Setelah mengalami percobaan mesin waktu yang gagal, Han Ziqing tiba di dunia kuno sebagai permaisuri yang siap dikubur di peti mati. Di hari dia membuka mata kembali, dia bertengkar dan bertarung dengan Wei Shiqi, sang Kaisar yang selama ini membencinya.
Di dalam harem yang kejam dan dingin, selain menghadapi sikap dingin Wei Shiqi, Han Ziqing juga harus menghadapi dan mengurus selir-selir yang memusingkan.
Wei Shiqi yang menyadari kepribadian Han Ziqing yang berubah total mulai mengubah pemahamannya. Dia secara tidak sadar melakukan segala hal untuk melindunginya dan membuatnya tetap berada di sisinya.
***
"Yang Mulia, Permaisuri meracuni Selir Yun karena kesal!"
Wei Shiqi menjawab, "Panggil tabib dan obati Selir Yun!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi menemui Sarjana Song!"
Wei Shiqi menjawab, "Batalkan gelar sarjananya, kirim ke perbatasan!"
"Yang Mulia, Permaisuri pergi berkencan dengan Tuan Fu!"
Wei Shiqi mengerutkan kening, "Kirim Fu Dou kembali ke negaranya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Terkejut
Fajar menyingsing di ufuk timur. Suasana syahdu saat orang-orang mulai membuka matanya. Embun sejuk jatuh dari dedaunan, mengalirkan semilir angin yang menyejukkan hati. Tapi kemudian, semua kesyahduan itu langsung sirna saat sebuah teriakan bergema dari dalam Istana Ningxi.
“Penjahat! Siapa kau? Kenapa kau tidur di sini?”
Han Ziqing menendang seorang pria yang dipeluknya hingga jatuh. Pria itu mengerang kesakitan dan mendesis. Han Ziqing hendak memukulnya dengan teko, tapi Meixiang langsung berteriak mencegahnya.
“Yang Mulia, tidak boleh!”
Han Ziqing pun tidak jadi melemparnya. “Mengapa tidak boleh? Pria mesum ini berani menodaiku! Dia ingin mati, ya?”
“Siapa yang kau sebut pria mesum?”
Begitu suara si pria terdengar, Han Ziqing langsung terpaku. Dia tidak yakin dengan pendengarannya. Saat pria itu bangkit dan berbalik, Han Ziqing semakin terkejut. Ekspresi pria itu begitu mengerikan. Dia tampak sangat marah dan kesal.
“Y-Yang Mulia?”
Meixiang menutup matanya, tidak ingin melihat adegan ini. Seandainya dia tidak keburu mencegah Permaisuri, mungkin saat ini sudah banyak orang datang kemari karena Kaisar terluka. Dia menyesal tidak masuk lebih awal.
“Kau bilang aku mesum?”
“Lalu kenapa Yang Mulia memelukku? Kenapa pula kau datang kemari?”
“Aku memelukmu? Kau tanyakan pada Meixiang, siapa yang semalaman enggan melepasku dan memelukku seperti guling?”
Han Ziqing melirik Meixiang dan Meixiang mengangguk. Astaga, apa yang sudah dia lakukan? Dia memeluk Wei Shiqi dalam tidurnya semalaman? Mau di kemanakan wajahnya ini?
“Aku kasihan melihatmu tertidur di sofa dan berbaik hati memindahkanmu. Kau malah bagus, membuatku tinggal bersamamu dan memelukku seperti guling.”
“Ah, benarkah?” Han Ziqing juga tidak yakin. Tapi, dia memang merasa guling yang dipeluknya sangat hangat dan nyaman.
“Sudah ingat sekarang? Sudah sadar?”
“Em, itu salahmu sendiri. Untuk apa Yang Mulia datang kemari malam-malam? Jika Yang Mulia tidak memindahkanku, kau tidak akan tinggal di sini semalaman.”
“Setelah memanfaatkanku, kau menyalahkanku? Tidak ingin tanggung jawab?”
“Lalu Yang Mulia ingin aku bertanggung jawab seperti apa?”
Ini adalah kesempatan Wei Shiqi untuk mengerjai Han Ziqing. Sudah semalaman dia membersamainya. Seluruh tubuhnya terasa pegal. Han Ziqing harus menebusnya karena sudah membuatnya kehilangan waktu tidurnya.
“Datanglah ke Istana Yongqian dan layani aku.”
“Melayani bagaimana?”
“Datang saja.”
Han Ziqing hendak protes dan bertanya lagi, tapi Wei Shiqi sudah terlanjur pergi dari Istana Ningxi. Dia merutuki kebodohannya yang suka tidur sembarangan dan sangat suka memeluk guling. Kebiasaan buruk ini harus segera diperbaiki agar kelak hal yang sama tidak terjadi lagi.
“Yang Mulia, bagaimana dengan salam paginya?” tanya Meixiang.
“Salam pagi apanya? Kau tidak dengar tadi? Kaisar ingin aku datang ke Istana Yongqian dan melayaninya!”
Meixiang tidak lagi berbicara. Dengan cekatan dia membantu Han Ziqing membersihkan dan merapikan diri. Meski tidak suka berdandan, tapi setidaknya dia harus tampil cantik dan berwibawa. Tak perlu bertanya soal siapa yang akan mempertanyakan ada atau tidaknya wibawanya sebagai Permaisuri.
Han Ziqing lalu pergi ke Istana Yongqian sesuai dengan perintah Wei Shiqi. Dia berpapasan dengan para selir yang hendak pergi menemuinya di Istana Ningxi untuk melakukan salam pagi. Melihat para selir sudah siap sedari pagi, dia tidak bisa tidak merasa kagum.
“Jam berapa para selir ini bangun? Mereka rajin sekali,” gumamnya. Lalu, Han Ziqing menatap mereka. “Kalian kembali saja. Salam pagi hari ini diliburkan.”
“Yang Mulia mau pergi ke mana sepagi ini?” tanya Selir Qiao.
“Aku pergi menyelesaikan urusan. Kalian sibuklah.”
Para selir terpaksa kembali ke kediaman masing-masing. Sejak Permaisuri bangun lagi, salam pagi jadi sering ditiadakan. Mungkin hanya ada dua atau tiga kali jika dihitung dari waktu saat itu. Aneh sekali, tapi ini nyata. Ada sesuatu dari diri Permaisuri yang berubah, membuat beberapa hal dalam dirinya yang biasa hilang entah ke mana.
Xiao Hui dan Xiao Cui berdiri di depan pintu masuk Istana Yongqian. Han Ziqing berhenti sejenak, menatap penuh curiga kepada dua pengawal kembar yang berwajah tampan tapi sangat garang itu. Anehnya, keduanya malah bersikap pura-pura tidak melihat saat Han Ziqing melewati mereka.
“Aku pikir Kaisar mau menyuruh mereka menghukumku.”
Mungkin pengalaman buruk di masa lalu meninggalkan trauma mendalam yang membekas dalam tubuh ini. Setiap kali melihat Xiao Hui dan Xiao Cui, ingatan Han Ziqing dilemparkan pada momen dia diusir paksa dan diseret keluar dari Istana Yongqian. Sungguh tidak ada harga diri sama sekali.
“Yang Mulia, Kaisar sudah menunggu di dalam,” Jin Bao menyambut kedatangan Han Ziqing dengan senyum ramah di wajahnya.
“Dia menungguku?”
“Benar, Yang Mulia. Silakan.”
Tapi, hanya Han Ziqing yang masuk. Jin Bao sendiri keluar lagi setelah menutup pintu. Han Ziqing jadi curiga. Kenapa pintunya ditutup? Apa Wei Shiqi mau melakukan sesuatu dengannya? Bermain kucing dan tikus? Tiba-tiba Aula Yongqian terasa horror.
“Yang Mulia?” panggil Han Ziqing.
“Kemarilah.”
Uh, bukan main kucing dan tikus atau permainan hantu. Han Ziqing melangkahkan kakinya lebih jauh ke bagian dalam Istana Yongqian. Dia tiba di samping kamar tidur Wei Shiqi. Ukuran tempat tidur pria itu lebih besar dan kasurnya sepertinya lebih empuk. Han Ziqing jadi iri. Nanti dia akan suruh orang mengganti kasurnya dengan kasur serupa.
Ada bunyi gemericik air dari sebelah. Tirai kertas yang dipasang di sana memantulkan bayangan samar seseorang sedang berada dalam bak mandi. Han Ziqing mendekat. Aroma yang sangat harum seketika tercium.
“Masuklah.”
“Kenapa harus masuk?”
“Kau harus lihat hasil perbuatanmu pagi ini.”
Han Ziqing melangkah masuk. Wei Shiqi sedang berendam di bak mandi, setengah tubuhnya berada dalam air. Dia bertelanjang dada. Ada memar di bagian punggung dan bahunya. Han Ziqing mencelos. Memar di bagian itu pasti disebabkan oleh jatuhnya Wei Shiqi ke lantai akibat tendangannya tadi.
“Punggung dan bahuku sakit. Aku tidak bisa menggapainya dengan tanganku. Kau cepat bantu,” ucap Wei Shiqi.
Astaga, pria ini ingin dirinya membantunya menyabuni punggung dan bahu? Oh, yang benar saja! Bukankah Wei Shiqi terbiasa dibantu dilayani oleh Jin Bao? Dia juga bukankah alergi bersentuhan dengan wanita? Kenapa memintanya mengelap punggung?
“Kau yakin ingin aku membantumu mandi?”
“Jika tidak lalu untuk apa aku memanggilmu? Cepatlah, masih ada banyak urusan yang harus aku selesaikan hari ini.”
“Cih… bilang saja ingin menyusahkanku.”
Memang, batin Wei Shiqi berkata. Salah Han Ziqing sendiri telah membuatnya jatuh dan pegal. Menendang seorang kaisar adalah kejahatan, harusnya dihukum berat. Tapi karena Han Ziqing adalah permaisurinya, dia berbaik hati memberinya sedikit pelajaran sebagai bentuk peringatan.
Han Ziqing mengambil handuk basah dan dengan malas mengelap punggung Wei Shiqi. Omong-omong, postur pria ini bagus sekali. Punggungnya lebar dan dadanya bidang. Kulitnya sangat lembut. Ada beberapa bekas luka lama yang sudah memudar. Sepertinya ini ditinggalkan bertahun-tahun lalu.
Matanya mau tidak mau mengintip ke bagian depan. Yang di bawah air itu, yang masih tertutup celana pendek, pastinya sangat besar, kan? Apakah berfungsi dengan baik?
Tiba-tiba saja Han Ziqing penasaran. Seorang kaisar, menurut catatan yang ia baca biasanya memiliki kemampuan luar biasa di tempat tidur. Pastinya alat tempurnya juga luar biasa. Dia bertanya-tanya apakah Wei Shiqi juga punya kemampuan tersebut?
Wei Shiqi punya stamina yang bagus. Dia seorang ahli bela diri yang hafal titik vital seseorang. Dia tahu bertindak cepat dan mengubah arah serangan. Saat berkelahi tempo hari, Han Ziqing sudah merasakan bahwa pria ini memiliki kemampuan yang sangat bagus.
“Apa yang kau lihat?”
“Apa yang bisa aku lihat? Tidak ada yang bisa aku lihat.”
“Tidak ada? Kau tidak melihat apapun?”
Pembicaraan ini ambigu sekali. Apa yang harus dilihat ketika Han Ziqing bisa melihatnya? Meski tidak jelas dan sepertinya sedang tidur, tapi itu sudah sukses membuatnya bergidik. Dia buru-buru membuang jauh pikiran kotor yang menodai otak sucinya.
“Tidak ada. Yang Mulia, aku sudah membantumu mengelap punggung. Bisakah aku pergi?”
“Tugasmu belum selesai.”
“Apa lagi yang kau inginkan?”
“Bantu aku berpakaian.”
Wei Shiqi mengambil kain putih untuk menutupi kepala Han Ziqing. Dia dengan cepat mengganti pakaian basahnya dengan pakaian kering. Saat Han Ziqing menyingkirkan kain yang menutupi kepalanya, Wei Shiqi sudah memakai selapis pakaian putih tipis lengkap menutupi seluruh tubuhnya.
Han Ziqing diam-diam tersenyum. Pria ini tahu cara menghormati wanita dan melindungi matanya. Dia tidak membiarkan dirinya melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat, yang mungkin bisa saja dilakukan jika otaknya berpikiran mesum. Untuk hal ini, dia merasa bersyukur dan menyesal di waktu bersamaan.
“Pakaikan untukku.”
Han Ziqing mengambil dan memakaikan selapis demi selapis pakaian dinas harian Wei Shiqi. Jika dihitung, ada tiga lapis pakaian yang menutupi tubuhnya. Dia memakainya sepanjang hari, setiap hari. Apa dia tidak kepanasan? Han Ziqing saja yang mengenakan dua lapis sering kegerahan.
“Tata rambutku.”
“Bukan, mengapa harus menata rambut juga?”
“Jangan membantah.”
Mendominasi sekali! Han Ziqing sampai tidak sempat memprotes akibat perkataan Wei Shiqi yang sangat tegas. Sudahlah, kali ini saja. Lain hari tidak akan terjadi lagi. Dia pun menata rambut Wei Shiqi. Mengurainya lebih dulu, menyisirnya lalu menatanya kembali.
“Kali ini sudah selesai, kan? Aku harus menyirami tanaman anggurku. Biarkan aku pergi.”
“Siapa bilang?”
“Yang Mulia, ada apa lagi?”
“Aku sudah berkata bahwa hari ini kau harus melayaniku.”
“Silakan pilih salah satu selir untuk melayanimu.”
“Mereka belum layak.”
“Lantas apakah aku juga layak?”
“Hampir.”
“Apa maksudnya hampir?”
Wei Shiqi tidak menjawab. Usai merapikan diri, dia pergi ke aula baca diikuti Han Ziqing. Ternyata benar, ada banyak berkas yang belum dibaca di mejanya. “Rapikan itu untukku. Kelompokkan berdasarkan departemen pengirimnya.”
Dalam hatinya Han Ziqing berteriak: Kau sengaja, kan?
Mau tidak mau Han Ziqing merapikannya dan menyortirnya. Dia melihat ada banyak sekali dokumen memorandum yang sepertinya berisi pengaduan dan petisi untuk melengserkannya. Anehnya, semua dokumen itu tidak ditandatangani, bahkan terlihat kotor dan rusak.
Han Ziqing melirik Wei Shiqi yang acuh tak acuh. Diam-diam pula dia merasa senang lagi. Pelengseran dan penggulingan posisi? Mimpi saja!
wkwkwkwkwk