“Jangan meremehkan seorang wanita, karena marahnya seorang wanita akan membawa kehancuran untukmu!”
~Alatha Senora Dominic~
🍁
Wanita yang kehadirannya tak diinginkan. Ia diabaikan, dikhianati bahkan hidupnya seolah tengah dipermainkan.
Satu persatu kenyataan terbuka seiring berjalanya waktu.
“Aku diam bukan berarti lemah! Berpuas dirilah kalian sebelum giliran aku yang membuat kalian diam.”
Kisah rumit keluarga dengan banyak konflik dan intrik yang mewarnai.
Simak kisah hidup seorang Alatha Senora Dominic di sini 💚
*
Mature Content.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22 Rencana licik
Sekali lagi di ingatkan.
Cerita ini jangan di bayang-bayangi novel Wanita Kedua.
Alur dan konsepnya jelas berbeda. Jadi please jangan di bandingkan dengan novel sebelah lagi.
Terimakasih 💚
🍁
Dua hari Jeremy tak pulang ke mansion setelah mendapatkan telpon dari Serin. Lelaki itu memilih menghabiskan waktunya di penthouse bersama istri pertama.
Rasa marah, cinta dan gairah melebur menjadi satu di dalam kamar mewah tersebut.
Entah marah kepada siapa yang jelas dalam diri Jeremy terasa ada sesuatu yang bergejolak.
Setelah pergumulan panas antar keduanya, Jeremy membawa sang istri ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Mereka sudah keluar dalam keadaan yang segar.
Serin mengambil ponselnya untuk memesan makanan sebab dirinya memang tak bisa memasak.
“Kau ingin makan apa Jeremy?”
“Apa saja, terserah!”
Serin mengangguk dan langsung memesan makanan yang di inginkan.
Setelahnya ia mendekati Jeremy dan duduk di sampingnya.
Serin menyusupkan wajahnya di dada bidang suaminya. “Apa yang kau pikirkan?” bertanya dengan tangan yang memeluk erat tubuh suaminya.
“Tidak ada!” jawabnya singkat membuat Serin langsung mendongak. Ia menatap wajah suaminya dengan kesal.
Sebenarnya ada apa dengan lelaki ini. Kenapa sikapnya berubah menjadi acuh begini.
Serin langsung memalingkan wajah. “Kenapa kau tidak jujur padaku Jeremy?” Pura-pura merajuk untuk menarik perhatian suaminya.
Melihat bahwa istrinya mulai kesal, Jeremy langsung merangkul bahu istrinya. “Hanya memikirkan siapa orang yang berada di belakang Opa Axton. Kau tahu?”
Serin menggelengkan kepala pelan. “Memangnya Opa memiliki koneksi yang kuat selain dirimu?” Melemparkan pertanyaan balik pada suaminya.
Terdengar Jeremy berdecak kesal. Serin selalu saja seperti itu.
Wanita ini tak bisa di ajak ngobrol tukar pikiran sama sekali.
Benar-benar menyebalkan.
“Jika aku tahu aku tak akan memikirkannya, Serin!”
“Ya sudah untuk apa di pikirkan. Biarkan saja. Yang penting wanita sialan itu sudah kembali.”
Serin memang bukan seseorang yang bisa di ajak bicara serius. Ia selalu menggampangkan segala sesuatu.
“Aku lapar!” jawab Jeremy memilih mengalihkan perhatian.
“Sebentar lagi makanan datang.”
“Bisa kau buatkan aku kopi?”
“Kau menyuruhku?” nada suara Serin sudah berubah naik. Ia tidak terima jika Jeremy memerintahkan dirinya seperti seorang pelayan.
“Ya!” jawab Jeremy singkat. Tatapan matanya menatap wajah cantik istrinya. “Buatkan aku kopi.”
“Aku bukan pembantu mu Jeremy!” marah Serin langsung bangkit dari sofa. Ia membalas tatapan tajam suaminya. “Kau bisa minta pelayan untuk membuatnya!”
Setelah itu Serin meninggalkan kamar dengan menghentakkan kakinya. Wajahnya merah menahan kekesalan.
Bisa-bisanya Jeremy menyuruhnya berkutat di dapur sementara selama ini Serin hidup bagaikan ratu yang selalu di layani.
Bahkan sampai sebesar ini dirinya sama sekali belum pernah masuk ke dapur hanya untuk mengambil minuman untuknya sendiri.
Setelah kepergian Serin, Jeremy menyandarkan tubuhnya kembali.
Matanya terpejam untuk menahan emosi sebab tingkah istrinya, wanita yang dulu sangat di cintai.
*
Setelah menyelesaikan makan malam, Serin dan Jeremy duduk sambil menonton TV di sofa.
Kembali sifat manja Serin mampu membuat Jeremy luluh.
Lelaki itu memeluk pinggang istrinya dengan erat dan menyandarkan kepalanya di bahu wanita itu.
“Jeremy!”
“Ya.”
“Aku ingin kau kembali menyiksa Atha. Jangan biarkan dia bahagia.”
“Tentu saja. Apapun keinginanmu!”
“Jangan bermain hati dengannya!”
“Mana mungkin. Hatiku hanya untukmu Sayang.”
Senyum Serin berkembang mendengar ucapan suaminya. “Aku mencintaimu, Jeremy!”
“Aku juga!”
“Berjanjilah kau akan melakukan apapun untukku!”
“Aku berjanji. Selama ini apa yang kau inginkan selalu aku berikan.”
“Atha hanya boneka mu, dia hanya mainan mu. Jangan sampai kau menyukainya.”
Ada rasa sesak di dada Jeremy ketika ucapan itu terlontar dari bibir istrinya. Melihat kediaman Jeremy membuat Serin kembali berucap, “Katakan Jeremy!”
“Atha hanya bonekaku. Selamanya dia hanya akan menjadi mainan ku karena istriku hanya satu yaitu Atlanta Serin Dominic,” jawab Jeremy dengan sungguh-sungguh.
Serin semakin menggembungkan senyum. Wanita itu menyeringai dengan puas sebelum menarik diri dari pelukan suaminya.
Aku mengalahkan mu, Atha. Kini kau hanyalah bayanganku. Kau harus merasakan apa yang aku rasakan selama ini, Atha.
Menjadi bayangan dari sosok mu yang selalu di kagumi banyak orang.
*
*A*tha hanya bonekaku. Selamanya dia hanya akan menjadi mainan ku karena istriku hanya satu yaitu Atlanta Serin Dominic.
Suara itu terus Atha putar secara berulang-ulang.
Ya itu adalah suara Jeremy. Serin memang licik. Ia menggunakan ucapan Jeremy untuk menyerang Atha seolah mengingatkan dimana posisinya.
Atha hanya mendengarkan ucapan itu dengan bibir yang menyunggingkan senyum sinis.
“Semuanya akan berbalik Jeremy. Kau yang akan menjadi mainan ku. Kau yang akan aku gunakan untuk menghancurkan keluarga Dominic.”
Rekaman suara dari Jeremy tersebut terus berputar di kepala Atha.
“Aku akan membuatmu bertekuk lutut di kakiku! Dan kau akan menjadi pion yang akan menyerang mereka semua.”
Wajah Atha yang tersenyum membuat bulu kuduk seseorang yang melihatnya pasti merinding.
Wajah yang dulunya selalu memancarkan aura positif dengan senyum yang tulus kini telah terganti dengan wajah yang penuh seringai licik.
Brak!
Atha membanting ponselnya dengan kasar. “Aku Alatha Senora Dominic akan membuatmu jatuh cinta hingga kau tergila-gila padaku!”
Dan aku akan meninggalkanmu saat kau telah masuk ke dalam permainan hati. Kita lihat saja nanti, apakah kau yang menjadi pemain ataukah kau yang di permainan.
🍁
Bersambung...