Kematian yang menyedihkan kembali membawanya hidup dalam sosok yang lain. membalaskan dendam yang belum usai kepada orang-orang yang sudah menyakitinya tanpa ampun. Penderitaan yang ditanggung begitu besar, hingga bernapas rasanya menyakitkan.
Namun, itu dulu. Kini ia kembali dengan penampilan yang baru. Kelemahan terbesarnya kini telah musnah. Semua yang dulu menganggapnya sampah akan dia singkirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hairunnisa Ys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Haruskah?
Mereka yang mendengar kabar bahagia itu pun, bersuka cita dan berterima kasih pada yang maha kuasa yang telah menurunkan seorang penolong untuk mereka.
"Bolehkah kami tau siapa orang yang berhati mulia itu dok?" tanya Andri senang bercampur penasaran. Andai ia tau putrinya lah orangnya apa ia akan sebahagia ini.
"Mohon maaf Pak, pendonor tidak ingin identitasnya diketahui," ucap dokter tersebut memberi pengertian. Andri hanya bisa menghela napas, ia sangat ingin mengucapkan terima kasih pada orangnya secara langsung Namun, apa boleh buat. Mereka yang dilingkupi kebahagiaan tidak menyadari ketiadaan Saira di ruangan tersebut.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Saira datang mendekati mereka. Ia ingin sekali saja melihat mereka tersenyum saat melihatnya.
Ibunya menatap tajam ke arah Saira. "Ini semua gara-gara kamu! Anak tidak tahu diri yang selalu menyusahkan kami semuanya!" cerca Ibunya dengan marah.
Danu menatap datar wajah Saira. Tidak ada sedikit pun cinta di matanya.
Saira tersenyum lemah, "Ma, aku bahagia jika akulah yang berada di tempat Kak Izora. Andai bisa digantikan, aku bahkan ingin melakukannya."
"Kau tidak perlu melakukan apa-apa. Sejak awal kau memang tidak berguna! Sudah ada penolong baik yang mendonorkan ginjalnya." seru Andri datar.
"Syukur lah, Pa. Tapi bolehkah aku memelukmu sekali saja."
Andri berlalu dari sana. Saira sudah mendapat jawabannya. Batinnya menangis. Namun, ia memasang senyum palsu untuk menutupi keretakan hatinya. Tapi Andri kembali lagi dan menatap Saira dingin.
"Saya tidak sudi lagi menganggap kamu sebagai putri saya. Ingat, hanya Izora puteri saya satu-satunya!"
Air mata Saira jatuh dengan entengnya. Bibirnya bergetar dan memeluk kaki ayahnya dengan penuh kerapuhan. Ia mencium kaki ayahnya dan Andri melepas paksa.
"Pa, bagaimana lagi caranya agar Saira bisa menebus semua kesalahan Saira." isaknya.
"Menjauh dari saya! Jangan pernah menunjukkan lagi wajahmu di depan keluarga saya!"
Saira menangis dan bangkit perlahan dengan bahu bergetar. "Pa, jika itu bisa membuat Papa bahagia, Saira akan melakukannya."
Andri menatap jengah dan segera pergi dari sana.
Kini ia beralih ke arah ibunya. "Ma, bolehkah aku memelukmu, mungkin ini akan menjadi pelukan terakhir untukku." Matanya terlihat berharap. Sesekali ia menahan sakit di perut bagian bawah tapi ia tahan sekuat tenaga.
"Jika sampai terjadi sesuatu pada Izora, kamulah penyebabnya!"
Setelah perkataan pedas itu, Ia segera mengikuti langkah kaki suaminya. Danu menatap datar wajah pucat Saira. Kekecewaan telah membutakan hatinya.
"Kak, tolong jangan pergi dulu."
"Dengar kan barusan Papa bilang apa? Jadi menjauhlah."
Saira menangis sambil bersimpuh di lantai. Tidak terkira lagi bagaimana bentuk hatinya saat ini. Ia sangat hancur sekarang, tidak ada siapa pun yang menyayanginya.
"Terima kasih, Tuhan. Aku tidak lagi ragu menghadapmu," bisiknya pelan.
Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yang selama ini mengajaknya untuk menyerah. Tapi ia hanya disambut oleh suara operator. Ia mengirim pesan melalui pesan suara.
"Kak, sekarang aku menyadari semuanya. Sudah seharusnya aku menyerah sejak dulu. Terima kasih karena selalu di sisiku meski kamu menjagaku dengan menjadi bayangan. Terima kasih untuk segalanya, aku akan menyerah sekarang, Kak. sekali lagi terima kasih."
Setelah selesai, ia mematikan panggilan. Inilah yang terbaik untuk semuanya, ia akan berkorban demi kebahagiaan banyak orang. Keluarganya akan sedih bila kakaknya pergi, Aksa juga akan terpukul bila Izora tidak tertolong. Sedangkan Saira, walau pun mati di meja operasi, tidak akan ada yang menangisinya. Untuk itu ia harus menyelamatkan senyuman semua orang. Keputusan sudah ia ambil entah masih hidup atau tidak nantinya. Ia hanya berserah diri pada sang pemberi kehidupan.
Di sebuah taman, ia menatap kosong hamparan taman yang sangat indah. Ia kembali mengingat cacian dan makian dari suaminya beberapa jam yang lalu.
"Kau ingat Saira, jika terjadi apa-apa dengan kekasihku aku tidak akan pernah memaafkanmu. Ini semua karena kau! Kenapa kau harus hadir di antara kami berdua. Kau perusak kebahagian kami. Aku sudah muak dengan semua ini! Bisakah kau pergi dari kehidupanku untuk selamanya!" Aksa berlutut memohon kepada Saira. Ia mengatupkan kedua tangannya.
"Aku mohon Saira, jika kamu masih memiliki hati tolong kembalikan kebahagiaanku." Mendengarnya yang menangis sambil memohon seperti ini semakin membuat hati rapuhnya bertambah retak. Ia membantu Aksa bangun dan langsung memeluknya.
Aku berjanji Kak, aku akan mengembalikan kebahagiaanmu, batinnya.
Pagi itu, Saira menyiapkan segala keperluan Aksa. Ia juga sudah menyiapkan belanjaan untuk seminggu ke depan. Kulkas sudah diisi dengan penuh.
"Boleh kupasangkan dasimu." pinta Saira tersenyum. Aksa heran melihat gelagat Saira yang tidak seperti biasanya.
"Tidak perlu!" ketusnya.
"Ayolah, ini hanya sepasang dasi. Sini kubantu, mana tahu nanti kamu merindukanku." kekeh Saira.
"Sampai mati pun, aku tida akan pernah merindukanmu! camkan itu!"
Aksa segera pergi setelah Saira selesai memasang dasinya. Saira tersenyum penuh luka.
"Kamu benar, Kak. Mana mungkin suamiku bisa merindukanku." Saira menghapus air matanya dan segera bersiap.
Tepat pukul sembilan pagi operasinya akan segera dilaksanakan, Saira sudah dibawa keruang operasi bersamaan dengan Izora, ia menatap sendu wanita yang sudah ia sakiti. Tubuhnya dibantu beberapa alat pernapasan dan lainnya karena ia sendiri tidak tahu namanya.
"Semoga ginjalku bisa menebus sebagian kesalahanku Kak," ucapnya pelan, untuk pertama kalinya tersenyum tulus terbit di bibirnya sebelum mata itu tertutup di bawah pengaruh obat bius.
kenapa jadi abu-abu 🤔
cuiiiiiihhh 🖕🖕
apa itu masuk ya Thor🤔
cuuiiiiiiihhhh 🖕🖕🖕🖕🖕