NovelToon NovelToon
Selepas Gulita

Selepas Gulita

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Poligami / Spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: idrianiiin

Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra.

Hidup tak selalu mudah, tidak juga selamanya susah. Keduanya hadir secara bergantian, berputar, dan akan berhenti saat takdir memerintahkan.

Percayalah, selepas gulita datang akan ada setitik harapan dan sumber penerangan. Allah sudah menjanjikan, bersama kesulitan ada kemudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idrianiiin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 32

...بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم...

..."Sadar tidak sadar, lingkungan kerapkali mempengaruhi dan membawa perubahan dalam diri."...

...—🖤—...

KEHIDUPAN Nayya benar-benar berubah total. Setiap pagi hari dirinya disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan rumah. Semua dikerjakan dengan hati yang riang, tidak ada beban. Rasa lelah yang dirasa, tidak sebanding dengan kebahagiaan yang kini menyapa.

Mengantar Zalfa ke rumah sakit untuk terapi pun dilakoni Nayya. Meskipun agak repot karena harus menggunakan taksi, tapi dia tetap enjoy dengan kehidupannya saat ini. Mobil miliknya sengaja disimpan di resort, untuk dipakai Syaki bila lelaki itu memerlukan. Sebab, rumah yang saat ini ditempati tidak memiliki garasi.

Jika hendak bepergian Zayyan yang akan mengantar dengan sepeda motor. Sekarang Nayya benar-benar berkawan dengan kesederhanaan. Pakaiannya pun menyesuaikan, gamis serta kerudung menutup dada menjadi andalan. Jauh dari media dan kamera, ternyata jauh lebih menyenangkan bagi Nayya.

Setelah banyaknya kesabaran, gencarnya ikhtiar, dan derasnya linangan air mata, kini Zalfa sudah mulai bisa mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan Zayyan dan Nayya lagi. Terapi okupasi yang dijalani, memang bertujuan untuk memudahkan pasien agar bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Meskipun masih belum bisa berjalan, tapi setidaknya Zalfa bersyukur karena tidak begitu merepotkan Nayya dan Zayyan.

"Malam ini, kan jadwal Mas Zayyan sama kamu. Mending kalian jalan keluar berdua, ngabisin waktu sama-sama. Pacaran," titah Zalfa di tengah kegiatan mereka yang tengah menonton kajian.

Zalfa menularkan kebiasaan positif, Nayya yang biasanya lebih suka menonton film dan serial drama kini justru jadi kecanduan kajian. Zalfa banyak sekali membawa perubahan pada diri Nayya, terlebih dalam perkara agama yang dulu tidak terlalu diprioritaskan.

"Nggak ah, di rumah aja. Jadi anak rumahan aku sekarang, nggak doyan keluyuran," tolaknya.

"Kenapa?"

"Udah bosan kali yah, sebulan nikah sama Zayyan banyak ngubah aku, apalagi gaul sama kamu. Kayak buat apa sih buang-buang waktu untuk keluyuran? Mending nonton kajian atau tadarusan. Lebih punya tujuan dan semangat dalam beribadah, hidup satu atap sama kamu dan Zayyan itu bawa aura positif," sahut Nayya dengan senyum mengembang.

Zalfa manggut-manggut. "Kamu emang nggak bosan, atau jenuh misalnya? Kehidupan kamu dulu dan sekarang, kan beda jauh."

"Malah aku lebih seneng sama kehidupan aku sekarang. Mau berbenah dan berusaha menjadikan diri agar lebih layak untuk Zayyan. Aku juga suka iri sama kamu, Fa. Kamu tuh nggak main-main dalam beragama. Aku nggak mau tertinggal dari kalian berdua," terangnya.

"Aamiin, semoga istiqomah yah."

"Oh, ya kepala kamu gimana? Masih suka pusing tiba-tiba?" tanya Nayya.

Zalfa mengangguk singkat. "Masih, tapi hanya sesekali. Kamu nggak usah khawatir, lagi pula kondisi aku sekarang jauh lebih baik kok."

"Iya, sekarang udah profesional banget. Nolak terus kalau mau dibantuin, berasa ada yang hilang tahu," dengkusnya.

Zalfa malah terkekeh, lalu memeluk Nayya dari samping. Dia sudah menganggap Nayya seperti adiknya sendiri. "Bagus dong, malah kamu harusnya senang karena dengan begitu kamu punya waktu lebih lama sama Mas Zayyan."

"Kok kamu bisa seikhlas itu sih, Fa? Kamu rela berbagi suami dan kamu tuh nggak pernah kesel ataupun cemburu sama aku," herannya.

"Aku lagi usaha supaya bisa masuk surga, makanya aku ikhlas dan rela. Kalau cemburu pasti ada, tapi suka aku alihin ke dzikir supaya nggak kepikiran," sahut Zalfa seraya tersenyum lebar.

Nayya hanya geleng-geleng kepala. "Malah kamu itu lebih banyak sabar dan ngalahnya, harusnya aku yang ngelakuin itu."

Zalfa menggenggam tangan Nayya. "Gini ya, Nay, aku yang minta Mas Zayyan untuk menikah lagi. Jadi, emang udah sewajarnya aku melakukan itu. Lagi pula aku mau kalian lebih dekat dan bisa menghabiskan waktu bersama. Biar rame rumah kita."

Nayya tersipu mendengar kata terakhirnya. Pintar sekali menggoda Zalfa ini. "Jangan bahas itu dong, Fa."

"Kenapa? Ada yang salah emangnya?"

"Aku malu tahu."

Zalfa malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Udah dong, Fa, jangan isengin aku terus," pinta Nayya berhasil menghentikan tawa Zalfa.

"Belum ada tanda-tanda emangnya?"

Nayya menggeleng pelan. "Baru nikah sebulan juga, Fa. Rusuh banget kamu."

Zalfa malah terkekeh tanpa dosa. "Iya tahu, yang masih pengantin baru."

"Kamu juga masih pengantin baru kali."

"Bedalah, Nay, meskipun aku nikah sama Mas Zayyan baru sekitar empat bulanan, tapi ya gitu deh. Aku nggak bisa melayani Mas Zayyan kayak kamu. Nggak ngerepotin Mas Zayyan aja udah bersyukur banget aku," katanya.

Nayya memeluk Zalfa sangat hangat. "Jangan sedih gitu dong, Zayyan tuh sayang banget sama kamu, Fa. Semangat, in syaa allah bisa sembuh dan pulih lagi."

"Aku tuh nggak mau muluk-muluk, udah bisa aktivitas sehari-hari sendiri juga alhamdulilah banget. Ini lebih dari cukup, yang penting nggak nyusahin kamu sama Mas Zayyan lagi," katanya membalas pelukan Nayya tak kalah hangat.

"Istri shalihah emang kamu ini, Fa," puji Nayya lalu melepaskan pelukan di antara mereka.

Suara salam menguar, Zayyan datang dengan senyum mengembang. Keduanya menyambut sang suami dengan hangat dan bergantian untuk menyalami.

"Asinan bogor untuk Tuan Putri, seperti biasa, dan ini burger rendah kalori untuk Permaisuri," katanya seraya menyerahkan oleh-oleh yang setiap hari selalu Zayyan bawa.

Zalfa dan Nayya tersenyum lebar seraya mengucapkan terima kasih. Perhatian yang Zayyan beri selalu adil dan sama rata.

"Mau mandi sekarang, Yan? Aku siapin dulu," kata Nayya lalu bangkit dari duduknya.

"Boleh, gerah banget aku," sahut Zayyan.

"Mas bersih-bersih dulu yah, Fa," ungkap Zayyan seraya mengelus lembut puncak kepala istrinya.

Sebuah anggukan kecil Zalfa berikan.

"Lecek banget muka kamu, banyak pelanggan yah di resort?" tanya Nayya saat Zayyan sudah memasuki kamar mereka.

"Bukan karena itu, aku pusing karena diminta Papa untuk belajar ngurus resort. Nggak biasa duduk di ruangan ber-AC dan seharian perhatiin layar komputer," adunya lantas duduk di tepi ranjang.

Nayya berjongkok untuk melepas kaus kaki Zayyan lalu duduk di sisinya. "Nanti aku bilang sama Papa yah, kamu nggak usah maksain diri kalau emang nggak nyaman."

Zayyan menggeleng keras. "Jangan, Nay kasihan Papa. Beliau itu udah nggak muda lagi, aku nggak papa kok. Lagian ada Mas Syaki yang bantuin."

Tanpa disangka Zayyan merengkuh Nayya dan mendaratkan kecupan singkat di pipi istrinya. "Aku kangen banget sama kamu, Nay."

"Modus pasti ini," keluh Nayya.

Zayyan sedikit terkekeh pelan. "Nggak papa, modus sama istri sendiri itu halal."

"Ya udah bersih-bersih dulu gih, airnya udah aku siapin di bathtub."

"Kamu kok wangi banget sih, Nay," katanya setelah menjauhkan diri dari tubuh Nayya.

"Aku, kan udah mandi. Nggak kayak kamu, masih bau keringat belum mandi lagi," oceh Nayya.

Zayyan menyeringai, lalu menjahili Nayya dengan cara membiarkan kepala perempuan itu berada di bawah ketiaknya. Nayya berteriak histeris, karena aroma kurang sedap hinggap di hidungnya.

"Bau, Zayyan!" omelnya berusaha untuk melepaskan diri.

Zayyan malah semakin tertawa terpingkal-pingkal. Pergerakan Nayya yang rusuh, sedikit membuat dia oleng dan akhirnya mereka terjerembab ke kasur dengan Nayya yang berada di atas tubuhnya.

Nayya terpaku, bahkan untuk sekadar menelan saliva saja rasanya sangat amat kesusahan. Pandangan mereka terkunci cukup lama.

Zayyan menarik Nayya, lalu dia bangun untuk bisa kembali duduk dengan Nayya berada di pangkuannya. "Tegang banget muka kamu, Nay."

Sontak Nayya pun langsung menggeleng beberapa kali. "Ish, kamu sih usil banget, udah sana mandi dulu biar segeran."

"Mandi sama kamu?" godanya.

"Aku udah mandi, Zayyan!" sahut Nayya seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Zayyan tertawa puas. "Ya udah makanya turun, nyaman banget kamu duduk di pangkuan aku."

"Nggak ada yah!" Nayya langsung melesat pergi keluar kamar. Meninggalkan Zayyan yang masih asik tertawa.

...🖤SEE YOU NEXT CHAPTER🖤...

1
Nur Hasanah
Biasa
Nur Hasanah
Kecewa
Sriza Juniarti
karma nanti naya..bucin abis🤣🤣
Sriza Juniarti
lanjuutt..s3mangat kk, terus berkarya
love sekebon🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!