Menikah Dengan Mr. Arogan

Pagi hari pun tiba. Angga tertidur di samping sepasang syal berwarna merah yang telah selesai dibuatnya. Mama Siska yang tadinya ingin melihat vasnya kini pandangannya tertuju pada syal tersebut. Ia mengambilnya dan melihat namanya dan suaminya tertera di sana. Dengan begitu senyumnya pun melebar.

Papa Roy pun juga keluar dari kamar dan langsung di panggil oleh Mama Siska. Suara Mama Siska itu membangunkan Angga dari tidurnya. Angga melihat Mama Siska yang begitu antusias memperlihatkan syal itu kepada Papa Roy.

“Gimana Ma, Pa. Bagus nggak?” tanya Angga percaya diri.

“Bagus. Mama suka banget. Apalagi ini warna kesukaan mama dan papa. Liat deh Pa, ada nama kita juga”, ucap Mama Siska yang begitu gembira.

Begitu juga dengan Papa Roy. Ia juga merasa senang saat melihat syal tersebut. Mereka pun langsung memakainya. Mila dan Reina pun keluar dari kamar secara bersamaan. Mereka juga melihat hasil karya buatan Angga yang membuat orang tuanya bahagia.

Lalu, mata Mama Siska tertuju pada Mila. Ia pun segera mendatangi Mila. “Mama tahu. Pasti kamu kan yang buat ini? Kamu sengaja ya mau bantuin Angga. Anak brengsek itu tidak mungkin bisa melakukan ini”.

Angga sampai tercengang mendengar ucapan Mamanya. Hatinya begitu sakit karena tidak ada yang percaya padanya. Tapi, Mila malah tersenyum. Ia melihat tingkah konyol Angga yang lucu menurutnya.

“Em, sebenarnya sih ini memang ide Mila Ma. Tapi, yang membuat syal itu adalah kak Angga sendiri. Mila hanya mengajari kak Angga di awal aja”, ucap Mila jujur.

Mama Siska dan Papa Roy langsung melihat ke arah Angga. Sekarang Angga menjadi percaya diri lagi sambil merapikan rambut depannya. Seakan ia berkata, “Tuh kan nggak percaya dibilangin”.

“Tapi, tetap aja. Yang punya ide adalah kamu. Jadi yang pantas di puji adalah kamu”, ucap Mama Siska lagi.

Angga sungguh tidak percaya dengan ucapan Mamanya. Begitu malang nasibnya yang mengerjakan dari malam hingga pagi tapi, yang mendapat pujian adalah Mila.

Angga melihat Mila yang sedang tersenyum. Sebuah senyuman yang begitu manis. Entah bagaimana, tapi rasanya capek di badannya menjadi hilang melihat senyuman itu.

Saat Mama Siska dan Papa Roy sudah berlalu pergi dengan memakai syal itu, Reina mendekati kakaknya.

“Kak, buatin aku juga dong. Yang pakai nama gitu juga. Farhan dan Reina”, pinta Reina sumringah.

“No way! Bagus kakak buat untuk kakak sendiri. Angga dan Tasya....”, ucap Angga terhenti saat melihat Mila berlalu begitu saja. “Eh, ehem.. Maksudnya Angga dan Mila”, lanjut Angga gugup.

Ya, sebenarnya Angga memang ke ceplosan. Karena memang selama ini wanita yang di cintainya adalah Tasya. Ia juga tidak sadar jika telah mengucapkan nama Tasya. Padahal dirinya sendiri tidak ingin mendengar atau mengenang nama Tasya lagi.

Reina menangkap ke mana mata Angga tertuju. Ia paham Angga sudah salah bicara. Tapi, apakah benar Mila cemburu? Ya, Mila cemburu tapi, bukan pada Angga namun pada Reina yang bisa memiliki Farhan. Tapi, Mila tahu diri. Jika Farhan memang lebih pantas bersanding dengan Reina.

“Mila, kamu marah ya?”, tanya Angga sambil mengikuti Mila.

“Nggak!”, jawab Mila.

“Oh, kamu pasti cemburu ya?”

“Ih, biasa aja lagi!”, jawab Mila sambil mengambil sebutir telur di kulkas.

“Hm... Biasa aja tapi ngomongnya ketus gitu...”

Angga terus saja mengganggu Mila dan menuduhnya cemburu karena ia telah menyebutkan nama Tasya. Melihat hal itu, Reina diam-diam memvideokan adegan tersebut. Ia bermaksud untuk mengirimnya kepada Mamanya nanti. Ia yakin jika Mamanya akan senang melihat adengan lucu nan mesra ini.

“Ih, kak Angga! Siapa juga yang cemburu? Kakak yang ke ge-eran... Wek”, ucap Mila sambil menjulurkan lidahnya mengejek Angga.

Tapi, Angga terus saja menuduh Mila. Dan pada saat itu, kesabaran Mila habis. Tepat sekali Mila sedang membuka bungkusan berisi terigu. Dan saat Angga masih berbicara, Mila meniupkan terigu dari tangannya pada Angga. Dan seketika wajah Angga menjadi putih di penuhi tepung. Angga pun menarik napasnya kemudian menggebrak meja.

“Aaa...”, Mila berteriak dan bergegas untuk berlari.

“Mila!!!”, teriak Angga lalu mengejar Mila.

Mila lari sekencang mungkin menuju kamarnya. Begitu masuk ke dalam kamar, ia langsung mengunci pintunya. Angga memanggil-manggil namanya dari luar sambil menggedor pintu kamar Mila.

“Awas kamu ya!”, ancam Angga.

Mila mengatur napasnya dan ia tertawa sendiri mengingat wajah Angga yang begitu lucu. Niatnya untuk membuat telur dadar ia urungkan untuk saat ini sampai Angga pergi ke kantor.

***

Mila sedang asik makan telur dadarnya di kamar sambil memainkan hp-nya. Sesekali ia menahan garpu di mulutnya. Dan entah bagaimana HP Mila tina-tiba terjatuh ke lantai. Mila sangat terkejut. Ia cepat-cepat ingin mengambil hp-nya. Tapi, saat Mila hendak mengambilnya, tanpa sengaja kakinya malah menggeser hp  itu masuk ke dalam kolong kasur.

Saat Mila lihat ke kolong, ia pun melihat benda lain di sana. Yaitu sebuah hp yang lain. Mila mengambil hp-nya yang sudah pecah dan rusak itu. Dan Mila juga mengambil Hp yang satunya lagi dan membukanya. Yang pertama kali yang dilihatnya adalah foto. Agar ia tahu siapa pemiliknya. Dan ternyata, tidak ada foto yang tersimpan  di sana. Mila melihat ada satu video di sana. Ia pun membukanya.

Mila menyangka jika video tersebut di ambil dari balik jeruji. Karena tampak seperti ada besi yang menghalangi. Semakin lama, tampaklah seorang pria yang sedang menampar seorang gadis sampai tersungkur di atas kasur dan.... HP itu tiba-tiba padam karena kehabisan baterai. Mila menjadi penasaran. Tapi, ia tidak memiliki charger yang sama untuk HP itu.

Mila mencoba mengingat-ingat lagi mengenai Hp tersebut ada di bawah tempat tidurnya. Apakah sebelum ia ke sini memang sudah ada? Ataukah.... Ia pun menjadi teringat saat bertemu dengan Tasya. Sebelumnya, ia memang merasakan ada sesuatu yang di masukan ke dalam tasnya. Mungkinkah?

Mila kembali menyelidiki hp tersebut. Dan mendapatkan sebuah kartu memori. Ia berpikir ingin melihatnya dari laptop. Tapi, sayangnya ia tidak memilikinya. Dan tidak mungkin ia masuk ke kamar yang lain tanpa izin. Dan Mama Siska juga tidak di rumah.

Mila berpikir lagi, jika memang video ini ada sangkut pautnya dengan Tasya, mungkin ia bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Tasya. Ia pun bergegas untuk ke kantor tanpa pikir panjang lagi.

***