. Lalu kembali pandanganya ke arah Mika dan Ata.

"Iya iya, ini semua ide aku Mika. Karena aku tak ingin momen ini aku lewatkan sendiri. Aku ingin berbagi moment bahagia ini bersama mereka, jangan marah ya Mika sa....." Ata tak meneruskan ucapanya, karena keburu Mika melotot kepadanya.

"Mika sayaaaaaaaang......" seru temen temenya serempak dan kompak melanjutkan lalu di susul denga tawa yang renyah sekali. Mika tersipu sambil menutup wajahnya dengan kedua tanganya.

"Selamat ya Mika, aku doain kalian langgeng sampai pernikahan nanti..." ucap Rere yang maju menghampiri Mika dan memeluknya.

"Aamiin..." sahut Ata dengan cepat sebelum Mika sempat menjawabnya.

"Iya Re, makasi, aku doain juga semoga kamu dapat pacar yang setia, sangat sangat menyayangi kamu..." balas Mika yang melirik ke arah Gilang sambil menepuk pelan punggung Rere.

Amiiin, semoga Tuhan mengabulkan doa mbak Mika untuk mbak Rere.

Ucap Gilang dalam hati mengaminkannya.

Dilirik Mika seperti itu, Gilang hanya tersenyum tipis namun sangat manis sekali.

"Aamiin, makasi juga doanya..." lalu melepaskan pelukanya dan menyalami Ata.

"Selamat ya...?"

"Makasi mbak Rere...." ucap Ata saat Rere memberikan selamatnya.

"Selamat Mika sayang, jangan marah marah terus ya sama Ata..." ujar Cindy yang juga memberi selamat dan memeluknya.

"Iya makasi Mika, nggak marah kok, hehe...."

Lalu di susul Sania, Kevin Juna dan juga Gilang.

"Oke, karena misi sudah selesai, kami bener bener pamit pulang, dan jangan lupa, besok kami tunggu makan makannya, sebagai royalti jadi saksi peristiwa yang sakral ini..." celetuk Kevin dan membuat semuanya tak bisa menahan tawa.

"Beres, besok malam, kita merayakanya, oke...."

"Setuju...." setelah menjawab, mereka semua pulang dan kali ini bener bener pulang. Karena badan sudah capek dan lengket oleh keringat. Ata juga pamit dan pulang bersama mereka.

"Seneng sekali melihat Mika dan Ata tadi..." gumam Rere saat ia akan memakai helm.

"Semoga mbak juga cepet dapet yang setia dan penyayang ya dan bisa bahagiain mbak dunia dan akhirat...." sahut Gilang pelan namun jelas di telinga Rere.

"Rasa rasanya saya sudah capek Gil, berulangkali harus gagal, dan menerima kenyataan pahit. Sulit untuk percaya kepada laki laki lagi.. " jawab Rere dengan pandangan mata tak semangat.

"Tidak semua cowok seperti itu mbak, itu hanya sebagian kecil. Masih banyak yang ingin bersama cewek seperti mbak Rere. Menurut aku, mbak itu cantik, dewasa dan penyayang..." ujar Gilang yang jujur dari hatinya.

"Ah enggak lah Gil, buktinya pacar mbak selingkuh in mbak..." jawab Rere lalu memakai helmnya yang sebelumnya melepas kuncirannya terlebih dahulu.

Menggerai rambut saja terlihat cantik alami

"Pacar mbak aja yang agak kurang waras, menyia nyiakan mbak..." jawab Gilang yang nggak terima.

"Maaf maaf mbak jadi curhat sama kamu, ayo kita pulang..." ajak Rere yang sudah naik dan duduk dengan manis di jok belakang motor Gilang.

"Santai aja mb, saya siap kok jadi pendengar setia kalau mb mau curhat. Mbak pegangan ya...?" kata Gilang yang sudah menghidupkan motornya dan siap siap tancap gas. Setelah memastikan Rere sudah berpegangan, Gilang melajukan motornya perlahan. Sungguh, vibesnya kayak idah jadian saja mereka. Sengaja Gilang melajukan motornya dengan pelan, Karena ia ingin menikmati momen kebersamaanya denga Rere yang singkat itu. Kenapa singkat karena udah malem juga dan harus mengantarkanya pulang.

"Ini kemana mbak..." tanya Gilang yang memainkan kopling motornya.

"Lurus terus nanti ada perempatan besar belok kiri...." jawab Rere yang kini tidak berpegangan pada pundak, melainkan ia memegang jaket yang di pake Gilang.

"Baiklah..."

Sesaat kemudian setelah mengikuti aba aba dari Rere, akhirnya sampai juga mereka di rumah Rere. Rumah yang letaknya strategis di pinggir jalan, namun tidak begitu ramai, karena kanan kiri tumah Rere kawasan rumah yang elit. Motor Gilang berhenti tepat di depan gerbang rumah Rere.

Bersambung