NovelToon NovelToon
Selepas Gulita

Selepas Gulita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: idrianiiin

Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra.

Hidup tak selalu mudah, tidak juga selamanya susah. Keduanya hadir secara bergantian, berputar, dan akan berhenti saat takdir memerintahkan.

Percayalah, selepas gulita datang akan ada setitik harapan dan sumber penerangan. Allah sudah menjanjikan, bersama kesulitan ada kemudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idrianiiin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 31

...بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم...

..."Bersaudara tidak harus berasal dari rahim yang sama, sebab dalam Islam kita ini saudara seagama."...

...—🖤—...

NAYYA yang saat itu tengah asik di dapur untuk menyiapkan sarapan tersentak kala mendapati Zayyan berada di sisinya. Dalam diam lelaki itu memperhatikan kegiatan Nayya.

"Jangan lihatin aku kayak gitu," ucap Nayya mencoba fokus untuk memotong wortel.

"Masak apa, Nay?" tanya Zayyan tiba-tiba mengambil pisau lain lalu mengiris sosis dan bakso.

"Capcay," katanya kini sudah beralih untuk memotong kol.

Zayyan manggut-manggut. "Jago masak juga ternyata, sering di dapur?" katanya berbasa-basi.

Mendadak bingung harus mencari topik pembicaraan seperti apa agar kecanggungan yang tercipta, mencair menjadi kehangatan.

"Biasa aja, sekadar bisa. Nggak kayak kamu."

"Ya udah kalau gitu aku aja yang terusin, kamu tinggal duduk santai nunggu masakannya jadi," pinta Zayyan berhasil menghentikan gerak tangan Nayya yang tengah mencuci sayuran.

"Kenapa gitu?"

Zayyan menyelesaikan terlebih dahulu pekerjaannya lalu menatap Nayya. "Kalau aku libur, masalah dapur biar aku yang urus. Kamu pasti capek kalau harus kerjain semuanya sendiri."

"Aku emang bukan perempuan yang segala bisa dalam mengurus pekerjaan rumah, tapi saat aku memutuskan untuk menikah sama kamu. Aku udah berjanji untuk belajar mengerjakan semuanya sendiri," terang Nayya.

"Nay, aku tahu kamu nggak terbiasa dengan semua ini. Bahkan biasanya kamu itu dilayani, sekarang malah kamu yang melayani aku dan juga Zalfa. Kita bagi-bagi tugas aja, atau kalau perlu panggil orang buat bantu bersih-bersih rumah," sarannya.

Nayya menggeleng keras. "Aku ingin berperan sebagaimana seorang istri sungguhan. Memasak, mencuci, nyapu, pel, atau kegiatan-kegiatan lain yang memang udah lumrah dikerjakan oleh seorang perempuan yang udah menikah. Melayani kamu itu udah jadi tugas dan tanggung jawab aku, dan untuk melayani Zalfa pun sebuah keharusan."

Zayyan tertegun. Dia merasa tengah berhadapan dengan orang lain, bukan Nayya yang selama ini dikenalnya. Nayya yang sekarang sangat amat dewasa, matang dalam pemikiran, cekatan, serta jangan lupakan juga keahliannya saat di dapur. Padahal dulu Nayya selalu berulah dan mengganggu saat dirinya tengah bekerja di dapur. Pengacau ulung.

Zayyan terbiasa melihat Nayya dengan penampilan yang serba rapi, modis, dan stylish. Dari ujung kepala sampai ujung kaki sangat amat diperhatikan, tapi lihatlah sekarang. Hanya bermodalkan daster berlengan pendek dengan panjang selutut, rambutnya pun dicepol asal. Namun, justru kesederhanaan ini malah semakin membuat Nayya menawan.

Sifat judes, ketus, dan suara tingginya yang dulu menjadi ciri khas seakan hilang secara tiba-tiba. Nayya yang kini menjadi istrinya sangat lemah lembut dalam bertutur kata, lebih sering menunduk, dan terlihat malu-malu. Sifat-sifat dominan itu tidak lagi ditemukan dalam diri Nayya yang sekarang.

"Malah bengong, kenapa?" Nayya mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Zayyan.

Zayyan tergagap seketika. "Enggak, nggak papa."

"Aneh," komentarnya lantas menyalakan kompor dan mulai untuk menumis bumbu yang sudah disiapkan.

Saat wanginya sudah tercium harum dia langsung memasukan semua bahan-bahannya ke dalam wajan, tak lupa menambahkan sedikit air serta perasa agar semakin lezat.

"Selesai," seru Nayya sembari memamerkan hasil masakannya pada Zayyan.

Zayyan tersenyum lebar. "Wangi banget, pasti rasanya enak."

Nayya melajukan tungkainya menuju meja makan. "Semoga aja cocok sama lidah kamu dan juga Zalfa. Aku cuma masak seadanya, capcay sama udang goreng tepung. Suka?"

"Suka."

"Aku ganti baju dulu, nggak enak sama Zalfa kalau dasteran doang," katanya hendak pergi ke kamar, tapi tertahan karena Zayyan mencekal tangannya.

"Nggak usah diganti, kamu cantik, Nay. Aku suka lihat kesederhanaan kamu," ucap Zayyan terus terang.

Wajah Nayya seketika memanas, dan bisa dipastikan wajahnya sekarang sudah berubah jadi semerah tomat. Dia tersipu malu, dan hanya bisa menunduk dalam.

Zayyan terkekeh pelan. "Kamu lucu, Nay."

"Kenapa sekarang kamu suka banget sih, Yan usulin aku. Dulu boro-boro, nyebelin banget yang ada," cetus Nayya setelah mampu mengendalikan dirinya.

"Dulu kamu nggak halal untuk aku, sekarang, kan udah beda lagi ceritanya. Kamu istri aku."

"Ish, ish, aslinya tuh kamu tukang gombal yah, Yan. Bener-bener di luar prediksi BMKG," ujar Nayya.

Zayyan malah tertawa terpingkal-pingkal.

Nayya melepaskan tangan Zayyan. "Aku mau ganti baju dulu, malu sama Zalfa. Nggak usah nahan-nahan aku lagi."

"Iya, aku panggilin Zalfa dulu buat sarapan," sahut Zayyan lalu mereka berpisah untuk berjalan ke tujuan masing-masing.

"Sarapan dulu yuk, Fa," ajak Zayyan saat melihat Zalfa tengah berdzikir di atas ranjang.

"Udah masak emang? Kok nggak ajak aku?"

Zayyan membuka selimut yang Zalfa pakai lalu memindahkan tubuh sang istri ke kursi roda. "Nayya yang masak. Lain kali nanti Mas minta Nayya untuk ajakin kamu juga yah."

Zalfa mengangguk. "Mas bahagia, kan dengan pernikahan ini?"

Laju tungkai Zayyan tertahan. "Maksud kamu apa, Fa?"

Zalfa mendongak dan memegang tangan Zayyan yang berada di kursi roda. "Aku cuma mau memastikan aja. Khawatir Mas malah nggak bahagia dengan keadaan sekarang."

"Mas bahagia, Fa."

"Alhamdulillah, syukurlah."

"Kamu bahagia?" Kini Zayyan beralih menanyakannya pada Zalfa.

"Tentu, sangat, apalagi saat aku tahu Mas bahagia. Rasanya bertambah berkali-kali lipat," seru Zalfa begitu bersemangat.

"Oh, ya Mas mau minta maaf sama kamu. Semalam Mas nggak bisa menepati janji Mas, kita absen salat malam karena Mas ketiduran," tutur Zayyan kini sudah berjongkok di depan Zalfa seraya menggenggam tangannya.

"Nggak papa, aku paham kok. Mas pasti kelelahan, kan? Sekarang Mas harus lebih memperhatikan Nayya yah," jawab Zalfa tersungging lebar.

"Kamu nggak cemburu, Fa?"

"Cemburu pasti ada, aku nggak mau berbohong. Tapi, ini udah jadi risiko aku. Mas jangan pikirkan itu, aku baik-baik saja."

Zayyan hanya mengangguk saja.

"Perasaan Mas sama Nayya sekarang gimana?"

Alis Zayyan saling bertautan. "Maksudnya?"

"Mas udah jatuh cinta, atau suka misalnya?"

Zayyan terdiam, bayangan Nayya tiba-tiba saja muncul.

Zalfa tersenyum tipis. "Nggak usah Mas jawab, aku udah tahu. Yuk Mas kita sarapan dulu."

Zayyan menurut lalu mendorong kursi rodanya hingga sampai di meja makan, lalu memindahkan tubuh Zalfa agar duduk di kursi. Di sana sudah ada Nayya yang tengah duduk nyaman dengan sebingkai senyum.

"Pintar masak juga kamu, Nay," tutur Zalfa.

"Biasa aja," jawabnya.

"Aku ambilin yah, Fa." Dengan telaten Nayya mengambil nasi beserta lauk pauknya.

Zalfa mengucapkan terima kasih.

Kini Nayya beralih untuk melayani Zayyan. Lelaki itu tak menyangka Nayya akan melakukan hal yang serupa padanya.

Keheningan menyelimuti kegiatan sarapan mereka. Tidak ada perbincangan, semua fokus pada hidangan masing-masing. Sampai akhirnya ritual makan pun selesai.

"Kapan Mas mulai kerja?" tanya Zalfa.

"Besok, Mas hanya ambil cuti sehari."

"Kamu, Fa?"

"Kalau aku ke resort siapa yang nemenin kamu di sini? Mulai sekarang dan seterusnya aku nggak akan ke mana-mana. Lagi pula aku di resort itu bukan kerja, tapi belajar sekaligus bantu-bantu Papa."

"Terus yang gantiin kerjaan kamu siapa?" tanya Zayyan penasaran, sebab dirinya pun belum diberi tahu.

"Untuk sekarang sih ada Syaki, kasihan dia daripada jadi manager aku yang nggak jelas kerjaannya apa. Mending kerja sama Papa aja di resort, gajinya lebih menjamin. Aku juga udah nggak butuh aspri ataupun manager, mau berhenti jadi Food Vlogger."

"Kok gitu?" Zayyan terus bertanya.

"Aku mau memulai hidup baru dan menjalani peranku sebagai istri. Aku mau menghabiskan waktu sama suami dan juga saudara aku, Zalfa. Nggak papa, kan?"

"Kamu yakin mau melepaskan semua yang udah berada dalam genggaman kamu?" seloroh Zalfa.

Nayya mengangguk mantap. "Bukankah pekerjaan paling mulia itu mengabdi dan berbakti pada suami? Aku mau seperti itu, dan lagi aku juga nggak mungkin tega ninggalin kamu sendiri di rumah, Fa. Aku bakal temenin kamu, bantuin kamu, pokoknya apa pun akan aku lakukan untuk kamu dan Zayyan."

...🖤SEE YOU NEXT CHAPTER🖤...

1
Nur Hasanah
Biasa
Nur Hasanah
Kecewa
Sriza Juniarti
karma nanti naya..bucin abis🤣🤣
Sriza Juniarti
lanjuutt..s3mangat kk, terus berkarya
love sekebon🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!