Etnauri Renata wanita luar biasa yang menghabiskan separuh umurnya untuk mengejar cinta Thunder Routhbone, pria dingin yang bahkan tidak pernah menoleh ke arahnya. Akankah Etna berhasil meluluhkan hati Thunder?
DISCLAIMER
Cerita ini merupakan karya fiksi dan murni karangan penulis. Apabila terdapat kesamaan latar, penokohan, dan unsur lain dalam cerita bukan merupakan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsje Artemis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
"Aku baru sampai rumah" Thunder mengirim pesan singkat pada Etna.
satu menit....
dua menit...
tiga ment...
empat menit...
Belum ada balasan dari Etna. Thunder memutuskan untuk menelepon perempuan yang baru di kunjunginya tadi sore.
"Apa lagi?" suara diujung telepon menjawab panggilan Thunder.
"Aku udah sampai rumah" Thunder menjawab pertanyaan Etna.
"Ok. Gua mau tidur"
"Oh, Ok mimpi indah"
Etna menutup sambungan teleponnya.
Tadi sore pertama kalinya Thunder memberanikan diri datang ke rumah calon mertuanya.
"Eh Thunder mari masuk" ujar Genaro saat melihat Thunder berdiri di balik pintu.
Genaro mengajak Thunder menuju taman samping. Genaro baru selesai membersihkan kolam ikan. Thunder membantu Genaro memindahkan kembali ikan ke kolam yang telah dibersihkan.
"Minum dulu, jangan lupa camilannya di makan" ujar Naomi meletakan nampan berisi minum dan camilan.
Genaro mempersilahkan Thunder duduk dan menyuruhnya untuk meminum minuman yang telah di siapkan agar tidak keburu dingin.
"Ada apa, biasanya keluarga kamu nelepon dulu sebelum datang"
"Maaf om, baru sekarang saya berani ke sini"
Genaro menganggukan kepala sambil menunggu kalimat Thunder selanjutnya.
"Saya datang ke sini mau membicarakan tentang rencana selanjutnya. Di pertemuan terakhir saya dan Etna sepakat untuk melakukan pendekatan jika tidak berhasil, tahun ini saya akan tetap menikahi Etna"
"Saya sudah waktu ke Etna untuk mempersiapkan diri untuk pendekatan. Saya minta izin om dan tante untuk mengajak Etna kencan"
Genaro mendengar calon mantunya bicara dengan saksama, dia paham kenapa istrinya marah besar mendengar kesepakatan putri dan calon mantunnya waktu itu.
"Thunder, Sebagai seorang ayah saya ingin melihat semua anak saya bahagia. Tetapi sejak Etna dilibatkan pada perjodohan ini, saya merasa saya tidak berhasil membahagiakan dia"
"Etna menanggung kesedihan selama bertahun-tahun karena keegoisan saya dan istri saya yang kekeuh pada perjodohan ini"
"Sejak Etna sembuh dari rumah sakit dia banyak terlibat dalam berbagai kegiatan. Semangat hidupnya sudah muncul lagi"
Thunder tertunduk diam menyadari perkataan calon ayah mertuanya. Selama pertunangan mereka, orang tua Etna tidak pernah sekalipun menceritakan keburukan keluarganya karena telah menggantung perasaan putrinya selama bertahun-tahun.
Jika keluarga Etna mau, mereka bisa saja menjatuhkan Routhbone Oil Company dengan membeberkan pertunangan tersebut ke media dan fakta bahwa keluarga Routhbone tidak memperlakukan putri mereka dengan baik.
Genaro dan keluarganya tidak melakukan itu. Mereka memilih diam dan menunggu keputusan keluarga Routhbone.
"Saya tidak ingin melihat putri saya menanggis lagi. Putri saya juga berhak bahagia. Kalian berdua berhak bahagia"
"Saya juga minta maaf telah memaksa kamu dan keluarga kamu terlibat dalam perjodohan ini. Keluarga besar kami ikhlas, kalau kamu menemukan orang yang lebih baik dari Etna yang sesuai kriteria kamu."
"Jangan memaksakan diri kamu lagi untuk melanjutkan perjodohan ini. Apalagi Kamu dan anak saya sudah memasuki usia 30-an."
Genaro tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Dia menolak melihat Thunder. Perasaanya campur aduk saat ingat usia putrinya sudah tidak muda lagi.
Rasa bersalah memenuhi Thunder. Sebelum menginjakan kaki di rumah ini Thunder sudah siap dengan kemarahan orang tuanya. Thunder tidak menyangka orang tuanya justru menyambutnya dengan baik dan membicarakan masalah ini dengan kepala dingin.
"Saya akan jaga Etna om, saya janji tidak akan membuat Etna menanggis lagi. Saya minta izin kepada om untuk bertemu Etna" Thunder memantapkan hatinya meminta izin menemui tunangannya.
Genaro menyadari semua keputusan ada di tangan putrinya. Dia memanggil istrinya untuk membangunkan Etna yang saat itu sedang tidur.
Naomi yang menguping pembicaraan suaminya dan calon menantunya hanya bisa menyeka air matanya. Suami yang dia sangkanya tidak peduli pada masa depan putrinya justru lebih mementingkan menjaga perasaan putrinya dan calon menantunya.
Naomi berjalan cepat menuju kamar putrinya. Dia tidak sanggup melihat suaminya berbicara lebih banyak lagi.
...----------------...
